Chereads / Monárch / Chapter 69 - Chapter 68 - Dark Hand

Chapter 69 - Chapter 68 - Dark Hand

Satanya bisa merasakan bahwa dia perlahan-lahan tenggelam ke dalam lautan yang gelap.

Namun dia tidak kesulitan bernafas.

Dia tidak kesakitan, dan dia tidak peduli.

Dunia itu sangat gelap dan terasa sangat dingin.

Satanya merasa sangat lelah, dia ingin menguap, namun dia tidak tahu apa itu menguap.

Dia ingin menutup matanya, namun dia tidak tahu apa itu mata.

Aku tidak tahu semua hal-hal yang merepotkan seperti itu.. aku Satanya Lilith.

… aku siapa?

Dia merasakan tubuhnya perlahan menghilang.

Namun dia juga tidak tahu apa itu menghilang.

Aku.. hanya tidak tahu..

Satanya memutar bola matanya.

Dia tidak yakin bagaimana caranya, namun dia berhasil memutar bola matanya.

"Ah..."

Di sekitarnya, kegelapan perlahan berubah menjadi warna putih yang menyejukkan.

Ada banyak sosok dengan berbagai bentuk dan ukuran yang tertawa dan juga menangis di sekitarnya.

Dan diantara banyak orang itu, Satanya melihat satu pria yang sedang menatapnya dengan senyum lembut.

Pria itu memiliki kulit merah dan dua tanduk hitam, dia tidak tampan ataupun terlihat sepesial.

Namun Satanya tidak bisa mengalihkan perhatiannya dari pria itu, dia merasa sangat akrab dengannya, dia merasa pernah melihatnya di suatu tempat yang jauh.

"Siapa..."

Satanya menggerakkan tangannya yang separuh menghilang dan menyentuh dagunya.

Dia tidak tahu apa alasannya, namun dia merasa sangat ingin melakukan hal itu saat sedang berpikir.

Di dalam otaknya yang terdalam, diantara ribuan kenangan kecil yang manis.

Ada seorang wanita yang sedang memasak, Satanya terus memperhatikan Wanita itu sampai seorang pria tiba-tiba menggendongnya.

Pria itu membawanya berputar-putar di halaman sebuah rumah sederhana, namun tidak lama setelah itu wanita sebelumnya keluar dengan membawa sebuah tongkat ke arah pria itu.

"Ayah?"

Kesadarannya dengan cepat kembali.

Satanya memutar kepalanya ke kanan dan kiri.

Aku sudah mati?

Dia melihat ayahnya sekali lagi.

Ahh.. aku sudah mati..

Satanya tersenyum lembut, dia menggunakan tangan dan kakinya yang setengah hancur dan berenang kearah ayahnya.

"Ayah! Aku.."

Mata gadis itu berkaca-kaca.

"Aku sangat merindukanmu!!"

Satanya berteriak, membuat suaranya bergema di tempat itu.

Namun baik ayahnya ataupun sosok-sosok lain di sekitarnya terlihat seolah tidak terpengaruh oleh hak itu dan tetap melanjutkan apa yang sedang mereka lakukan.

Puluhan emosi dan kenangan berputar dalam benaknya.

Satanya sangat bahagia dan dia sangat sedih.

Kenapa aku sedih?

Jarak diantara mereka menjadi semakin kecil saat Satanya memikirkan hal itu.

"Aku merindukan-"

Hanya kurang dari satu meter, atau mungkin lebih kecil lagi sebelum Satanya bisa memeluk ayahnya.

Namun, rbuan tangan putih tiba-tiba muncul dan menghentikannya.

Sentuhan dari tangan-tangan itu terasa sangat nyaman dan menyejukkan.

Tapi Satanya tidak menyukainya, tangan-tangan itu terus menariknya menjauh dari ayahnya.

Satanya melawan, dia menggerakkan tangan-tangannya dan berenang sekuat tenaga, melawan tarikan tangan-tangan itu.

Ayahnya tiba-tiba menundukkan kepalanya, beikutnya pria itu menatapnya dengan mata yang basah.

"Nicia sayangku.."

Ah..

Air mata mengalir dari pipi Satanya yang berjuang keras melawan tarikan tangan-tangan itu.

Nicia.. nama yang ayah selalu gunakan untuk memanggilku.

Aku harus-

Satanya melihat tangan-tangan yang menariknya itu perlahan lenyap satu persatu, dia tidak mengabaikan kesempatan itu dan terus menambah kecepatan tangannya.

-Pergi ke tempat ayah!

"Ini bukanlah tempatmu. Kau masih memiliki tempat di atas sana, ini belum waktunya kau pergi ke tempat ini."

Kata-kata yang diucapkan dengan nada sendu itu menusuk hati Satanya seperti belati.

"T-Tapi aku sangat merindukanmu ayah! Aku hanya ingin bersama ayah!!"

Satanya mengatakan kalimat itu dengan suara yang serak, air matanya terus mengalir di pipinya.

Di sisi lain, mata ayahnya juga mulai basah.

Namun pria itu menahan segala emosinya untuk bisa tetap tersenyum ke arah putri kecilnya.

Seluruh tangan putih itu sudah benar-benar lenyap menjadi debu, tidak ada lagi yang menghalanginya untuk pergi ke tempat ayahnya.

Aku akan-

Jarak mereka berdua semakin dekat, namun sebuah tangan hitam yang tiba-tiba menyentuh tangannya membuat Satanya menghentikan gerakannya.

Berbeda dari warnanya, tangan hitam itu terasa sangat hangat dan nyaman melebihi tangan-tangan putih sebelumnya.

Satanya merasa akrab dengan tangan itu, dia merasa sangat mengenal hawa panas tangan itu.

-Tuan Vainz?

Satanya tidak bisa menahan dirinya agar tidak mengerutkan keningnya karena perasaan akrab itu.

"Tidak! Aku hanya ingin bersama ayah!"

Tepat setelah dia mengatakan kalimat itu, tangan hitam itu perlahan melepaskannya dan pergi menjauh.

Namun itu tidak berlangsung lama karena kehangatan yang sama tiba-tiba memenuhi seluruh tubuhnya.

Satanya merasa sangat nyaman dan tenang di dalam kehangatan itu dan di saat yang bersamaan, dia khawatir kalau dia akan meninggalkan ayahnya demi kehangatan itu.

Tidak! Tidak! Tidak!

Aku sudah berada sangat dekat dengan ayah!

Aku tidak akan membuang kesempatan ini bahkan untuk Vainz Michaelist sekalipun!

"Nicia.. orang itu sedang menunggumu."

Suara rendah ayahnya bergema di telinganya.

Satanya tahu siapa yang dimaksud ayahnya, dia bertanya-tanya bagaimana ayahnya bisa mengetahui tentang pria itu.

Namun dia segera menghapus pertanyaan itu dan menatap ayahnya dengan marah.

"Aku sangat menderita!"

Benar!

Aku sangat menderita!

Aku bertahan, aku terus bertahan hidup bersama orang itu selama bertahun-tahun lamanya hanya untuk apa?!

Orang itu, wanita yang seharusnya melindungiku justru membuatku semakin menderita!

"Aku sangat takut!"

Aku tidak bisa membuang kenangan-kenangan itu!

Bahkan tuan Vainz pun tidak bisa benar-benar menolongku!

Pria itu, Vainz Michaelist.. aku tidak tahu!

Dia juga meninggalkanku!

Dia membuangku!

Aku tidak mengenalnya!

Aku tidak menghormatinya!

Aku tidak menyayanginya-

"-Pria itu sangat menyayangimu, dia sangat menyayangimu bahkan melebihiku.."

Suara ayahnya bergetar untuk yang kesekian kalinya.

Satanya ingin menyanggahnya, namun berbagai kenangan kecil yang terlintas dibenaknya secara tiba-tiba tidak membiarkannya melakukan itu.

Ayahnya melihatnya dengan mata yang berkaca-kaca.

"Apakah ayah tidak menyayangiku?!!!"

Satanya memaksa pita suaranya untuk berteriak sekeras mungkin hingga titik dimana tenggorokannya perlahan mulai sakit.

Dia menatap ayahnya dengan kemarahan yang terlihat jelas.

Namun ayahnya hanya tersenyum lembut, seolah kemarahannya adalah hal yang sia-sia.

"Katakan sesuatu…"

Tanpa dia sadari, Satanya sudah berhenti menggerakkan tangannya.

Dia sekarang bergerak naik ke arah permukaan air itu dengan kecepatan sedang.

Satanya menatap ayahnya, dia ingin mengatakan banyak hal dan mengajukan banyak pertanyaan, namun dia tidak memiliki alasan untuk melakukannya.

"Katakan padanya.."

Jarak di antara mereka sangat jauh, namun entah kenapa Satanya bisa mendengar suara berat ayahnya dengan jelas.

Ayahnya melambaikan tangannya.

" 'Tolong jaga putriku dengan baik' "

Air mata yang tak terbendung mulai mengalir deras, membanjiri wajah ayah dan anak itu.