Chereads / LIKE HER / Chapter 3 - mulai menikmati

Chapter 3 - mulai menikmati

Saat aku dan Raisa sudah sampai di kantin kami disambut oleh tiga orang perempuan, ketiga perempuan itu langsung menghampiri Raisa. Satu dantara mereka langsung membawakan tas yang ada ditangannya. Sedangkan, dua lainnya masing-masing langsung mnyiapkan minuman dan membersihkan meja dan kursi yang akan ditempati Raisa. Aku sungguh merasa takjub dengan sikap ketiga perempuan itu. Mereka benar-benar melayani Raisa bagaikan Ratu. Aku semakin ingin bisa menjadi seperti Ratu Raisa.

''Susi, bersihkan juga kursi itu untuk Reina. Dan, jangan lupa ambilkan juga untuknya makanan dan minuman,'' ucap Raisa yang langsung direspon cepat oleh salah seorang dari ketiga wanita yang tadi menyambutnya.

''Silahlan Reina,'' ucap wanita yang tadi dipanggil Susi padaku. Aku hanya menurut dan duduk di tempat yang telah disediakan. Tempat ini memang untukku, kan?

''Jadi, Reina. Bagaimana kabar Daddymu? Apa beliau sehat? Kabarnya ia kembali membuka cabang perusahaan, ya di luar negri? Daddymu itu benar-benar hebat!''

''Hah?'' ucapku kaget. Hampir saja minuman yang baru seteguk memasuki tenggorokan ini keluar lagi dan tersembur ke mukanya. Apa yang Raisa katakan? Daddy siapa? aku nggak punya Daddy. Aku hanya punya Ayah. Ayah setauku juga tidak memiliki perusahaan. Dari awal aku sudah menduga bahwa semua ini pasti adalah sebuah kesalahan besar. Bagaimana ini? apa yang harus aku lakukan sekarang? Apakah harus mengaku dan mengatakan kalau Raisa sudah salah orang? Bisa-bisa nasibku berakhir seperi Rian tadi.

''Hm … itu … A~a eh, maksudnya Daddy. Dia …'' ucapku gugup. Ntah, apa yang harus aku katakan. Rasanya aku ingin pergi saja dari tempat ini dan kembali membaca buku yang ada di perustakaan tadi. Hah, kenapa aku bisa terperangkap disituasi seperti ini?

''Apa Daddymu masih saja sibuk dan jarang di rumah? Dan, masih tidak punya waktu buatmu? Dia memang sangat anbisius. Kamu harus bisa mengerti dengan apa yang dilakukannya. Itu semua, kan demi masa depanmu juga,'' tambah Raisa. Dia makin ngawur saja. Mengerti apaMengerti apa? Aku selalu mengerti Ayah. Ayah juga selalu ada di rumah. Kami selalu punya waktu bersama.

'Maaf Raisa. Reina ini siapa? Aku baru pertama kali melihatmu bersamanya. Apakah dia derajatnya sama denganmu? Karna, aku hampir tidak pernah melihat kamu mau akrab dengan orang yang tidak selevel denganmu,'' tanya salah seorang gadis yang tadi mengambil makanan untukku.

''Oh, iya. Kalian belum aku perkenalkan dengan Reina, ya. Orang ini adalah Reina Ayu Tanusoedibyo. Putri dari Danu Tanusoedbdyo. Jangan bilang kalian tidak tau Pak Danu. Beliau sangat ahli dalam ilmu bisnis. Bahkan, waktu itu aku dengar Papaku saja sampai memujinya dan merasa bangga mempunyai rekan bisnis seperti Daddynya Raisa,'' jawab Raisa.

''Lalu, kamu tau darimana kalau Reina ini adalah Anaknya?'' tanya Susi.

''Jadi menurutmu aku salah? Kamu meragukanku? Aku tidak mungkin salah dalam mengenali seseorang. Dan, kamu tahu aturanya, kan?'' ucap Raisa meninggikan suaranya. Membuat ketiga gadis itu menunduk karna takut.

''Raisa tidak pernah salah dalam segala sesuatu. Jika, dia salah maka sesuatu itu yang salah,'' jawab ketiga gadis itu serempak.

Aturan macam apa itu? Bagaimana mungkin, dia tidak pernah salah? Tadi saja dia sudah salah saat mengatakan aku mirip dengannya. Dan, sekarang dia sudah salah lagi dengan mengira aku putri rekan bisnis papanya. Menurutku dia memang selalu salah. Sialnya, sekarang aku malah terjebak dalam situasi ini. Sebenarnya apa yang telah terjadi? Rasanya dari tadi aku tidak melakukan apa-apa. Aku hanya melakukan aktivitas seperti biasa membaca buku di perpustakaan. Lau, tiba-tiba saja orang ini datang padaku dan mengajakku ke kantin. dan sekarang dia malah mengatakan aku adalah Reina Ayu … Ta~ ta ntahlah . bahkan, untuk menyebut nama itu saja lidahku rasanya mulai keseleo. Aku in I Reina Marlina. Anak dari Pak Rahman, bukan ana dari Pak Danu yang dari tadi dia katakan.

''Mulai dari sekarang Reina adalah sahabatku. Kalian bertiga harus memperlakukan dia sama dengan perlakuan kalian padaku. apakah kalian mengerti?'' ucap Raisa yang dijawab anggukan serempak dari ketiga gadis itu.

Semenjak kejadian di kantin itu hidupku berubah total. Aku tiba-tiba saja terkenal dan ikut populer karna Raisa selalu saja mendatangi dimana saja aku berada. Baik itu di perpustakaan maupun di kelas. Yah, karna memang hanya dua tempat itulah yang menjadi tempat singgahku selama berada di kampus. Raisa selalu saja berada di dekatku, kadang dia mengajak untuk nongkrong di luar. Tapi, aku selalu menolaknya. Selain karna aku tidak punya uang, juga karna aku tidak boleh membiarkan Raisa tau siapa aku sebenarnya.

Mungkin, ini memang terlihat sangat aneh. Aku perlahan mulai menikmati perlakuan orang-orang yang bahkan, dulu mereka tidak tau aku kuliah juga di kampus ini. tapi, itu cukup menguntungkan. Karena, mereka tidak tau banyak tentangku. Jadi, kemungkinan ada yang mengungkapkan jati diriku kepada Raisa akan semakin kecil.

Mereka yang dulu mengabaikan, sekarang mereka berlomba untuk mendekati dan memuji. Yah, mungkin pujian itu memang berlebihan, juga yang pasti itu karna mereka mengira aku selevel dengan Raisa. Tapi, itu tidak masalah. Memangnya, manusia mana yang tidak senang dengan pujian? Apalagi dulu, kalimat seperti ''hai cantik!'' atau ''kamu bagai bidadari'' atau''kamu sudah makan? Mau makan bareng?'' atau '' kamu wangi sekali, aku juga ingin sepertimu, kamu sempurna.'' Hampir tidak pernah kudengar. Jadi, apakah sekarang aku salah jika ingin selalu dekat deangan Raisa dan bertahan di dalam dunia semu berlandaskan kebohongan.

Hari ini genap satu minggu Raisa mengakuiku sebagai sahabatnya. Dan, juga sudah seminggu pula aku terus berpura-pura menjadi Reina lain yang di prasangkakannya padaku. Semua berjalan baik lancar tanpa ada kendala sedikitpun. Tidak ada hal yang membuat aku harus membongkar kebohongan ini. Jadi, yah tentu saja aku semakin menyukai peran baru ini. Semuanya sungguh menyenangkan. Aku seperti terlahir menjadi Reina yang baru. Yaitu, Reina anak dari seorang pengusaha sukses. Sama sseperti Raisa.

''Reina, aku mempunyai sesuatu untukmu. Anggap saja, ini adalah hadiah dari satu minggu persahabatan kita,'' ucap Raisa padaku. dan, memberikan sebuah paper bag padaku.

''Apa ini? Aku tidak mau mengambil sesuatu yang bukan dari hasil apa yang kulakukan,'' jawabku. Dan, mengembalikan bungkusan itu padanya.

''Jadi, kamu tidak mau menerima hadiah dariku? Kamu erga sekali. Padahal, ini kan hadiah satu minggu persahabatan kita. Aku tau, alasan sebenanya kamu tidak mau menerima hadiah ini. Pasti karna barang yang kuberikan ini hanyalah barang murah yang tidak pantas untuk kamu gunakan,''

''Bukan. Aku hanya tidak enak saja. Jika, harus meneima hadiah darimu. Padahal, aku tidak memberikan hadiah juga padamu,'' ucapku. Bagaimana aku bisa memberikan hadiah juga padanya. Untuk membeli modul kuliah saja aku harus nabung dulu.