Roni langsung tersadar dari tidurnya, tanpa ada rasa kantuk yang hinggap lagi. Wajahnya mendongak menatap Nadia yang sedang marah. Wajah Nadia sudah seperti ingin memakannya hidup-hidup saat ini.
"Kamu tenang dulu, jangan marah-marah seperti itu. Duduklah dulu, saya bisa jelaskan," pinta Roni sambil menepuk sebelah kasur yang kosong.
Mata Nadia menyala marah, menatap Roni dengan tajam. Tulang rahangnya menegang, dengan tangan yang mengepal. Rasanya ingin sekali memukul bosnya itu saat ini juga.
"Kamu kan kemarin udah tau nemenin saya di sini, kenapa sekarang menjadi terkejut dan marah?"
"Iya saya tau Pak. Tapi
janji saya cuma temenin Bapak sampai tidur, bukan tidur dengan Bapak," dengus Nadia.
"Bapak pikir saya perempuan apaan?" Sungut Nadia kesal.
Anehnya bukannya tersinggung atau marah. Roni justru sedang menahan tawa melihat Nadia mencak-mencak marah seperti itu.