Mengingat masa SMA itu membuat Nadia menjadi tertawa kecil. Ia kemudian melirik ponselnya. Malam Minggu begini mengapa begitu sepi? Ia kemudian berinisiatif menelepon Adit.
Ketika ia menekan nomor panggilan terakhir. Ada nomor Adit di urutan kedua. Namun celaka, entah mengapa Nadia malah menekan nomor bertuliskan Roni. Padahal jelas-jelas nama mereka berbeda.
***
Di tempat yang berbeda, tepatnya rumah Roni. Keringat dingin mengucur deras dari dahi mulus Roni. Ia terus membolak-balikkan kepalanya ke kanan dan kiri bergantian dengan gelisah.
Hah! Hah! Hah!
Kemudian Roni terbangun dari tidurnya, seketika itu juga ia terduduk, dengan selimut yang menyingkap sampai pinggang.
Ia lalu duduk dengan tangan melipat lututnya. Tidak terasa bulir bening ikut keluar dari matanya. Bahkan Roni tidak sadar rambutnya kini telah basah karena keringat.
Dering telepon membuat Roni sedikit tersadar. Ia lalu mengangkatnya dengan tangan gemetar.
