Chereads / Monárch / Chapter 49 - Chapter 48 - Concern

Chapter 49 - Chapter 48 - Concern

Aku yakin mereka terus-menerus menghujani layar komputer ku dengan emoticon tertawa saat itu.

Dan saat Vainz mencoba skill itu, dia hanya kesal setelah melihat efek skillnya.

Skill yang bagus, memanggil 100 demon yang kuat.

Satu-satunya kelemahan skill itu adalah demon-demon yang dipanggil tidak bisa diatur, Vainz menghabiskan hampir 30 menit menatap layar komputer hanya untuk mengatur dua demon, dan saat dia mencoba yang ketiga, 100 demon itu justru menyerangnya.

"Mati karena skill sendiri…."

Karena peristiwa itu, seluruh teman onlinenya terus-menerus mengirimkan ribuan pesan yang hanya berisi emoticon tertawa.

Akhirnya Vainz memutuskan untuk menghapus game Eternal saat angka 999 muncul di sudut kotak pesan dalam game itu.

Vainz tersenyum kecut saat mengingat kenangan itu.

Aku harus memastikan hal ini, kuharap Satanya tidak menghabiskan lamia-lamia itu..

Vainz bangkit dan mengaktifkan 3 skill nya, dia bergerak secepat mungkin menggunakan Dash dan kembali ke tempat Satanya.

_____

Aku tidak boleh mati di tempat seperti ini!

Ada seseorang yang kuat, dan orang itu adalah pria!

Aku tidak boleh mati, aku harus mengirimkan berita ini pada pimpinan.

Lamia itu-Mia terus mengatakan kalimat-kalimat penyemangat dalam hatinya sambil terus mencoba menggerakkan tubuhnya yang mati rasa setelah terkena aliran petir.

Dia bergidik saat melihat rekan-rekannya yang sudah mati. Mia adalah anggota baru dari team patroli di gua itu, dengan kata lain dia sangat lemah.

Bisa bertahan hidup dari dua mantra Vainz mungkin adalah sebuah keajaiban, karena itu dia tidak bisa menyia-nyiakan keajaiban itu.

Aku harus kembali!

Lamia, ras setengah ular dengan penampilan atas seorang gadis yang menawan adalah ras yang cukup kuat namun di saat yang bersamaan selalu berada di ujung tanduk.

Di dalam ras mereka, tidak ada pejantan, seluruh ras hanya berisi wanita, hal itu menyebabkan keberadaan mereka di ujung tanduk.

Untuk menjaga kelangsungan mereka, para Lamia akan menculik pejantan dari ras lain dan menggunakan mereka sebagai sumber benih.

Walaupun begitu, bukan berarti bahwa Lamia tidak pernah mencoba berdamai dan membuat perjanjian dengan ras lain agar mau menjadi pasangan mereka, sebaliknya mereka sering melakukannya, dengan berbagai ras seperti orc, ogre, bahkan ras kecil dan menjijikan seperti Goblin.

Tapi perjanjian seperti itu tidak bisa berlangsung lama, alasannya "karena mereka terlalu menakutkan" adalah kalimat yang selalu digunakan para pejantan yang mencoba bermalam dengan mereka.

Para Lamia awalnya hanya mengabaikan hal itu, memutuskan tali perjanjian dan membuat perjanjian dengan ras lain.

Namun hal yang sama tetap terjadi, bahkan ras dengan nafas yang tinggi seperti orc dan ogre memilih untuk menjauhi mereka karena alasan yang sama.

Ras Lamia terus membuat dan memutuskan perjanjian dengan tiap ras yang ada hingga mereka menyadari bahwa tidak ada ras-yang bisa di ajak untuk membuat perjanjian yang tersisa.

Karena itu satu-satunya pilihan yang tersedia bagi mereka, untuk bisa mempertahankan keberadaan Lamia adalah menculik dan memeras pejantan dari ras lain.

Namun hal itu memakan biaya yang cukup besar, ras dari pejantan yang Lamia culik menjadi marah dan menyerang desa mereka, satu-satunya pilihan yang tersisa hanyalah berlari dan bersembunyi.

Kami para Lamia terus menerus bersembunyi di gua ini, tapi dengan benih Elves itu .. keajaiban yang sama mungkin akan terjadi! Dan kami bisa keluar dari tempat ini!

Mia mengalirkan kekuatannya ke dua lengan ramping miliknya, memaksa mereka untuk mengangkat tubuhnya dan bangkit.

"Ngrhh... Ayolah!!"

Mia mengabaikan petir-petir yang terus-menerus menyetrum otot-ototnya dan terus memaksa dirinya untuk bangkit.

Dia memaksa dirinya begitu keras hingga air mata mulai mengalir di pipinya.

Namun semua perjuangan itu sia-sia saat dia melihat sepasang kaki yang terlihat indah walaupun berlumuran lumpur dari sudut matanya.

Mia mengangkat kepalanya dan mulai terisak di depan gadis itu.

"K-Kumohon!"

Di sisi lain, Satanya hanya menatapnya dengan diam.

Mia terus terisak selama beberapa saat dan ekspresi Satanya perlahan mulai menunjukkan perubahan.

Ekspresi Mia perlahan membaik saat dia melihat perubahan itu, namun ketakutannya menjadi semakin besar saat Mia bertemu dengan mata Satanya.

Ekspresi Satanya terlihat lembut, dia terlihat sedih seolah bersimpati pada Mia, tapi ada yang berbeda dari matanya.

Mata itu bersih seperti kaca dan sedingin es.

Mia merasa hawa dingin mulai merangkak naik dari punggungnya saat dia menyadari bahwa dia tidak bisa melihat emosi apapun dari mata gadis itu.

Satanya mengangkat pedangnya, Berbeda dari sebelumnya dia tidak terlihat kesusahan sama sekali.

Karena dia sudah naik level dan mungkin dia mulai terbiasa dengan pedang itu.

".. yang satu ini adalah yang terakhir."

Mia menutup kedua matanya rapat-rapat saat Satanya mengayunkan pedangnya setelah mengatakan kalimat itu, dia sudah bersiap untuk memeluk kematian yang cepat.

….hmm? Apa yang terjadi?

Beberapa saat, mungkin lima detik sudah berlalu tapi kepalanya masih belum terlepas dari tubuhnya.

Mia memberanikan diri dan membuka kedua matanya.

Ada seorang Elves dengan rambut emas yang terlihat kusam dan mata sebiru lautan yang menepuk kepala Satanya.

Berbeda dari beberapa saat lalu, ada ribuan emosi yang dengan jelas terlukis di mata Satanya saat ini.

Fakta itu membuat Satanya merasa bodoh, namun dia mengabaikannya dan beralih ke pria di samping gadis itu.

…d-dia kembali!

T-Tapi bagaimana? Apakah dia sudah melihat rumah kami? Jika itu benar, apakah dia juga bertemu dengan orang-orang? Tapi mereka tidak mungkin melepaskan pria ini! Jadi.… D-dia menggunakan mantra itu lagi di rumahku…

Tubuh Mia bergetar hebat saat dia memikirkan kemungkinan-kemungkinan itu.

"Aha, dia terlihat bagus.."

Telinga Mia tersentak dengan kalimat Vainz.

D-Dia bilang aku bagus? Apakah itu berarti dia tertarik dengan tubuhku? Tidak! Itu tidak penting! Sekarang aku hanya harus bertahan hidup!

Insting bertahan hidup dan instingnya sebagai wanita yang haus akan pria berteriak padanya.

Mia sepenuhnya menyerahkan apapun yang mungkin terjadi kedepannya pada dua instingnya saat ini.

Mia menggunakan seluruh kekuatannya, memaksa tubuhnya yang besar untuk duduk.

Dia membuat pose yang dia sangat yakin akan menarik perhatian seorang pria dan menggunakan jari-jarinya untuk melepaskan beberapa kancing baju tipis miliknya.

Namun Elves itu tidak menunjukkan ekspresi apapun selain wajah datar, seolah Mia tidak menarik, seolah-olah Mia tidak ada di tempat itu.

"Lamia itu memang tidak menarik! Aku tahu itu! Jadi jangan diam saja dan katakan sesuatu bodoh!!"

Mia dengan sisa-sisa tenaganya mengatakan kalimat itu dengan mata yang basah dan bersiap melepaskan kancing baju terakhir sebelum dia benar-benar telanjang di depan dua orang itu.

Namun dia tidak bisa melakukannya.

Ada aura yang dingin dan menakutkan sedang diarahkan padanya, membuat Mia membeku karena rasa takut.

Mia menggerakkan bola matanya dan dia bisa melihat Satanya yang tersenyum manis, namun aura disekitarnya terasa sangat tidak menyenangkan.

Elves di samping gadis itu mengulurkan tangannya ke arahnya.