"Udah sampai aja ya, Mas. Ga kerasa, hehe," tanya Nesya
"Iya. Ayo masuk."
Kali ini Adrian juga membukakan pintu mobil untuk Nesya. Kemduian Adrian dan Nesya memasuki pantai asuhan itu. Di sana sudah ada beberapa orang yang menyambut kedatangan Adrian.
"Pagi, Pak."
"Pagi. Gimana? Udah 100 persen kah sekarang keadaan panti ini?"
"Alhamdulillah sudah Pak. Semua ruangan sudah rapih dan juga sudah bisa di tempati dengan nyaman. Termasuk ruangan Bapak. Ruangan Bapak sudah di isi dan di dekor sesuai dengan permintaan Bapak."
"Bagus kalo gitu. Tapi apakah anak-anak di sini merasa nyaman dengan keadaan panti seperti ini?"
"Terlihatnya mereka begitu nyaman Pak. Karena tidak henti-hentinya mereka semua mengucapkan rasa syukur dan selalu tertawa bersama teman-temannya. Sekarang mereka semua sedang bermain di taman halaman belakang Pak."
"Syukur deh kalo gitu. Biarin aja mereka semua main. Nanti kegiatan belajar mengajar di panti ini kita lakukan 2 minggu ke depan lagi ya. Karena saya mau anak-anak itu merasa bahagia terlebih dahulu sebelum mereka melakukan aktivitasnya."
"Baik, Pak."
"Oh iya. Saya juga minta data-data penting panti asuhan ini ya. Saya tunggu di ruangan saya."
"Baik, Pak. Akan saya antar ke ruangan Bapak."
"Baik, terima kasih. Ayo Nes, kita ke ruangan saya dulu sekarang."
"Iya, Mas."
Adrian mengajak Nesya untuk masuk ke ruangannya yang ada di panti itu. Sebelumnya Adrian juga belum pernah melihat keadaan ruangannya saat ini. Waktu itu Adrian melihat ruangannya masih berantakan dan belum rapih. Ternyata kini ruangannya sudah sangat rapih. Ruangannya itu kini sudah bisa di tempati dengan sangat nyaman.
"Wahh, bagus banget ya Mas ruangan kamu."
"Iya, syukur deh sesuai dengan permintaan saya."
"Apa kamu bakalan kerja setiap hari di sini?"
"Engga. Ruangan ini kalo saya ada di panti ini aja. Tapi sepertinya saya bakalan menghabiskan waktu lebih lama di kantor daripada di sini."
"Oh gitu. Mas, boleh ga aku beresin ruangan Mas Adrian sedikit? Kayanya perasan aku masih ada yang kurang. Harus di beresin lagi gitu sedikit. Supaya terlihat lebih rapih aja."
"Emang kamu ga repot harus beresin ruangan ini?"
"Engga kok, Mas. Kalo Mas ngizinin."
"Yaa boleh aja si kalo kamu ga keberatan."
"Engga kok.Ga keberatan sama sekali. Yaudah aku mulai beresin ruangannya ya Mas."
"Iya. Makasih ya."
"Sama-sama, Mas."
Tidak lama kemudian datang seseorang ke dalam ruangan Adrian.
Tok... Tok... Tok...
"Permisi."
"Iya, silahkan masuk."
"Ini Pak, data-data penting panti ini yang Bapak minta tadi."
"Oh iya. Makasih ya."
"Iya, Pak. Kalo gitu saya permisi dulu."
"Iya, silahkan."
Adrian langsung memeriksa data-data penting panti asuhan itu. Adrian itu memang orangnya sangat detail untuk mengurusi suatu hal. Apalagi untuk urusan yang penting seperti ini. Panti asuhan ini kan adalah permintaan terakhir Ayahnya, sehingga Adrian menganggapnya panti asuhan ini sangat penting bagi dirinya.
"Mas, udah selesai nih. Gimana menurut kamu? Lebih rapih atau sama aja, atau malah makin berantakan?"
"Bagus kok bagus. Wahh, selain pintar masak, kamu juga pintar beres-beres ya."
"Hehe, Mas Adrian bisa aja. Ini kan pekerjaan aku sehari-hari di rumah. Aku harus ngerjain semua pekerjaan rumah sendiri. Ga kaya Mas Adrian yang hidupnya serba mewah. Aku jadi minder kalo jalan di samping Mas Adrian."
"Jangan bica seperti itu Nesya. Kekayaan, harta itu hanya titipan sementara di dunia ini. Lagian, ini semua punya orangtua saya kok, bukan punya saya."
"Orangtua Mas Adrian sekarang dimana? Ada di rumah? Boleh ga aku metemu sama orangtua Mas Adrian?"
"Orangtua saya udah meninggal."
"Inalillahi. Maaf Mas, aku ga tau."
"Iya, ga apa-apa kok."
"Emang orangtua Mas Adrian meninggal karena apa Mas? Maaf aku jadi kepo gini. Tapi kalo Mas Adrian ga mau cerita ke aku juga ga apa-apa kok, aku ga maksa."
"Ga apa-apa kok Nesya. Jadi orangtua saya itu udah meninggal dua-duanya. Mamah saya udah meninggal sejak aku berusia 10 tahun. Dan Ayah saya baru 3 bulan yang lalu meninggal. Dan panti asuhan ini ada atas keinginan Ayah saya. Jadi ceritanya–"
Ternyata Adrian dengan mudahnya menceritakan semuanya kepada Nesya. Mulai dari kehidupan Adrian sewaktu kecil yang di tinggalkan oleh Ibunya, sampai sekarang ini. Adrian sendiri tidak tahu kenapa dia merasa nyaman ketika bercerita dengan Nesya. Nesya yang mendengar cerita Adrian itu terkejut. Tidak menyangka jika Adrian itu sudah mengalami banyak peristiwa yang membuatnya merasa antara percaya dan tidak.
"Ya ampun. Jadi gitu ceritanya. Aku salut sama kamu, Mas. Kamu itu sosok lelaki yang tangguh dan kuat."
"Ga lah. Biasa aja. Yaudah yu ah udahan ceritanya. Kok kita jadi sedih-sedihan gini. Mending kita ke taman belakang aja yu liat anak-anak. Gimana?"
"Ayo. Boleh."
"Yaudah tu."
Setelah menceritakan semuanya kepada Nesya, Adrian mengajak Nesya untuk menemui anak-anak di taman belakang. Seperti niat awalnya. Yaitu untuk melihat bagaimana reaksi Nesya ketika sedang menghadapi anak-anak. Karena Adrian itu juga adalah orang yang sangat sayang dengan anak kecil.
"Hallo anak-anak semuanya. Assalamualaikum," ucap Adrian.
"Waalaikumsallam Om, Tante."
"Gimana? Kalian senang ga tinggal di sini?"
"Senang Om."
"Syukur deh kalo gitu."
"Anak-anak, gimana kalo kita main games. Mau ga?" tanya Nesya.
"Games apa Tante?"
"Ular tangga gimana? Nanti kalian semua jadi ularnya, dan Tante sama Om yang akan tangkap kalian. Gimana?"
"Mau Tante, mau."
"Yaudah, yu. Kamu mau kan Mas?"
"I... Iya. Ayo."
Kini Adrian dan Nesya sedang bermain-main berama dengan anak-anak yang berada di panti asuhan itu. Adrian tidak menyangka jika Nesya bisa langsung akrab seperti itu dengan anak-anak.
"Sepertinya emang saya salah salah pilih wanita. Sepertinya Nesya itu memang wanita yang baik. Saya mau segera halalin dia. Karena saya ga mau punya hubungan yang ga pasti. Pasti Nesya juga akan merasa risih jika tidak ada kejelasan di antara dia dan saya," ucap Aditya di dalam hati. Dengan begitu cepatnya Adrian memutuskan untuk menjadikan Nesya sebagai istrinya kelak.
Adrian dan Nesya bermain bersama anak-anak panti asuhan dengan penuh kebahagiaan. Semua itu terlihat di raut wajah anak-anak panti itu. Sepertinya mereka semua senang bisa bermain dengan Adrian dan juga Nesya.
Selama bermain, Nesya tidak henti-hentinya melemparkan senyuman kepada Adrian dan juga anak-anak panti asuhan itu. Adrian yang melihatnya juga merasa bahagia. Karena entah kenapa, kebahagiaan Nesya kini sudah menjadi kebahagiaannya juga.
"Kamu kenapa senyum-senyum gitu Mas?" tanya Nesya.
"Engga. Ga kenapa-kenapa kok."
"Oh gitu," jawab Nesya sambil tersenyum.
"Anak-anak. Mainnya udah dulu ya. Kalian makan dulu, oke. Udah siang tuh. Om sama Tante juga mau makan dulu. Nanti kita main lagi ya."
"Iya Om..." Kemudian mereka semua berlarian menuju ke tempat makan.
"Nesya, kita makan siang dulu yu."
"Boleh."
"Yaudah, yu."
Adriam mengajak Nesya untuk makan siang di luar. Dan Nesya pun menerimanya. Sekaligus Adrian akan membicarakan hal yang serius kepada Nesya.
-TBC-