Chereads / LIKE HER / Chapter 4 - reuni

Chapter 4 - reuni

''Kamu tidak usah membalas hadiah dariku ini. aku hanya ingin kamu menerima pemberianku. Kalau kamu tidak mau menerimanya, berarti kamu tidak mau menjadi sahabatku. Inikan hadiah satu minggu perahabatan kita. Apa hanya aku yang menganngapmu sebagai sahabat. kamunya nggak. Apa kamu malu punya teman sepertiku. Karna kita nggak selevel?'' ucap Raisa dengan muka yang ntah disedih-sedihkan, atau beneran aku nggak tau.

''Bukan begitu, Raisa. Aku hanya …. Ah, sudahlah. Baiklah aku akan menerima hadiah darimu. Sini berikan lagi padaku. apa boleh kubuka sekarang?'' ucapku mengambil kembali tas kertas itu dari tanggannya.

''Tentu, saja. Buka saja langsung. Aku harap kamu menyukainya.''

Aku membuka hadiah yang diberikan Raisa. Ternyata, di dalamnya ada sebuah kotak. Aku membukanya, dan mataku langsung terbuka lebar saat melihat ada sepasang sepatu. Sangat cantik, dengan hiasan pita kecil dengan manik atau mungkin batu giok, atau mutiara yang bersinar karna pantulan cahaya yang menambah kemewahan sepatu yang menurutku hanya dipakai untuk acara penting saja. Aku yakin, sepatu ini pasti tidaklah murah. Baru kali ini aku mempunyai sepatu mewah seperti ini. biasanya aku hanya membeli sepatu murahan di pinggir jalan. Yah, itu semua juga karna aku tidak mempunyai acara penting yang harus menggunakan barang seperti ini.

''Raisa? Kok, diam? Apa kamu tidak suka sepatu itu? Maaf ya, jika tidak sesuai dengan seleramu,'' tanya Raisa.

Sepatu ini memang bukan seleraku, tau. Mana mungkin, aku berani mempunyai selera sepatu mewah dan mahal seperti ini. Benda ini harganya pasti bisa menutupi biaya makanku dan Ayah selama satu bulan. Tapi, kenapa dia memberikanku hadiah sepatu? Apa sekarang dia mulai menyadari penampilanku yang sederhana? Tapi, selama satu minggu ini dia tidak pernah membahas pa yang aku gunakan. Apa sekarang dia mulai curiga?

''Hng … a~aku suka kok. Kamu benar-benar tau apa ang menjadi seleraku. Bahkan, ini juga sangat pas dengan ukuran sepatu yang biasa kugunakan. Tapi, kenapa kamu memberikanku hadiah sepatu? Apa kamu pikir aku tidak sanggup membelinya? Atau, karna penapuilanku yang selalu sederhana?'' tanyaku penasaran. Berani sekali aku menanyakan itu.. Tapi, tenang saja. Aku, kan sedang menjadi Reina lain, purtrinya orang kaya.

''Ah, itu … maksudku bukan seperti itu. Aku tidak pernah mempermasalahkan penampilan dan apa yang kamu gunakan. Ini murni hadiah dariku sebagai hadiah satu minngu persahabatan kita. Dan, juga sebenarnya aku ingin mengajakmu untuk ikut bersama ke pesta reuni sekolah SMA ku. Karna, aku tidak punya seseorang yang pantas untuk diajak ke sana,''

''Reuni? SMA Tunas Bangsa?''

''Ya. Acaranya malam minggu ini. Kamu juga dulu sekolah di sana? Wah! Kebetulan sekali. Tapi, dulu rasanya aku tidak pernah melihatmu,'' ucap Raisa dengan mata berbinar.

Tentu, saja kamu tidak pernah melihatku. Kamu terlalu sibuk dengan orang-orang yang memujamu menjadi seorang primadona sekolah. Mana mungkin kamu bisa tau keberadaanku. Tapi, kenapa tidak ada yang memberitahuku kalau ada reuni? Hahaha, memangnya siapa yang akan memberitahuku. Aku tidak punya satupun kontak mereka. Tapi, sekarang aku diajak langsung oleh Raisa. Sang primadona sekolah. Aku penasaran apa yang akan terjadi jika aku tiba-tiba muncul di acara itu. apa mreka semua akan mengenaliku.

''Hm … ya, begitulah. Aku memang tidak sepopuler dirimu dulu di sekolah.''

''Kenapa bisa begitu? Apa orang-orang tidak tau kamu ini siapa? Andai saja waktu itu aku mengetahui kita satu sekolah. Kita akan menjadi duo primadona di sekolah itu,'' ucap Raisa sedikit tertawa

''Hahaha.'' Aku juga sedikit tertawa. Tapi, akiu justru membayangkan hal lain yang akan terjadi jika saja dia sampai mengenalku dulu waktu sekolah. Dia benar. Aku memang juga akan popular seperti dirinya. Tapi, popular yang terbalik dengan apa yang dia dapatkan. Jika dia popular karna menjadi seorang primadona. Sedangkan, aku akan popular menjadi korban bully.

''Berarti sudah fix, ya. Kita akan ke reuni itu bersama. Oh, iya kamu jangan lupa juga memakai hadiah dariku. Kamu mau aku jemput?''

''Tidak usah. Memangnya kamu tahu rumahku? Aku pergi sendiri saja. Kebetulan Daddyku baru saja membelikanku mobil baru.''

Astaga … Apa yang sudah kukatakan barusan? Kenapa aku malah bilang Daddy? Mobil baru? Mobil apa? Aku mana punya. Ongkos angkot saja aku harus berhemat. Makanya, aku lebih sering berjalan kaki. Sepertinya, aku terlampau menjiwai peran sebagai anak dari Daddy kaya.

''Hahaha. Bnar juga, aku, kan tidak pernah datang ke rumahmu. Baiklah, kalau begitu.Aku tunggu kamu di sana saja, ya. Aku pergi dulu. Ada jadwal kuliah soalnya,'' pamit Raisa yang kemudian berlalu pergi. Meninggalkan aku yang sedang dalam mode linglung.

Acara reuni itu berhasil membuat aku tidak fokus saat mengikuti kelas tadi. Untung saja kelasnya tidak berlangsung lama. Karena, dosen pengajar ada urusan. Sehingga, kami hanya diberikan tugas untuk dikerjakan di rumah yang dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya. Aku memutuskan untuk segera pulang karna sudah tidak ada lagi kelas, karena harus mulai memikirkan apa yang akan kulakukan selanjutnya.

Sekarang, ntah apa yang akan kulakukan. Sepertinya, perlahan aku mulai salah dalam mengambil langkah. Apa aku harus tetap datang ke reuni itu. Tapi, bagaimana kalau nanti ada yang mengenaliku? Lagipula, aku tidak punya pakaian yang cocok untuk ke sana. Aku yakin, acara itu sebenarnya bukanlah bertujuan untuk melepas rindu dengan teman sekolah dulu. Melainkan, justru menjadi ajang pamer. Ntah, itu harta, atau pacar, atau apa saja yang bagi mereka merupakan suatu kelebihan. Sedangkan aku? aapa kelebihanku? Hahaha. Benar, tidak ada.

Selain itu, aku juga sudah bilang akan datang dengan mobil baru. Aku sungguh rasanya ingin menertawai diriku sendiri. Kenapa aku bisa sebodoh dan bisa-bisanya berani mengambil tindakan seperti ini. Hah, sudahlah tidak ada gunanya menyesal sekarang. lebih baik aku melanjutkan sandiwara ini. Bukankah selama ini semuanya baik-baik saja? Memangnya hal buruk apa yang akan terjadi hanya karena aku datang ke reuni sekolah. Lagipula, di sampingku, kan ada Raisa. Tidak akan ada yang berani menggangguku. Raisa pasti akan langsung membela.

Sekarang, aku harus menyiapkan diri untuk datang ke reuni itu. Pertama, aku harus membeli gaun. Oh, iya waktu tadi pulang aku melihat ada sebuah gaun cantik yang terpajang di depan toko. Rasanya, gaun itu cocok untuk dikenakan saat acara itu. Baiklah, nanti akan kubeli dengan uang tabungan yang seharusnya untuk keperluan darurat yang mendesak. Mungkin, sekarang adalah watunya. Aku tidak menyangka ternyata tabungan yang selama ini kukumpulkan, akan digunakan untuk membeli gaun. Hah, sudahlah. Ini juga darurat.

Selanjutnya, aksesoris. Apakah ini juga penting? Ternyata menjadi wanita kaya itu sangat merepotkan. Menurutku, sebaiknya tidak perlu menggunakan aksesoris. Karena, aku sudah tidak punya uang untuk membelinya. Orang kaya yang kulihat di layar kaca juga mereka tidak menggunakan aksesoris yang berlebihan. Dan, mereka tetap terlihat elegan. Justru, orang yang belum cukup kaya, atau mengaku kaya yang memakainya secara berlebihan. Berarti Cukup pakai sepatu yang diberikan Raisa. pasti itu sudah cukup membuat kesan aku terlihat sebagai putri anak orang kaya.