seorang pelayan membantu Zahra yang baru saja tersadar dari pingsannya.
" Bu Rima terima kasih.."
"Nyonyah Zahra, sabar ya.."
" Aku baik-baik saja Bi..."
"Nyonyah makalah dulu.."
" Aku tidak lapar Bi..."
"Sedikit saja, nyonyah sudah tiga jam pingsan, kondisi nyonya masih lemas "
" Kenapa bibi memanggilku dengan nyonya lagi "
" Memang gitu faktanya nak Zahra adalah nyonya di sini"
" Bibi ada-ada saja..."
" Bibi tolong tinggalkan Zahra sendiri.."
" Baiklah tapi nak Zahra harus janji, untuk makan "
" Iya Bu nanti aku makan "
Bi Rima menuruti keinginan Zahra untuk meninggalkannya meski merasa iba melihat kondisi Zahra namun apa dia hanya seorang pelayan.
Zahra menatap pintu yang tertutup, dirinya kembali terkurung berlahan air matanya kembali mengalir.
Ucapan Brian terus terngiang-ngiang di telinganya. bahkan mengingat jika apa yang Brian katakan. niatnya untuk menikahinya karena di jadikan alat untuk balas dendam.
Zahra merebahkan tubuhnya di atas kasur entah kenapa tubuhnya benar-benar lelah.
Suara langkah kaki mendekati, ingin rasanya mengabaikannya namun rasa penasaran hingga terpaksa Zahra membuka matanya terlihat Jesi berdiri di samping tempat tidur.
" Zahra, aku kesini ingin memberitahukan sesuatu yang pasti akan membuatmu terkejut.."
" Aku tidak peduli, pergilah dari sini atau...?"
" Atau apa Zahra, lihatlah tubuhmu kurus kering!! "
"Apa kamu yakin tidak ingin tau? bahkan tentang kematian Nenekmu??? "
Mendengar kata tentang Nenek. Zahra bangun dari tempat tidurnya.
"Katakan apa yang terjadi dengan kematian Nenek?? "
"Hahaha....bahkan kamu percaya jika Nenekmu meninggal karena serangan jantung. oohh...bukan..bukan itu tapi lebih tepatnya siapa yang menyebabkan Nenekmu terkena serangan jantung??? "
" Katakan siapa!!??? "
"Baiklah akan aku katakan dia...adalah...Brian "
Jgeer....
Seiring dengan pernyataan dari Jesi, suara petir bersahutan berlahan tubuh Zahra lunglai. pernyataan dari Jesi membuatnya syok.
" Dengarkan aku Zahra, penyebab kematian Nenekmu itu tidak lain adalah Brian. bahkan dia sendiri mengatakannya padaku, dan tunggu giliranmu "
Usai mengatakan Jesi meninggalkan kamar Zahra. dengan senyum kepuasan.
"Aaarrrggh.... Brian kamu pembunuh!! "
Zahra menangis sejadi-jadinya, dia mengingat bagaimana orang-orang yang percaya dengan perkataan, orang kepercayaan Brian jika dirinya hanya wanita simpanan pengusaha kaya. " hiks...hiks...hiks kamu jahat Brian. "
Karena lelah menangis akhirnya Zahra tertidur.
Di tempat lain Brian yang meninjau proyek terbarunya yang bekerja sama dengan perusahaan H&$. perusahaan yang bergerak di bidang properti dan batubara ini, sedikit aneh karena selama bekerja sama, pimpinan H&$ tidak pernah muncul baik dalam meeting atau dalam meninjau. semua dilakukan oleh orang kepercayaannya.
Getar ponsel milik Brian, dengan cepat Brian merogoh kantong celana. tanpa melihat nama pemanggilnya.
" Ada apa!!?? "
" Sayang ini aku, kapan kamu pulang?? "
" Jesi? "
" Iya siapa lagi apa kamu mengharapkan orang lain yang menelponmu?? "
" Tidak Jesi! kenapa kamu menelponku ?"
" Kapan kamu pulang? "
"Nanti malam aku akan kembali "
" Aku ingin makam malam romantis di restoran favorit kita " rengek Jesi dengan manjanya.
"Baiklah kamu atur semua, kita ketemu jam delapan ya "
"Baik sayang..muaaacchhh..."
Tanpa membalas ciuman jarak jauh Jesi. dengan cepat Brian menutup panggilan dari sang kekasih.
"Tuan Brian waktunya meeting di restoran satu jam lagi '
"Baik kita pergi sekarang "
Mereka menuju sebuah restoran bintang lima yang berada di kota. hanya membutuhkan empat puluh lima menit mereka telah sampai di parkiran restoran. Brian turun dari mobil dengan sikap dinginnya berjalan menuju pintu utama restoran namun tidak sengaja matanya melihat seorang yang mirip dengan sepupunya.
' Tidak mungkin dia di sini, bukankah dia berada di luar negeri bersama dengan kakeknya '
Brian berjalan mendekati orang yang mirip dengan sepupunya namun, orang itu telah pergi. Brian mencari kemana-mana namun tak nampak lagi. seseorang menepuk pundaknya.
" Tuan sedang apa disini?? "
"Tidak. "
Brian meninggalkan sang asisten yang melihatnya dengan kebingungan. Brian duduk di kursinya dengan tenang. tidak berapa lama seorang klien datang.
" Maaf apa saya terlambat datang Tuan Brian ?"
" Tidak, saya baru saja datang "
mereka membicarakan tentang kerjasama yang pasti membuat keuntungan yang berlipat ganda untuk Brian.
Seorang pelayan menghampiri meja mereka.
"Silahkan Tuan mau pesan apa? "
"Saya pesan ayam bakar super pedas satu, cah kangkung satu dan capcay untuk minumnya teh hangat dan mineral. tuan mau pesan apa? "
Sang asisten merasa lebih heran bukankah tuannya tidak pernah makan makanan yang di pesannya terlebih yang berbau pedas Tuannya bahkan sangat membenci cabai tapi kenapa Tuan memesan makana seperti itu.
" Tuan Brian Anda yakin akan memakan makanan yang anda pesan ??"
" Tentu bahkan saya sangat menginginkan saat ini juga "
" Tuan Andre anda mau pesan apa..?"
" Samakan saja dengan Tuan Brian.."
" Tapi tuan..Anda akan makan makanan yang pedas?? "
" Entahlah saat ini aku sangat menginginkannya "
" Apa anda sudah beristri Tuan Brian? "
" Eh? maksudnya Anda apa ya!? "
" Bukan apa-apa. hanya saja saya lihat anda sedang mengalami ngidam, seperti saya dulu istri saya hamil saya yang ngidam."
Deg...Brian tiba-tiba mengingat, jika dirinya berhubungan dengan Zahra tanpa memakai pengaman, tapi bukankah mereka melakukan hanya dua kali.
' Apa benar jika Zahra hamil anakku, tapi benar berapa hari ini aku merasakan jika tubuhku tidak seperti biasanya. terlebih pagi hari dan makanan ini, bukankah aku membencinya '
" Tuan Brian apa benar jika Anda sudah beristri?? "
" Itu tidak penting, saya permisi!! "
Brian bergegas meninggalkan restoran. sesampainya di parkiran pikiran Brian tidak karuan, ada rasa senang jika Zahra hamil anaknya. namun di sisi lain dia tidak ingin memiliki anak dari wanita yang sangat dia benci.