Setelah selesai bertelepon dengan pacarnya, Nea kembali ke kursinya dan melemparkan senyuman pada Ezra. "Maaf ya, agak lama." Ujarnya.
"Tak apa. Urusan kerjaan?" Tanya Ezra penasaran.
Dan Nea menggelengkan kepalanya. "Bukan, urusan yang lain. Pribadi." Jawabnya jujur, namun tak langsung memberitahu bahwa ia baru saja bertelepon dengan pria yang berstatus sebagai pacarnya.
Ezra mengangguk saja. Tak mau menanyakan yang lebih mendalam. Ia takut Nea menganggap dirinya terlalu ikut campur, dan akhirnya Nea merasa risih. Ezra tak mau begitu.
Mereka berdua melanjutkan makan siang itu. Sesuai keinginan awal, Nea benar-benar mukbang.
Mereka juga tetap mengobrol. Diselingi beberapa topik receh yang membuat mereka saling tertawa.
Berkat Nea, obrolan itu terasa panjang dan tak terasa Ezra juga makan banyak. Pria itu tiba-tiba tak 'jaim' sama sekali. Ezra juga mengambil ceker pedas, ayam kremes lagi dan mengambil sup jagung dalam mangkuk kecil.
