"Hallo Ric... Lu udah siap belum? Gua lagi sarapan dulu nih."
Kini Adrian sudah bangun dari tidurnya. Dan Adrian sekarang ini sedang sarapan sebelum pergi untuk bertemu dengan Caca di restoran yang sudah dia putuskan semalam dengan Caca.
"Iya ini gua juga udah siap, tinggal berangkat. Santai aja santai."
"Yaudah kalo gitu. Gua siap-siap dulu."
"Okee."
"Bi... Saya udah ya sarapannya. Tolong juga ruang kerja saya nanti di bersihkan ya. Soalnya saya mau ngerjain kerjaan nanti malam di situ."
"Baik, Pak. Nanti saya bersihkan."
"Makasih ya Bi. Saya pergi dulu."
"Iya, Pak. Hati-hati Pak."
"Iya. Makasih, Bi."
Adrian segera pergi untuk menemui Caca setelah selesai sarapan. Adrian akan bertemu dengan Eric juga di restoran langsung tanpa harus jemput-jemputan terlebih dahulu. Caca juga tidak di jemput oleh Adrian. Tidak seperti kemarin Adrian yang menjemput Nesya ke rumahnya. Kalau perasaan itu memang tidak bisa di bohongi.
Tidak membutuhkan waktu lama untuk Adrian sampai di restoran itu. Karena jalanan kali ini lumayan lancar. Sehingga Adrian tidak harus terjebak macat terlebih dahulu. Dan sesampainya di sana ternyata sudah ada Eric yang sedang menunggunya.
"Ric. Udah lama lu di sini?" tanya Adrian.
"Udah sejam yang lalu gua di sini."
"Bohong aja lu. Tadi aja gua telepon katanya masih siap-siap lu, haha. Si Caca belum sampai?"
"Belum. Coba deh lu tanyain. Takutnya dia nyasar. Atau kenapa-kenapa gitu di jalan."
"Yaudah kalo gitu gua telepon dulu."
Namun ketika Adrian akan menghubungi Caca, Caca sudah sampai di sana.
"Hallo guys. Maaf ya telat. Tadi gua kejebak macet sedikit pas di arah rumah gua."
"Oh gitu. Iya ga apa-apa."
"Eric. Kok lu ada di sini juga?" tanya Caca.
"Iya. Tadi saya yang ajak dia untuk ke sini juga. Karena habis ini saya sama Eric mau sekalian ngerjain kerjaan kita."
"Oh gitu, oke."
"Yaudah masuk yu ah. Kaku-kaku banget lu pada berdua kaya kanebo kering, haha."
Benar apa yang di pikrikan oelh Adrian. Untung saja dia mengajak Eric untuk bertemu dengan Caca. Karena kalau tidak, benar apa yang di katakan oleh Eric. Adrian dan Caca itu tidak saling nyambung. Sehingga ketika mereka berdua bertemu, pasti mereka berdua hanya bisa saling diam-diaman. Karena Caca adalah orang yang sangat periang dan gaul. Sedangkan Adrian bisa di bilang dia adalah laki-laki yang pendiam.
"Pada mau pesan apa nih?" tanya Eric.
"Gua minum aja deh. Jus mangga. Tadi gua udah sarapan soalnya," jawab Adrian.
"Yehh, lagian udah mau ke restoran malah makan dulu. Kalo Caca, mau apa Ca?"
"Gua juga minum aja deh. Tadi gua juga udah sarapan di rumah. Gua jus jambu aja."
"Yahh, ga ada yang mau makan nih jadinya? Gua lapar tau. Tadi istri gua ga sempat masak karena anak gua lagi rewel banget. Ga enak badan kayanya dia."
"Yaudah lu pesan makan aja. Ribet banget si Ric"
"Iya Adrian, iya... Mba...," panggil Eric kepada salah satu pelayan yang ada di sana.
"Iya, Mas. Ada yang bisa di bantu?"
"Saya mau pesan jus mangga, jus jambu, sama jus jeruk ya."
"Baik. Ada lagi Mas tambahannya?"
"Udah, itu aja dulu Mba."
"Baik. Mohon di tunggu ya."
"Iya, makasih Mba."
"Yehh, ga jadi pesan makan juga lu?" tanya Adrian.
"Iya. Ga enak gua makan sendirian, haha."
"Btw. Kamu kenapa ngajak aku ke sini Adrian? Ada apa? Sampai ajak Eric juga," tanya Caca.
"Iya, ada yang mau saya omongin ke kamu. Sebentar ya. Saya lagi balasin pesan dari karyawan saya. Ada kerjaan mendadak soalnya."
"Ohh, iya."
Adrian lagi-lagi berbohong kepada Caca. Adrian itu sebenarnya sedang tidak chatan dengan karyawan kantornya. Mana mungkin Adrian chatan dengan karyawan kantornya. Jika ada pekerjaan, pasti Adrian akan meneleponnya langsung supaya pekerjaannya lebih jelas dan hasilnya memuaskan.
Kali ini Adrian sedang chatan dengan Nesya. Adrian menanyakan kepada Nesya apakah Nesya sudah makan, sedang apa, dan yang lainnya. Belum juga ada sehari Adrian tidak bertemu dengan Nesya, tetapi rasanya Adrian sudah rindu saja dengannya.
"Permisi, pesanannya sudah datang. Selamat menikmati."
Pelayan restoran tadi kembali lagi untuk memberikan pesanan.
"Iya. Makasih, Mba."
"Jadi saya mau ngomong ini Ca."
"Heh. Baru aja minuman datang. Lu mau langsung ngomong aja," bentak Eric.
"Kan tadi Caca juga udah nanyain. Lagian urusan gua sama karyawan gua udah selesai. Habis ini kan kita mau kerjain pekerjaan kita Ric."
"Iya deh. Terserah lu Yan."
"Iya. Jadi saya sebelumnya mau minta maaf dulu sama kamu, Ca."
"Minta maaf? Minta maaf kenapa ya?"
"Saya minta maaf kalo saya itu sebenarnya tidak ada perasaan apapun ke kamu. Dan saya terima kasih ke kamu karena kemarin itu kamu udah mengajak Nesya untuk bertemu dengan saya."
Ternyata Adrian tanpa berbasah-basi langsung membicarakan apa yang akan dia sampaikan hari ini kepada Caca.
"Iya, ga apa-apa kok. Aku juga sedikit tau tentang kamu dari Eric kalo kamu itu susah untuk jatuh cinta ke seseorang, tapi aku mau tanya. Kenapa kamu makasih karena aku udah ajak Nesya ketemu sama kamu waktu itu?"
"Iya. Saya berterima kasih. Karena kamu sudah mempertemukan saya dengan wanita yang baik dan saat ini sedang saya cintai."
Caca yang sedang meminum minumannya itu pun langsung tersedak setelah mendengar pernyataan langsung dari Adrian tentang perasananya kepada Nesya.
"Ohh. Jadi kamu suka sama Nesya?"
"Iya. Maaf ya."
"Iya, ga apa-apa kok. Walaupun sejujurnya aku juga suka sama kamu. Tapi kalo kamu emang sukanya sama Nesya, aku juga ga apa-apa kok. Aku ngertiin. Yang penting sekarang kamu udah bisa membuka hati untuk wanita. Dan wanita itu adalah sahabat aku sendiri. Aku ikut senang kok."
"Iya, makasih banyak ya Ca. Tapi kita berdua masih temanan kok. Kalo kamu ada butuh apa-apa langsung bilang aja ke saya. Kan kamu itu sahabatnya Nesya. Otomatis berarti menjadi sahabat saya juga sekarang."
"Iya, thanks Yan."
"Iya, sama-sama."
Ternyata benar juga kata Adrian jika Caca akan mengerti perasaan yang sedang Adrian rasakan kepada Nesya kali ini. Caca tidak terlihat marah sama sekali. Justru dia mendukungnya. Mungkin karena biar bagaimana pun Nesya itu adalah sahabat lamanya.
"Yaudah aku balik dulu ya. Aku juga ada urusan sama kerjaan aku. Mamah ada halangan soalnya. Makanya hari ini aku yang harus nge handle semuanya."
"Oh, iya Ca. Hati-hati ya. Nanti kalo udah sampai, kabarin aja."
"Iya, Yan. Makasih ya. Aku duluan. Duluan Ric."
"Iya, hati-hati lu Ca."
"Iya."
Kini Caca telah pergi meninggalkan Adrian dan Eric berdua di restoran itu.
"Gua yakin banget ya Yan kalo Caca itu pergi bukan karena ada urusan, tapi karena dia itu lagi patah hati gara-gara lu," ucap Eric.
"Kok gara-gara gua si? Kan dia juga tadi udah bilang kalo dia ga masalah sama perasaan gua ke Nesya."
"Ya namanya juga cewek Yan. Masa lu ga ngerti si. Cewek itu kalo bilang engga artinya iya, kalo iya artinya engga, kalo terserah artinya iya, kalo ga apa-apa itu artinya ada apa-apa. Paham lu?"
"Banyak banget rumusnya. Au ah. Mending sekarang lu temanin gua aja."
"Temanin kemana lagi ya ampun. Lu ganggu liburan gua aja si."
"Udah pokoknya ikut aja."
Mau tidak mau Eric akhirnya ikut dengan Adrian. Ternyata Adrian juga kali ini lagi-lagi berbohong dengan Caca. Tadi awalnya Adrian bilang ke Caca jika dia akan ada kerjaan dengan Eric, tapi ternyata Adrian mengajak Eric ke suatu tempat lain tanpa sepengetahuan Caca.
-TBC-