Chereads / Love Is Never Wrong / Chapter 4 - Kebaikan Adrian

Chapter 4 - Kebaikan Adrian

"Ya ampun. Kasihan banget. Gua ga kebayang kalo itu adalah bokap atau kakek gua sendiri. Lagian anak atau cucunya ga ada yang peduli apa ya. Gua harus nolong kakek itu," ucap Adrian di dalam hatinya. Kemudian setelah itu Adrian turun dari dalam mobilnya dan memanggil kakek tua itu.

"Kakek," panggil Adrian. Dan kakek tua itu pun menengok ke arah suara Adrian.

"Iya nak. Mau beli pisang kakek?" tanya kakek tua itu.

"Berapaan Kek?"

"30.000 aja satu sisirnya."

"Kalo saya beli semua, kira-kira berapa ya Kek?"

"Kamu mau beli semuanya? Buat apa?"

"Iya, Kek. Soalnya di rumah saya mau ada acara."

"Ohh gitu. Buat kamu, Kakek kasih harga murah aja. 100.000 aja semuanya. Buat pelaris hari ini."

"Iya, Kek. Saya beli semuanya ya."

"Iya. Sebentar ya nak. Kakek bungkus dulu pisangnya."

"Iya Kek."

Adrian melirik ke arah lampu lalu lintas. Ternyata lamu merah hanya tersisa 30 detik lagi. Itu artinya Adrian harus segera kembali ke dalam mobil. Karena jika tidak, pasti dia akan di amuk oleh pengendara lain yang berada di belakang mobilnua.

"Saya bantu bungkusin pisangnya ya Kak."

Ketika Adrian membantu membungkuskan senua pisang itu, akhirnya kini semua pisangnya terbungkus dengan rapih oleh sebungkus plastik berwarna merah yang sangat besar.

"Ini ya Kek uangnya. Makasih."

"Iya. Makasih banyak ya nak. Semoga rezeki kamu bertambah."

"Aamiin. Sama-sama, Kek."

Adrian segera berlari untuk sampai ke mobilnya. Awalnya Kakek itu tidak melihat jumlah uang yang di berikan oleh Adrian. Karena Kakek itu juga sepertinya merasa terburu-buru karena melihat sikap Adrian yang sedikit panik selalu melihat ke arah lampu lalu lintas yang sebentar lagi akan berubah menjadi warna hijau. Ketika Adrian sudah masuk ke dalam mobilnya, Kakek itu baru melihat jumlah uang yang sudah di berikan oleh Adrian kepadanya.

"Ini kebanyakan. Ya Allah. Nak, nak... Kebanyakan uangnya."

Teriak Kakek itu sambil berlarian mencoba untuk mengejar mobil Adrian. Namun sayangnya lampu lalu lintas sudah berubah menjadi warna hijau, dan Adrian juga sudah pergi dengan menggunakan mobilnya. Kakek itu tidak bisa mengejar mobil Adrian, karena ketika Kakek itu mau menyebrang, semua pengendara roda dua dan roda empat memberikan klakson kepadanya.

"Ya Allah nak. Masih ada ternyata orang baik seperti kamu. Semoga rezeki kamu semakin di permudah oleh Allah swt ya nak," ucap Kakek itu yang sedang berbicara sendirian di pinggir jalan.

Adrian memberikan uang kepda Kakek itu sebesar 1 juta rupiah. Padahal Kakek itu hanya menjual semua pisangnya seharga 100.000 rupiah saja. Sepuluh kali lipaat sudah yang di bayar oleh Adrian kepada Kakek itu. Adrian memang selalu menolong orang-orang yang sedang membutuhkan pertolongannya. Sampai kadang Adrian suka di manfaatin orang. Itu lah salah satu Adrian takut mempunyai hubungan spesial dengan wanita. Karena Adrian takut jika dirinya hanya di manfaatkan oleh wanita. Dan takut jika wanita itu hanya mencintai hartanya, bukan dirinya.

*****

Setelah kurang lebih hampir 1 jam Adrian berada di jalan menuju ke rumahnya, kini Adrian sudah sampai di rumahnya. Adrisn meng-klaksonkan mobil miliknya dan di bukakan pintu pagar rumahnya yang sangat mewah oleh penjaga rumah Adrian. Yaitu 2 orang satpam yang selalu menjaga rumahnya.

"Udah pulang Pak," sapa satpam itu kepada Adrisn.

"Iya, Pak. Udah pada makan belum?"

"Udah Pak tadi."

"Syukur deh kalo gitu. Saya ke dalam dulu ya."

"Iya Pak, silahkan."

"Enak ya pulang atasan yang super baik dan perhatian sama bawahannya," ucap salah satu satpam itu.

"Iya, gua juga bersyukur punya atasan kaya Pak Adrian."

Adrisn selain baik kepada sahabatnya, orang yang membutuhkan, dia juga baik kepada semua bawahannya. Baik itu bawahan yang berada di kantor miliknya atau pun bawahan yang berada di rumahnya. Mereka semua juga sudah kerja lama di rumah Adrian sejak Adrian masih kecil. Sehingga Adrian sudah sangat dekat dengan mereka dan sudah percaya juga dengan mereka semua. Dan selama ini mereka juga tidak pernah membuat Adrian dan keluarga merasa kecewa.

Setelah memarkirkan mobil tepat di dalam garasi rumahnya. Adrian segera memasuki rumahnya yang langsung di sambut oleh asisten rumah tangga pribadinya.

"Malam Pak. Mau di buatin air?"

"Air teh hangat aja ya Bi, tolong. Sama ini tadi saya beli pisang banyak. Buat di makan aja ya Bi sama yang lainnya."

"Oh iya. Baik, Pak."

Adrian langsung pergi ke ruang keluarga. Dia duduk di atas sofa tersebut sambil membuka jas dan dasi miliknya. Tidak lama kemudian asisten rumah tangga itu kembali dan memberikan air teh hangat kepada Adrian.

"Teh hangatnya Pak. Mau makan apa Pak malam ini?"

"Ga usah. Tadi saya udah makan di luar."

"Oh gitu, baik Pak. Kalo gitu saya ke belakang dulu. Permisi."

"Iya, makasih Bi."

"Sama-sama Pak."

Adrian bersantai sejenak di ruang keluarga yang dahulunya adalah tempat Adrian berbincang-bincang dengan Ayah tercintanya. Sedangkan dengan Ibunya, Adrian tidak pernah merasakan berkumpul dengannya. Karena ketika Ayahnya sukses, justru sang Ibu sudah meninggal sejak lama.

Setelah menghabiskan air teh hangatnya, Adrian bergegas untuk pergi ke kamarnya yang berada di lantai dua. Adrian membersihkan tubuhnya dengan mandi dan setelah itu Adrisn harus melanjutkan pekerjaannya yang belum selesi di rumah.

Drt... Drt... Drt...

Tiba-tiba saja ada telepon yang masuk. Dan ternyata yang telepon itu adalah Eric.

"Hallo Ric. Iya, kenapa?"

"Lu baru sampai di rumah? Kok daritadi gua teleponin ga di angkat-angkat si?"

"Iya nih baru sampai. Kenapa emang? Udah kangen aja lu sama gua? Haha."

"Idih, amit-amit deh. Besok tuh ada meeting lagi. Jangan lupa lu. Lu udah ada belum bahannya?"

"Iya udah ada. Ini gua lagi mau baca ulang. Kali aja ada yang kurang gua mau revisiin malam ini."

"Oh gitu. Bagus deh kalo gitu. Besok habis meeting kita keluar ya?"

"Kemana?"

"Kemana aja udah. Pokoknya lu besok harus ikut. Gua mau kenalin lu sama seseorang wanita yang cantik banget."

"Gua ga perlu cewek cantik Ric. Yang penting tuh dia baik hatinya juga udah cukup buat gua."

"Wajahnya aja udah cantik Yan. Apa lagi hatinya coba. Pokoknya lu ga boleh nolak ya. Besok lu harus temuin dia dulu. Nanti kalo emang lu merasa ga cocok, yaudah dah ga apa-apa. Yang penting lu coba dulu ya. Oke?"

"Iya. Besok gua ikut lu aja."

"Nahh gitu dong. Okedeh. Udah dulu ya. Istri gua udah ngajak manja-manjaan lagi nih, haha. Bye Yan."

"Yehh, dasar lu. Yaudah, bye."

"Apa benar ada wanita yang hatinya benar-benar cantik?" pikir Adrian di dalam hatinya.

Setelah itu Adrian melanjutkan mengerjakan pekerjaannya yang belum selesai. Kini sudah hampir satu jam Adrian menyelesaikan tugas kantornya. Tiba-tiba saja asiten rumah tangga Adrian mengetuk pintu kamarnya

"Permisi, Pak."

"Iya masuk aja."

"Permisi, Pak. Saya cuma mau bawain susu hangat sama makanan ringan aja buat cemilan Bapak kerja malam ini."

"Ya ampun. Makasih ya Bi. Habis ini Bibi tidur aja. Saya udah ga butuh apa-apa lagi kok."

"Baik, Pak. Kalo Bapak butuh apa-apa, langsung panggil saya aja ya Pak. Ga apa-apa kok."

"Iya, Bi. Makasih ya Bi."

"Iya, Pak. Sama-sama."

Orang terdekat Adrian di rumah ini adalah memang asiten rumah tangga yang satu ini. Yang bernama Inem. Dia itu adalah asisten rumah tangga yang sudah bekerja lebih lama daripada pekerja yang lainnya di sini. Adrian juga sudah menganggapnya sebagai Ibunya sendiri.

"Bibi itu emang selalu baik sama saya. Saya jadi ingat sama Ibu," pikir Adrian.

-TBC-