Nadia menghela napas, mau tidak mau ia harus berkata jujur kepada papanya. "Iya. Nadia akan bilang yang sebenarnya," jawab Nadia.
Jefri tersenyum lega. "Sekarang ceritakan," ucap papanya.
"Seperti yang papa tau, Friska kan dapat IPK yang tidak tinggi. Dia tadi abis diomelin sama mama, pa," jawab Nadia.
Mendengar penjelasan dari Nadia membuat Jefri merasa sedih. Ia tahu bahwa kemampuan antara Nadia dan Friska memang berbeda, jadi ia tidak menyudutkan Friska.
"Sekarang di mana Friska?" tanya Jefri, ia menjadi khawatir dengan keadaan Friska saat ini.
"Dia ada di kamar pah. Nadia tadi habis dari sana, tapi sepertinya Friska lagi pengen sendiri," jawab Nadia.
Jefri tersenyum. "Papa akan mencoba bicara sama adik kamu," ucap papanya.
"Jangan pa. Nadia takut nanti papa bakal dimarahin juga sama Friska," cegah Nadia. Tentu ia tak ingin papanya sakit hati karena diusir oleh Friska, seperti dirinya tadi.