Setelah mendaratkan pantatnya di kursi penumpang. Nea menghembuskan napasnya lega.
"Jalan pak.. ke rumah sakit Mitra ya.."
"Oke Mbak."
Begitu taksinya melaju, napas Nea terasa lebih lega. Pikirannya yang sempat tertekan, kini berkurang banyak. Kekesalannya karena mendengarkan perkataan Hana tadi masih bersemayam dalam benaknya.
Bisa-bisanya Hana seperti itu lagi. Padahal sudah lama sekali Hana tidak seperti itu sejak kejadian terakhir kali, di mana Hana memaksa Nea untuk bertemu dengan Gilang(ada di bab awal).
Nea menyandarkan kepalanya. Kembali lagi tertekan dengan hal yang sama.
Tentang usia ideal menikah. Tentang hubungannya yang harus selalu baik-baik saja dengan Gilang. Tentang menopause. Tentang hsrus segers menikah dalam waktu dekat. Semua itu tampaknya harus dilakukan oleh Nea secepatnya.
Hana memang jenis orang tua strict parents sejak dulu. Nea harus mau menuruti apa yang diinginkannya dalam menentukan target hidup.
