Setelah kejadian di malam Brian memaksa Zahra untuk melayani hasratnya, Brian tidak lagi datang kekamar utama, dia lebih sering tinggal di ruang kerjanya. meskipun begitu Brian terus mengawasi Zahra.
" Tuan Brian, cabang perusahaan yang berada di Bali ada masalah, dan mengharuskan Tuan turun tangan sendiri."
" Baiklah kita pergi sekarang, kamu siapkan penerbangan dua jam dari sekarang "
" Tuan tidak menaiki Jet pribadi?"
" Tidak! aku hanya ingin bersantai "
" baik tuan " setelah kepergian Andy. Brian menuju kamar utama, entah kenapa dia hanya ingin melihat Zahra sebelum pergi.
Saat memasuki kamar Brian tidak menemukan sosok yang di carinya, namun saat melihat pintu balkon terbuka Brian mendekati balkon. terlihat Zahra sedang duduk membelakanginya terpaan sinar menambah kecantikan Zahra. hembusan angin sore membuat rambut Zahra yang panjang berterbangan. Brian berdiri terpaku menatap kecantikan alami Zahra untuk sesaat Brian terpesona namun ingatan akan kelakuan keluarga Bramantyo membuatnya kembali marah dendam yang bertahun-tahun dia pendam kini mulai terbalaskan melalui keturunan Bramantyo.
Brian meninggalkan balkon dengan kasar menutup pintu,
Blam...
Zahra yang berada di balkon terkejut saat suara pintu di banting, tak berapa lama suara mesin mobil menyala, Zahra melihat mobil Brian keluar dari garasi.
Entah keberanian dari mana keinginan kabur dari rumah Brian semakin bulat, meskipun setatusnya sudah menjadi istrinya namun tidak mengubah niatnya untuk kabur. Zahra melihat sekeliling kediaman Brian penjagaan tidak terlalu ketat.
Zahra mencari sesuatu untuk membantunya kabur namun tidak ada. hanya ada satu jalan.
Tok..Tok..
" Nyonya, masuklah sebentar lagi matahari akan tenggelam.."
" Sebentar lagi Zahra akan masuk Bi."
" Tapi nyonyah..nanti Tuan akan..."
" Tuan tidak akan marah Bi, Karena Tuan tidak melihatnya kan" Zahra memberikan senyuman yang manis.
"Bi...bisakah bantu Zahra..?"
" Bantu apa nyonyah..?"
" Bi berapa kali Zahra bilang jangan panggil Zahra nyonyah "
" Panggil Zahra aja yaa bi.."
" Baiklah non Zahra.."
" Hehee...Bi jangan janggung begitu ya, anggap Zahra anak bibi"
" Sekarang katakan apa yang bisa bibi bantu nak "
" Hhmm..bi aku ingin makan mangga yang berada di belakang, sepertinya sudah ada yang matang. tapi makannya disana ya
Bi." rengek Zahra.
" Tapi bibi takut nak, kamu tau sendiri kan.."
"Ehem..." Suara deheman membuat mereka menoleh bersamaan. terlihat Pak Robin sang kepala pelayan berdiri tepat di belakang mereka.
" Ada apa ini.."
" Begini Pak Robin, non Zahra menginginkan mangga yang berada di halaman belakang. apa non Zahra boleh di ijinkan keluar dari kamar..?"
" Apa nyonyah Zahra sangat menginginkan mangga yang berada di halaman belakang..?"
" Iya Pak, apa bisa petikan untuk Zahra..??"
" Baiklah. tunggu di sini, saya akan petikan.."
" Tidak!! maksud Zahra...Zahra ingin memakannya di bawah pohonnya..."
" Baik kali ini saja saya izinkan nyonyah keluar dari kamar."
" Baik...terima kasih, bibi Rima temani Zahra yaa"
Bibi Rima hanya mengangguk, setelah itu mereka menuju halaman belakang. Zahra merasakan kesejukan,
Zahra melihat keseluruh taman belakang terlihat, ada kolam renang yang cukup luas, sebelah kanan sebuah taman yang yang sangat indah, berapa pohon buah yang mulai berbuah, dan di pojok kanan ada kazebo yang cukup besar. sungguh pemandangan yang begitu indah, andai bisa melihatnya di pagi hari.
" Nyonyah, ini buah mangganya " Pak Robin memberikan berapa buah mangga yang sudah masak di pohon.
" Terima kasih Pak..." Zahra menerima buah yang di berikan oleh pak Robin, sedang Bi Rima hanya memperhatikan majikannya.
Usai makan Zahra kembali kekamar dan segera membersihkan tubuhnya yang lengket. setengah jam Zahra keluar dan mengunakan baju yang sudah di siapkan oleh Bi Rima.
Sudah lebih dari dua jam Zahra mondar mandir, di dalam kamar hanya untuk memastikan jika pengawal yang biasa berjaga di bawah kamarnya tidak ada.
Waktu menujukan sepuluh malam, keadaan di luar mulai sepi.
Zahra sudah bersiap untuk kabur dari rumah Brian. dengan hati-hati Zahra membuka pintu kamar, melihat sekeliling ternyata sepi, pak Robin yang tidak ada di rumah sedangkan bi Rima yang berada di kamarnya yang letaknya terpisah dari rumah utama, memudahkan Zahra untuk keluar.
Dengan mengendap-endap Zahra keluar dari ruang keluarga saat akan melewati ruang tamu terlihat salah satu pengawal Brian mendekat.
" Ada apa pak Toni.."
" Sepertinya ada bayangan kesini, tapi...ya sudah ayo kita pergi mungkin salah satu pekerja disini."
" mungkin..ya sudah ayo kita keliling lagi "
Zahra menghela nafas lega, dengan cepat berlari ke luar.
' Syukurlah..pintu gerbangnya tidak di kunci, Zahra melihat ke arah pos ternyata hanya ada Tarno yang sedang merokok. dangan cepat Zahra melangkah namun pergerakannya di ketahui salah seorang pengawal Brian.
" Nyonya tunggu...jangan lari!!!"
" Cepat kalian kejar dia!!! jangan sampai lolos "
Zahra berlari sekencang mungkin, hingga sampai di sebuah kebun. dengan sekali loncat Zahra meluncur kebawah.
" Bagaiman?? apa kalian bisa menemukan nyonyah. jika sampai tidak menemukannya bersiaplah nyawa kalian menjadi taruhannya!!"
" Baik pak Toni kami akan mencarinya " kepala keamanan yang bernama Toni segera mengambil ponsel setelah menunggu dua kali akhirnya tersambung.
" Pak Andy nyonyah Zahra kabur "
" Apaaaa!!!....bagaimana bisa. bodoh kalian hanya menjaga satu wanita saja tidak becus!!" teriak sang asisten.
" kalian terus cari nyonyah. jangan sampai kalian kehilangan jejaknya!!"
" Baik pak Andy "
setelah memutus sambungan telpon. Andy mendekati Tuan Brian dan melaporkan kejadian kaburnya Zahra.
" Tuan Brian. nyonyah Zahra kabur "dengan hati-hati Andy melapor.
" kita kembali sekarang. siapkan semua tiga puluh menit lagi kita berangkat "
" Baik Tuan "
Brian bergegas ke arah jet pribadinya, amarahnya tak terbendung lagi pada Zahra. di dalam kabin, Brian terus menatap ponselnya, dia melihat bagaimana Zahra bisa kabur dari rumah.
tidak menunggu lama Brian dan sang asisten sudah sampai di bandara dan menuju kerumah.
" Andy di jalan depan kita putar balik "
" Baik tuan "
Sampai ujung jalan Brian turun dari mobil, dan berjalan lurus tak berapa lama Brian bisa melihat Zahra yang berlutut tangannya memeluk kakinya.
Brian yang tersulut emosi pada Zahra dengan kasarnya menarik tangan Zahra dan membawanya kerumah.
" Brian lepaskan sakittt...." Brian mendengar rengekan Zahra berhenti dan berbalik, tanpa belas kasih Brian melepas sabuknya dan mengikat tangan Zahra.
tubuh Zahra di dorong ke dalam mobil dengan kasar.
sampai di rumah Brian menyeret Zahra dengan kasar dan mendorongnya hingga jatuh ke lantai. Brian berjongkok di depan Zahra, tangan besar Brian mencengram dagu Zahra dengan kasarnya.
" kamu pikir!! bisa kabur dari sini hhaa."
" Brian sakittt...."
tanpa mendengar perkataan Zahra. Brian mengangkat tubuh Zahra dan melemparnya ke atas tempat tidur dengan kasar.
"Robinnn!!! " teriak Brian pada sang kepala pelayan.
" Tuan....?"
" ganti semua pintu dan jendela, jangan ada cela sedikitpun untuknya keluar dari sini!!!"
"Baik tua...n..."