Chereads / Monárch / Chapter 68 - Chapter 67 - Quibble

Chapter 68 - Chapter 67 - Quibble

Rinue menatap Vainz yang masuk ke mode bertarung di depannya.

Apa yang Vainz Michaelist, Sang penantang ini pikirkan?

Perbedaan di antara kekuatan mereka sudah sangat jelas, jika Rinue tidak menahan kekuatannya karena rasa kasihan, Vainz Michaelist pasti sudah mati.

Lalu kenapa sekarang Vainz ini terlihat sangat percaya diri?

Rinue tidak tahu, namun dia merasa bahwa pertarungan mereka baru saja dimulai.

Aku tidak akan kalah apapun yang terjadi!

Rinue dan Vainz menggerakkan kaki mereka di saat yang bersamaan, jarak diantara mereka segera tertutup.

Rinue mengirimkan pukulan ke kepala Vainz namun Vainz dengan mudah menghindari pukulan itu dan melancarkan pukulan ke arah dada dan kepala Rinue.

Bang! Bang!

Eh..?

Apakah dia sekuat ini?

Aku yakin dia tidak sekuat ini!

Begitu, jadi begitu.. dia melakukan sesuatu yang membuat kekuatannya naik, mungkin salah satu skill skill nya naik?

Aku tidak peduli!

Mereka berdua terus bertukar pukulan, namun hampir seluruh pukulan Rinue selalu dihindari oleh Vainz.

Vainz bisa merasakan kecepatan dan kelincahannya terus bertambah, dia bisa menghindari pukulan bertubi-tubi dari Rinue dengan mudah.

Mantra [Drain Touch] juga berkerja dengan baik, dia bisa merasakan SP nya yang bertambah seiring dengan pukulannya yang mendarat di tubuh Rinue.

Selama aku terus menghindar, aku pasti bisa memenangkan pertarungan ini!

"Ora! Ora! Ora! Ora! Ora!"

Vainz mengungguli kecepatan Rinue, dia terus menghujani Wise Orc itu dengan pukulan.

Rinue yang sebelumnya menyerang, sekarang mau tidak mau harus masuk ke posisi bertahan.

Sialan!

Rinue membentuk tanda X dengan dua lengannya untuk bertahan dari hujan pukulan.

Dia kuat, serangan maupun pertahanannya kuat.

Rinue bisa bertahan dari hujan pukulan itu bahkan untuk satu Minggu dan dia akan tetap baik-baik saja.

Namun, dia tidak bisa melakukan hal itu saat berhadapan dengan Vainz.

Dia merasa semakin lemah dan semakin lemah saat menerima lebih banyak pukulan pria itu.

Sesuatu.. aku merasa ada sesuatu yang menyerap stamina dan kekuatanku!

Ini perbuatannya! Ini perbuatan Vainz!

"Roarrrh!!"

Rinue mengabaikan pertahanannya, dan menyerang Vainz dengan brutal.

Dia menjadi lebih menakutkan sekarang huh.

Vainz melompat mundur saat Rinue memutar tubuhnya seperti gasing.

Aku akan menyelesaikan hal ini.

Vainz mengayunkan tangannya ke arah Rinue.

"[Wind Slash]!"

Angin melesat dan memotong tangan kiri Rinue.

Berikutnya Vainz merapal [Burn Lance] dan bergerak ke arah Wise Orc itu.

Vainz mengumpulkan kekuatan di tangannya, menghindari pukulan yang diarahkan kepadanya dan menusuk dada Rinue.

Stab!

Tubuh besar itu perlahan jatuh ketanah dan menghasilkan suara yang keras.

"Jadi.. sang penantang yang akan menang.."

Rinue mengeluarkan suara itu sambil terbatuk darah.

Vainz merendahkan tubuhnya dan duduk di samping Rinue.

"Kau Wise Orc kan? Apakah itu berarti kau bijak dan semacamnya?"

Rinue tertawa kecil dengan pertanyaan Vainz.

"Kecerdasan, kebijaksanaan.. aku tidak memiliki kualitas seperti itu. Wise Orc, adalah kekuatan, ras, yang kudapatkan setelah menerima nama.."

Vainz mengangkat alisnya.

"Siapa yang memberimu nama?"

"Sang Penantang.. pada akhirnya sang penantang akan bertemu dengan wanita itu."

Hmmm?

Apakah aku harus menyiksanya agar dia mau memberikan informasi lebih jauh?

Selain itu wanita?

Wanita.. haah...

Bagaimana caraku berurusan dengan wanita?

Aku bahkan tidak bisa mengurus masalah simpel ku dengan Satanya.

"Vainz Michaelist, kau terlihat seperti memiliki sebuah masalah.. "

Vainz melirik Wise Orc yang secara perlahan mulai kehilangan kesadarannya itu.

"Aku.. ya.. kurasa kau bisa menyebutnya sebagai sebuah masalah…"

Vainz menundukkan kepalanya dengan wajah yang gelap.

"Aku tidak benar-benar pandai dan berpengalaman.. namun, sebagai pesan.. sebagai sebuah penghargaan untuk seorang yang berhasil mengalahkanku ..aku akan memberimu satu nasehat."

Vainz mengalihkan pandangannya ke arah Rinue yang hampir menutup matanya.

"...Jangan pernah berpikir untuk lari dari sebuah masalah.. sebagai pria.. kau.. harus.. selalu kuat untuk menyelesaikan masalahmu sendiri...."

Bersamaan dengan hembusan nafas yang terdengar sangat ringan, kedua kelopak mata Wise Orc itu akhirnya tertutup sempurna.

"Aku tahu.…"

Aku harus menyelesaikan masalah.. tidak boleh lari dari masalah... Harus kuat!

Vainz menutup mulut Rinue yang masih separuh terbuka dan segera bangkit untuk meregangkan tubuhnya.

Berikutnya dia mulai merapal healing magic untuk menyembuhkan luka-luka di seluruh tubuhnya.

"Sekarang.. "

Dia melihat mayat Wise Orc dibawahnya.

Aku hanya bisa mengambil core nya karena dia tidak membawa senjata apapun.. sia-sia huh.

"[Shadow Exchange]."

Pemandangan di depannya berubah.

Vainz bertukar tempat dengan W1 dan kembali ke dekat desa sebelumnya.

Hmm... apakah mereka sudah selesai?

Vainz melihat sekelilingnya.

Desa itu sudah benar-benar hancur, api mengepul dari tiap rumah, para Skeletal berpatroli dengan membusungkan dada di jalanan yang bersimbah darah.

Selain itu, .. Lightning Lord dan Avatar of Fire sudah menghilang huh.

"Hmm..?"

Vainz menangkap sesuatu yang sangat tidak ingin dia lihat dari sudut matanya.

Deg!

Deg! Deg!

Deg! Deg! Deg!

Deg! Deg! Deg! Deg!

Jantungnya berdetak kencang.

Keringat dingin bercucuran dari pelipisnya.

Hawa dingin perlahan merangkak naik ke punggungnya.

Vainz dengan tergesa-gesa merapal [Earth Bunker], dia segera meraih Satanya yang bersimbah darah dibawahnya dan membawanya masuk kedalam Igloo yang terbuat dari batu di depannya.

Dingin yang Vainz rasakan saat menyentuh kulit Satanya membuatnya semakin ketakutan.

Vainz dengan hati-hati meletakkan Satanya di atas kasur bunga.

"[Maximize Magic: Greater Recovery]! [Maximize Magic: Heavy Recover]! [Maximize Magic: Greater Heal]!! [Maximize Magic: Heal]!!! [Maximize Magic: Cure Wound]!!!! [Maximize Magic: All Greater Heal]!!!!! [Maximize Magic: Regeneration]!!!!!!"

Cahaya hijau magis yang sejuk terus menerus membungkus tubuh pucat Satanya seolah tidak akan pernah berakhir.

Wajah pucat Satanya perlahan membaik, gadis itu perlahan-lahan mendapatkan warnanya kembali.

Vainz dengan hati-hati melepaskan pakaian kotor Satanya, dia menggunakan kain yang sudah dia basahi dengan [Create Water] dan membersihkan tubuh gadis itu dengan cekatan.

Vainz melihat semuanya, namun dia benar-benar tidak memperhatikan hal itu, dia dengan hati-hati terus membersihkan seluruh bagian tubuh Satanya.

Berikutnya Vainz mengeluarkan sebuah baju dan rok putih dari dalam bayangannya dan memakaikannya pada gadis itu.

Vainz duduk di lantai dan mengengam erat tangan gadis kecil itu dengan dua tangannya.

"Kumohon.. !"

Karena dia sendiri yang menyuruh Satanya untuk pergi bersama para skeletal, Vainz tidak akan bisa memaafkan dirinya jika Satanya mati.

Seharusnya aku tidak melakukannya!

Seharusnya aku menyuruhnya tetap berada dalam Earth Bunker!

"T-Tidak.. ini bukan salahku! Ini salah para Skeletal itu!"

Berdalih.

Adalah apa yang coba Vainz lakukan.

Mungkin dia akan merasa lebih baik jika melakukan hal itu, namun dia tetap tidak bisa mengusir ketakutan yang sedari tadi memeluknya erat.

Di satu sisi, dia ingin menyalahkan para Skeletal.

Dan di sisi lain dia ingin menyalahkan dirinya sendiri karena sudah membuat keputusan itu.

Itu benar.

Aku yang bersalah.

Aku yang sudah membuat Satanya terluka.

A-Aku-

"-minta maaf.."

Vainz memiliki skill [Surgeon], berkat skill itu dia bisa mengatakan dengan yakin bahwa Satanya sudah melewati masa-masa kritis.

Namun, bagaimana tangan Satanya yang saat ini perlahan mulai kehilangan hawa panasnya membuat Vainz sangat kebingungan.

Kenapa?!

Satanya terlihat sangat baik-baik saja, wajahnya tidak pucat atau semacamnya, namun detak jantung dan nafas gadis itu menjadi semakin lemah setiap detiknya.

Bukankah aku sudah menggunakan healing magic?!

Jika dia kehilangan banyak darah, bukankah seharusnya [Regeneration] sudah memperbaiki hal itu?

Lalu kenapa?!!

Tubuhnya semakin dingin!!

Apakah dia akan mati?

Dia akan mati?

Satanya ku akan mati?!!

Tidak!

Itu tidak mungkin!

Vainz menghapus keringat dingin di dahinya dan mulai menghujani Satanya dengan healing magic.

Tapi, bahkan dengan puluhan Healing Magic LV 9 pun keadaan Satanya masih sama.

Hawa panasnya semakin berkurang dan detak jantungnya menjadi semakin lambat.

"FUCK!"

Vainz terus-menerus menggaruk kepalanya yang tidak gatal di dalam Earth Bunker itu.

Bagaimana? Bagaimana? Bagaimana? Bagaimana? Bagaimana? Bagaimana? Bagaimana? Bagaimana? Bagaimana?

Bagai-sebuah ide melintas di kepala Vainz yang panas.

…itu tidak akan terlalu efektif..!

Tapi aku tidak bisa memikirkan cara lain!

Vainz berjalan keluar dari Earth Bunker, dia melepaskan pakaiannya dan segera menggunakan Water magic untuk membasahi tubuhnya.

Berikutnya dia menyimpan pakaian hitam itu ke dalam bayangannya dan di saat yang bersamaan mengambil kain lain untuk mengeringkan tubuhnya.

Setelah memastikan tubuhnya benar-benar kering dan bersih, Vainz memakai rok coklat yang seharusnya milik perempuan itu untuk menutupi tubuh bagian bawahnya.

Dia berjalan masuk ke dalam Earth Bunker dan dengan cekatan melepaskan pakaian Satanya.

"Kuharap kau akan memaafkanku karena ini.."

Vainz berbaring di sebelah Satanya.

Dia dengan hati-hati mengangkat dan mendorong gadis itu ke dalam pelukannya.

Berikutnya bayangan Vainz mulai melebar dan berubah menjadi semacam tangan raksasa.

bayangan itu membungkus mereka berdua selama beberapa saat sebelum akhirnya menghilang dan menyisakan tumpukan pakaian wanita yang menyelimuti tubuh Vainz dan Satanya.

Dengan kain sebanyak ini.. aku mungkin akan berkeringat.. Terserahlah!

Vainz menarik tubuh Satanya lebih dekat, dia membenamkan kepala Satanya di dadanya.

-Berjaga di sekitar Earth Bunker ini. Bunuh makhluk apapun yang mendekat, aku tidak peduli bahkan jika itu dewa sekalipun.

Beberapa saat setelah perintah mental itu dia kirimkan, dia bisa mendengar puluhan langkah kaki di sekitarnya, namun Vainz tidak memperdulikan hal itu.

Vainz bisa merasakannya, melalui tangan dan kulit yang saling bersentuhan bahwa Satanya mendapatkan hawa panasnya kembali.

Aku tidak pernah berpikir bahwa cara ini akan berhasil…!

Vainz menutup matanya, bahkan jika dia tidak ingin tertidur, rasa lelahnya setelah bertarung dengan Wise Orc terus memaksanya untuk begitu.