Keputusan Nea berakhir menggantung lagi. Tadi ia berdebat lagi dengan Lita perkara resign atau tidak jadi resign.
Sekarang ia sendirian di dalam apartemennya. Lita sudah pulang sejak satu jam yang lalu. Dan kepala Nea serasa ingin meledak saja sekarang juga. Apalagi ia membawa pulang beberapa berkas bank yang belum selesai ia kerjakan di kantor, karena tadi ia tidak mau mengambil waktu lembur.
Nea kini sedang berbaring dan menatap langit-langit kamarnya. Pikirannya terasa sangat berantakan sekali.
Yang Nea pikirkan saat ini adalah tentang resign dari kantor bank yang tidak sesuai dengan planningnya, tentang David yang meminta kerjasama namun harus bertemu secara langsung, kemudian tentang permintaan ibunya yang juga menjadi beban pikiran Nea, dan yang terakhir adalah tentang dunia imajinasi.
Ada empat hal yang menjadi beban pikiran Nea.
Karena memang ajakan kerjasama dari David itu akan sangat mempengaruhi trafic pelanggan di kafe Nea. Dan nantinya jika berhasil menjalin kerjasama tersebut, produk makanan Nea akan dipromosikan secara besar-besaran dan berdampingan dengan minuman milik David.
Dari dulu Nea sangat ingin bekerjasama dengan salah satu brand makanan atau minuman yang berkelas dan sudah terkenal di mana-mana. Dan sekarang hal itu sedang terjadi namun masih harus menunggu keputusan bulat dari Nea.
Kata Lita, David memberikan waktu satu minggu untuk segera memberikan jawaban dan melakukan pertemuan kesepakatan kerjasama.
Sementara itu kini tiga hari sudah berlalu dan Nea belum memberi jawaban apapun. Sebenarnya sudah, Nea setuju. Namun David yang tetap memaksa untuk bertemu langsung dengannya.
Padahal besok Nea harus menghadapi hari closing selama dua hari dan ia tentu saja harus lembur hingga malam. Karena memang waktunya closing akhir bulan.
Jika Nea berhasil melewati dua hari closing itu, maka hanya tersisa waktu dua hari saja untuk segera memikirkan resign dan bertemu dengan David.
"AAARGHH!! Nyebelin banget sih pilihan yang ada di hidup aku!! Dituntut ini itu. Serasa gak ada yang mau ngertiin!!!" Keluhnya dengan suara lantang dan terdengar begitu sedih.
Tentu saja tidak ada yang menyahut perkataannya. Kalau ada yang menyahut, Nea pasti sudah lari terbirit-birit meninggalkan apartemen.
Begitulah nasib orang yang mandiri akut dan memiliki gelar 'Magister Jomlo Akut'. Apa-apa sendiri dan berusaha terlihat happy. Padahal sebenarnya ia merasa tertekan dan membutuhkan tempat mencurahkan segala perasaan.
Perasaan Nea saat ini sangat berantakan.
Bad mood. Frustasi. Tertekan. Ingin marah namun ia tidak tahu harus marah pada siapa. Kesal. Lelah. Campur aduk.
Dan akhirnya gadis itu terlelap begitu saja dan melewatkan jam pentingnya yang seharusnya melakukan video call bersama Lita dan Rasyid. Ia juga melewatkan makan malamnya dan bahkan sisa makanannya tadi ketika masih ada Lita itu masih tergeletak begitu saja di atas meja kaca ruang tamu.
Mungkin sisa makanan itu akan berangsur tidak sedap baunya dan akan disingkirkan Nea besok pagi ketika ia sudah bangun.
Malam itu tanpa Nea sadari, ada sesosok pria yang tiba-tiba muncul dari udara kosong.
Pria itu mengenakan setelan jas berwaena silver keemasan dan sedang memegang tongkat besi yang dilapisi warna keemasan. Pria itu muncul di udara kosong yang seperti ada lingkaran portal tipis.
Ya. Pria itu adalah si pria maskulin dari dunia imajinasi.
Ia meletakkan tongkatnya sejenak di sebelah meja kerja Nea. Kemudian pria itu mendekati kasur Nea dan duduk di tepi kasur Nea.
Perlahan, kedua tangan pria itu mengarahkan selimut untuk menutupi tubuh Nea yang tertidur tanpa menggunakan selimut. Dua sudut bibir pria itu terangkat. Ia tersenyum ketika melihat Nea terlelap sangat pulas.
Dan pria itu memberanikan dirinya untuk menyentuh tangan kiri Nea. Ia menggenggam tangan kiri Nea dengan tangan kanannya.
Sebenarnya pria itu sudah menebak apa yang akan terjadi. Ia tahu sesuatu yang tidak bisa dihindarinya ketika bertemu dengan Nea.
Dan ketika tangan mereka bersentuhan, ada secercah cahaya tipis berwarna putih. Dan reaksi Nea langsung mengernyit kaget namun gadis itu tidak terbangun. Suatu ingatan muncul lagi di dalam otaknya ketika ia tertidur. Semua itu akibat sentuhan tangan pria itu.
Pria itu ingin tahu apa yang terjadi ketika tangan mereka bersentuhan. Dan kali ini pria itu tidak melepaskan tangannya dari tangan Nea secara cepat.
Pria itu sengaja ingin menyelami apa yang Nea lihat ketika tangan mereka bersentuhan. Dan kedua mata pria itu pun terpejam juga. Seakan-akan memori lama itu juga menghampiri ingatannya. Ingatan lama yang sama persis sedang dilihat Nea saat bersentuhan dengan tangan pria itu.
Wajah Nea terus bereaksi mengernyitkan dahinya. Seolah-olah ia sedang bermimpi tentang kejadian masa lalu saat umurnya masih 8 tahun.
[Di dalam mimpi]
Nea kecil berusia 8 tahun itu sedang berada di dalam taman bermain khusus anak-anak.
Ia sedang memegang permen kapas di tangan kirinya. Sedangkan tangan kanannya memegang balon karakter berbentuk micky mouse warna merah muda.
Nea tampak dengan santai akan berjalan kembali menuju kedua orang tuanya yang sedsng duduk bersama di sebuah kursi kayu. Ia memang membeli permen kapas itu sendirian karena memang itu kemauannya.
Namun karena banyam gerombolan orang tua dan anak yang berlalu-lalang, akhirnya membuat Nea kebingungan dan lupa di mana letak kursi yang orang tuanya duduki.
Gadis kecil itu mulai kebingungan di menit ke sepuluh. Permen kapasnya juga sudah mulai meleleh mengkerut tipis karena tidak segera dimakan. Wajahnya terlihat pucat pasi dan celingukan mencari kedua orang tuanya. Padahal tadi menurutnya letak kursi itu dengan penjual permen kapas sangat dekat. Mengapa sekarang ia hilang arah?
Nea menangis. Ia mengucek kedua matanya dengan tangan kanannya. Alhasil, balon karakternya terbang begitu saja.
Merasa asing dan takut, Nea berlari ke sembarang arah dan menuju tempat yang lebih ramai agar merasa aman. Namun saat ia berlari, sepatu karet yang ia pakai itu tersandung batu dan membuat tubuhnya terjatuh. Lutut kanannya pun berdarah dan ia semakin menangis saja.
Namun, seketika itu juga anak laki-laki berusia 10 tahun mengulurkan tangan kanannya pada Nea. Ia tersenyum manis pada Nea dan memperlihatkan deretan gigi susunya yang sehat dan rapi.
"Berdirilah. Kau tidak perlu menangis. Jangan takut padaku. Namaku Ezra. Ezra Maverick." Kata anak laki-laki itu dengan nada suara sangat ramah.
Nea mendongak dan langsung menyambut uluran tangan Ezra. "Aku terjatuh..hiks hiks.."
"Tenang.. aku akan mengobati lukamu." Kata Ezra.
Mereka terlihat bergandengan menuju ke sebuag gazebo mini dan di sana ada dua orang dewasa beserta anak laki-laki lain yang berusia sebelas tahun.
"Ayah, Ibu.. ada gadis kecil yang lututnya terluka. Bisakah kalian mengobatinya?" Tanya Ezra dengan manis.
Seorang wanita berambut panjang itu mengangguk dan mengusap kepala putranya. "Tentu saja. Kemarilah nak, kau dari mana? Di mana orang tuamu?" Tanya wanita dewasa itu.
Nea tampak takut dan diam. Karena ia adalah gadis pemalu.
Wanita dewasa yang sebagai ibu Ezra itu tampak tersenyum dan mengelus pipi Nea pelan. Kemudian menggendong tubuh Nea agar bisa duduk di gazebo.
Karena Nea diam saja dan sudah tidak menangis, wanita dewasa itu terlihat sabar dan telaten memberikan obat merah dan plester di lutut Nea. Sehingga luka itu kini tertutupi plester yang memiliki motif doraemon.
Sedangkan Nea kini tersenyum. "Terima kasih tante." Ucapnya lebih ramah dan melihat wanita dewasa itu.
Di sebelah wanita dewasa itu juga ada seorang pria dewasa berkacamata bulat. Pria itu tampak sedang bermain lempar tangkap bola golf dengan anak laki-laki yang satunya.
Sedangkan Ezra tersenyum pada Nea. "Apa kau mau menemukan kedua orang tuamu? Aku bisa menemanimu. Aku akan mengantarkanmu pada mereka." Tawarnya seolah-olah ia adalah pria paling berani di dunia ini.
Ibu Ezra terkekeh geli. "Kau boleh mengantarkannya, Ezra. Namun kau tidak boleh berlama-lama ya. Ibu, ayah, dan kakakmu akan tetap menunggu di sini hingga kau kembali lagi."
Ezra mengangguk patuh. Kemudian ia menggenggam erat tangan kanan Nea dan mengajak Nea turun dari gazebo.
(to be continued)