" Brian! katakan siapa wanita itu!!??" Teriak Jesi di depan Brian.
"Baik jika kamu tidak mau mengatakannya, kita liat apa wanita ini tidak mau buka mulut!! " Emosi Jesi tak tertahan, melihat reaksi Brian yang hanya diam. tanpa terduga Jesi mendekati Zahra dan.
Plakkk....Plakk...
Bukan satu atau dua tamparan, namun entah berapa kalinya Jesi menamparnya. Zahra yang berusaha menahan tangan Jesi namun kalah telak, tubuh Zahra yang lemas karena berapa hari tidak makan, sedangkan Jesi entah kekuatan dari mana tenaga benar-benar kuat. bahkan Brian kewalahan menahannya untuk tidak menyakiti Zahra.
" Hentikan Jesi!!! " Suara Brian lantang, membuat Jesi berhenti seketika. dan kini menatap nyalang Zahra yang berada di hadapannya. dengan wajah memerah bahkan di sudut bibirnya terlihat mengeluarkan darah.
" Kamu bisa membunuhnya!!" teriakan Brian menghentikan amukan Jesi. yang masih ingin membunuh Zahra. Brian menahan tubuh Jesi. agar tidak memukul Zahra lagi.
" Katakan Brian kenapa, jika aku membunuhnya!!??? katakan Brian!!!! " Ucapan Jesi yang lantang, memenuhi kamar utama Brian. hari ini benar-benar membuatnya tidak bisa berfikir, bagaimana kekasihnya telah membawa wanita lain dalam kamarnya bahkan dirinya yang sebagai kekasihnya hampir tidak pernah masuk kedalam. ya Jesi hanya berapa kali memasuki kamar Brian.
"Aku tidak peduli kamu membunuhnya, tapi aku tidak ingin tangan indah mu ini berlumuran darah sayang.." Brian memeluk Jesi. dirinya tidak ingin wanita yang ia cintai melukai wanita yang kini menjadi istrinya. entah perasaan apa yang kini hadir dalam hatinya. namun apapun yang terjadi Brian akan membunuh Zahra. jika balas dendam telah berakhir.
"Sekarang katakan siapa wanita itu dan kenapa dia berada di kamarmu??" Brian hanya diam sesaat menatap wanita yang kini menjadi istrinya. wanita yang memiliki hak penuh atas dirinya. namun ia enggan untuk mengakuinya. dirinya tidak ingin menyakiti wanita yang ia cintai. setelah terdiam cukup lama akhirnya Brian mengakuinya.
" Dia adalah Zahra, istriku." Ucapan Brian membuat Jesi menatap wajah Brian yang memalingkan wajahnya kearah yang lain.
" Apaaa!!!! katakan sekali lagi siapa dia istri...???"
Jesi berlari ke arah Zahra dengan sekali tarik rambut panjang Zahra berada di genggaman Jesi. tanpa ampun Jesi mendorongnya beruntung Zahra terjatuh di atas kasur sehingga tidak membuatnya terluka.
" Pantas saja didepan kamarmu ada penjaga ini maksudnya agar aku tidak tau jika kamu sudah menikah Brian!!?" Kata Jesi lantang. Brian hanya diam menatap kemarahan Jesi, pada Zahra. dirinya tidak akan niat untuk menolong Zahra namun dirinya tidak ingin menyakiti Jesi wanita yang telah ia cintai sejak lama.
" Dengarkan aku Jesi, aku memang menikahinya tapi hati ini hanya ada namamu." Brian menarik tubuh Jesi dan membawanya kedalam pelukannya. dirinya tidak ingin Jesi semakin brutal memukul Zahra.
" Bohong. kamu bohong Brian kamu bohong!!" Kata Jesi tidak percaya jika, dengan yang di katakan oleh Brian padanya.
"Jesi dengarkan aku. asal kamu tau Jesi aku tidak pernah mencintainya, bahkan di hati ini hanya ada rasa benci padanya dan aku menikahinya karena dia alat balas dendam ku." Kata Brian dengan suara lantang.
" Dan satu lagi yang perlu kamu ketahui, suatu saat aku sendiri yang akan membunuhnya." Lanjut Brian membuat hati Zahra terasa sesak.
Jleb... pengakuan Brian seolah belati yang tajam menghunus tepat di jantungnya. berlahan kesadaran Zahra menghilang. tubuhnya tidak lagi bertulang. perkataan Brian membuatnya semakin sesak. Brian menikahinya hanya karena balas dendamnya pada Zahra.
"Apa kamu yakin akan membunuhnya Brian?" Kata Jesi dingin. dirinya tidak yakin pada Brian. melihat Zahra yang cantik dan terlihat, menurut dan dirinya sangat yakin jika Brian dan Zahra telah melakukan hubungan. tidak mungkin kekasihnya membiarkannya begitu juga.
"Ya, aku sendiri yang akan membunuhnya. percayalah. aku tidak pernah mencintainya, hati ini hanya ada namamu sayang. aku sangat mencintaimu, apapun yang terjadi nanti kamu adalah wanita yang akan menjadi Nyonya Brian, dan hanya kamu. di tidak pantas menjadi Nyonya Brian. sekarang katakan apa kamu masih tidak percaya denganku." Kata Brian. namun Jesi yang terlanjur merah dengan sikap Brian yang menikah dengan Zahra diam-diam.
"Sayang... kamu percaya denganku bukan? aku tidak pernah mencintaiku. hanya kamu wanita yang aku cintai dari dulu, sekarang dan nanti. kamu wanita yang mampu menembus hati ini Sayang." Lanjut Brian. namun Jesi hanya diam menatap nyalang Zahra yang hanya diam.
"Apa kamu yakin tidak akan mencintainya?" Kata Jesi pada Brian. yang terlihat menatap Zahra.
"Ya, aku tidak mencintainya, hari ini esok atau yang akan datang. percayalah pada sayang." Brian mengecup bibir Jesi melumatnya dengan lembut, bahkan tangan Brian menyentuh titik sensitif tubuh Jesi. tangannya yang lainya menahan tengkuk leher Jesi, memperdalam ciumannya.
Zahra yang hanya melihat pemandangan panas didepannya. hatinya sakit melihat Pria yang telah menjadi suaminya mencium wanita lain di depannya.
"Aku menginginkan dirimu sayang." Kata Brian di telinga Jesi. Zahra yang tidak jauh dari mereka mendengar jelas apa yang di katakan oleh Brian pada Jesi.
"Aku juga menginginkan dirimu sayang..." Jesi mengusap dada bidang Brian dan memulai aksi nakalnya tepat di hadapan Zahra.
"Kita melakukanya di kamarmu. tidak disini." Brian menahan pergelangan tangan, Jesi yang kini berada di dada dan meremas miliknya yang telah menegang sempurna.
"aku ingin disini Brian, bukankah kamu tidak mencintainya dan dia hanya alat balas dendam mu saja. lalu kenapa kamu tidak mau melakukannya disini? apa kamu tidak ingin dia melihatnya. bagiamana hebatnya kamu di atas tubuhku." Kata Jesi. Brian menatap sekilas wajah Zahra yang sendu, wajahnya yang memerah akibat pukulan Jesi dan sudut bibirnya yang terlihat darah keluar.
"Sayang, ini tidak mungkin. kita tidak mungkin melakukan disini. kita lakukan di kamar kamu ya." Brian membawa Jesi keluar dari kamar Zahra. namun lagi-lagi Jesi tidak mau. ia ingin melakukan hubungan mereka tepat di hadapan Zahra. dirinya ingin membuktikan jika Brian mencintainya bukan Mencintai wanita yang telah menjadi istrinya.
"Tapi sayang, kita tidak mungkin melakukan disini. kamu tahu bukan di kamar ini ada wanita lain." Kata Brian dengan lembut.
"Aku tahu dia ada disini. itulah yang aku mau. kita melakukan di depannya, aku ingin dia merasakan apa yang aku rasakan saat kamu menidurinya dan aku ingin tahu seperti apa kamu di atas tubuhku dan di atas tubuhnya. dan aku ingin melihat spa yang akan ia lakukan melihatmu di atas tubuhku." Jesi menarik tubuh Brian dan melumat bibinya dengan kasar. tangannya membuka kemeja dan menjatuhkan di sembarang tempat. Brian yang tidak ingin melakukannya di depan Zahra. berusaha mencegah Jesi.
"Sayang.. kita melakukanya di kamar kamu ya. tidak disini." Kata Brian dan menahan pergelangan tangan Jesi yang membuka celana yang Brian kenakan.
"Lakukanlah disini. aku tidak peduli dah aku sama sekali tidak tertarik dengan kalian. kalian sepasang kekasih yang sangat cocok. sama-sama memalukan dan sama-sama tidak bermoral." Kata Zahra. dingin membuat hati Brian tercubit. namun dirinya tidak ingin terbawa perasaan, tanpa mendengarkan perkataan Zahra. Brian menarik tubuh Jesi dan merobek dress yang di pakai oleh Jesi. dengan kasarnya Brian mendorong tubuh Jesi dan menindihnya. Brian menyatukan di depan Zahra. namun bayangan saat dirinya di atas tubuh Zahra membuatnya ingin menghentikannya. namun Jesi menahannya dan kembali melanjutkan hubungan mereka.
Zahra yang melihat bagaimana mana Brian di atas tubuh Jesi.
Zahra yang tidak tahan melihatnya, berlari kedalam kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya. sejak Brian melihat bagaimana Zahra berlari dan memuntahkan isi perutnya. tiba-tiba rasa iba hadir dalam hati Brian. namun Jesi menarik dan melumat bibir Brian dengan brutalnya. Jesi menyadari Brian perhatian pada Zahra. dirinya tidak ingin kalah dari Wanita yang kini menjadi istri Brian. baginya yang pantas adalah dirinya bukan Zahra atau wanita manapun.