Sebelum Roni dan Nadia duduk. Alex memandangi Nadia.
Melihatnya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Dan itu berulang-ulang. Rasanya bukan tatapan yang biasa. Melainkan seperti tatapan pria yang nakal.
Nadia belum menyadarinya. Ia fokus pada tas yang berisi berkas. Roni yang menyadarinya. Lalu Roni berdehem. Agar Alex menghentikan aksinya. Yang mungkin punya fantasi liar pada Nadia.
"Nadia sepertinya saya mau kopi. Tolong belikan di cafe yang biasanya untuk saya. Minta Pak Didi antar kamu," perintah Roni.
Aneh sekali. Kenapa justru menyuruh Nadia membuat kopi? Bukan menyuruh karyawan Alex yang membuatkan. Pikir Nadia.
"Tunggu dulu. Pak, ini kan kantor saya. Mengapa menyuruh sekertaris Anda beli kopi? Saya akan menyuruh OB membuatkan kopi untuk Anda," sanggah Alex, yang merasa heran.
