" Vania, kamu sudah bangun.." Kata Mario saat melihat Vania tengah duduk di tempat tidur.
" Aku tidak bisa tidur Mario.." Kata Vania, ya Vania tidak bisa tidur memikirkan kondisi Zahra yang saat ini berada di tangan Brian laki-laki dingin dan kejam.
"Apa kamu sudah memikirkan bagaimana cara untuk membebaskan Zahra dari kediaman Brian, Mario?" Lanjut Vania, dirinya ingin mendengar langsung bagaimana Mario membebaskan Zahra dari sana.
"Tidak semudah itu, kita membebaskan Zahra dari sana Vania, bukankah Zahra sudah menikah dengannya kita akan kesulitan untuk membawanya keluar dari kediamannya, kita tidak punya hak Vania, yang ada nanti kita akan terlibat dengan hukum. karena posisi kita yang salah dan posisi Brian yang berbagai suaminya." Kata Mario pada Vania. dirinya sendiri yang akan membebaskan Zahra dari sana dan saat ini dirinya tengah memikirkan caranya.
"Mario aku yakin, Zahra tidak bahagia bersama laki-laki itu. aku lihat bagaimana sorot matanya pada Zahra tidak ada cinta. yang aku lihat sebaliknya ada kebencian dari sorot mata pria itu Mario. aku takut Zahra terluka disana. apapun kita harus membantu Zahra bebas dari sana Mario apapun." Kata Vania, air matanya mengalir. dirinya benar-benar takut jika Zahra di perlakukan kasar oleh Brian melihat wajah Brian yang dingin membuat Vania bergidik ngeri.
"Apa kamu sudah menemui Zahra?? " Tanya Mario pada Vania.
"Aku tidak di izinkan masuk...." Jawaban Vania, memperkuat kondisi Zahra di dalam sana, ketakutan semakin menjadi. namun dirinya tidak ingin Zahra mengetahui siapa dirinya.
Mario mengusap wajahnya dengan kasar, persoalan Zahra tidaklah semudah yang dibayangkan. ia tau persis niat dan tujuan Brian untuk menikahi Zahra.
Dari awal ia yakin jika Zahra bersamanya, Brian tidak akan menyentuhnya. ternyata pemikirannya salah, dengan segala cara Brian menarik Zahra dari sampingnya.
"Van.. apa hari ini kamu tidak kuliah?? " Kata Mario memecah kesunyian.
" Tidak, Mario boleh aku ikut ke tokomu?" Kata Vania, hari ini dirinya tidak ada kuliah dan ingin menghabiskan waktu di toko. bunga Mario untuk membantunya.
"Tentu. ayo kita sarapan dulu, setelah itu baru kita ke toko.." Kata Mario dan mengajak Vania keruang makan.
" Terima kasih Mario.." Kata Vania saat berada di ruang makan.
"Tidak usah sungkan, kita kan teman Van." mereka sarapan dalam diam, Vania melirik sahabatnya ia tau jika Mario menyukai Zahra bahkan sejak dulu, namun kini Zahra harus menikah dengan laki-laki lain.
' Jika boleh aku egois, ingin aku memilikimu Mario, meski hatimu hanya ada Zahra. namun itu mustahil kamu hanya menganggap ku sebagai sahabatmu ' kata Vania dalam hatinya, walau ia mencintai Mario, dirinya tidak akan merusak persahabatannya dengan pernyataan cinta padanya.
"Vania kenapa kamu diam. apa nasi gorengnya tidak enak?? " Kata Mario saat melihat, Vania hanya diam tanpa berniat untuk menghabiskan makanannya.
"Eh ! enak ko.." Vania yang tengah melamun di kejutkan dengan perkataan Mario padanya. membuatnya tergagap, beruntung Mario hanya hanya tersenyum padanya.
" Apa yang kamu pikirkan Van..?" Pertanyaan Mario membuat Vania menghela nafasnya panjang.
" Tidak ada.." Kata Vania dirinya tidak ingin merusak suasana sarapan pagi mereka.
Usai sarapan mereka pergi ke toko, seperti biasa Mario menyiapkan pesanan orang, sedang Vania turut membantu merangkai bunga hingga siang hari. usai membantu Mario tepat usai makan siang, Vania bergegas ke tempat kerjanya di salah satu restoran ternama.
" Mario aku pergi dulu.." Kata Vania saat akan meninggalkan toko bunga Mario.
" Hati-hati Vania.." Mario, yang sebenarnya mengetahui perasaan Vania padanya. namun dengan tegas Mario membentenginya, hatinya telah terisi oleh wanita lain yang sangat ia cintai sejak lama dan tidak ingin di gantikan oleh siapapun.
Sepeninggal Vania, Mario merogoh ponselnya yang berada di kantong celana dan menghubungi seseorang.
" Bagaiman..." Kata Mario dingin.
" Semua berjalan lancar tuan muda.." Kata seseorang yang berada di sambungan telponnya.
" Bagus..kamu handle semua urusan kantor. " Ucap Mario dengan suara tegasnya. tanpa menunggu jawaban dari seberang, Mario mematikan ponselnya.
Di tempat lain Zahra yang di kurung di kamar utama hanya bisa duduk dan tiduran, lelah sudah hati dan pikirannya. terdengar suara langkah kaki mendekati kamarnya, namun dirinya enggan mengetahui siapa yang datang, baginya saat ini yang ia inginkan adalah kebebasan dirinya dan bertemu dengan neneknya.
Ceklek....
Pintu kamar terbuka, terdengar suara langkah kaki memasuki kamarnya dan semakin dekat, tidak berapa lama seseorang menyodorkan nampan padanya.
" Makanlah..." Kata Brian, dan menyodorkan nampan berisi satu piring dan satu gelas minuman dan satu gelas just untuknya, namun Zahra yang tidak ingin makan. mengabaikan Brian dan tanpa berniat untuk menerima nampan yang Brian bawakan untuknya.
" Aku tidak lapar " Kata Zahra dingin.
" Makan atau aku paksa!!? " Kata Brian tidak kalah dingin dari Zahra.
" Letakan di atas nakas nanti aku makan." Zahra yang tidak ingin berdebat dengan Brian, pada akhirnya memilih untuk meletakkan nampannya di atas nakas.
" Sekarang!! " Kata Brian lantang, membuat Zahra terlonjak kaget.
" Aku tidak lapar " Kata Zahra, tidak ingin mengikuti perintah Brian.
" Apa kamu suka di paksa Zahra!!! " Mendengar bentakan dari Brian. Dengan terpaksa Zahra mengambil nasi dan lauknya, namun saat mengarahkan sendok ke mulutnya tiba-tiba suara seorang wanita mengagetkan mereka.
" Sa .... sayang !!" Ucapan wanita itu terhenti dan menatap Zahra yang juga menatapnya.
" Siapa dia sayang ?" Kata wanita itu dengan tatapan dingin pada Zahra.
"Sayang.... kenapa dia ada di kamar kamu?" Kata wanita itu lagi namun Brian hanya diam tanpa berniat untuk menjawabnya.
"Jawab aku Brian. siapa wanita itu dan kenapa dia ada di kamar kamu hah? katakan Brian!!" Teriak Wanita itu, namun Brian hanya diam dan menahan pergelangan tangan wanita itu. yang Zahra yakini adalah kekasih Brian.
"Hei jalang bagaimana kamu berada di kamar kekasihku hah? keluar kamu dari kamar kekasihku?" Kata wanita yang kini berada tepat di hadapan Zahra, namun Zahra tidak merasa taku sehingga dirinya dengan sengaja melanjutkan makan siangnya di depan wanita yang kini terlihat merah padam menahan Kemarahan pada Zahra.
"Brian .... katakan siapa dia hah? kenapa kamu membawa wanita lain kedalam kamar kita hah?" Kata wanita cantik dan terlihat tengah memukul dada bidang Brian.
"Brian .... katakan atau sky sendiri yabg akan menghancurkannya?" Kata wanita seksi yang kini berada dalam dekapan Brian.
"Bukan siapa-siapa sayang, ayo kira keluar dari sini." kata Brian namun gerakan wanita itu lebih cepat sehingga tangan wanita itu mengenai rambut Zahra.