Setelah Sasya menemui Glen Alvaro, Sasya memutuskan untuk menghubungi suaminya. Sasya ingin menanyakan apakah benar yang membuat wajah tampan suaminya penuh lebam itu Raka Halim? Rekan bisnisnya sendiri? Sasya ingin menyusul Bryan ke kantor.
Bisik-bisik terdengar jelas di telinga Bryan. Namun, pria itu tetap mengangkat dagunya angkuh.
Beberapa pasang mata menatapnya heran sekaligus bingung.
Wajar saja, kali ini mereka sama sekali tidak mengenali sang Boss besar kita. Bryan Handoko. Yang kini tengah menutup setengah wajahnya menggunakan masker dan kaca mata hitam.
Di belakangnya Farrel masih setia mengikuti langkah Bossnya.
Bryan berdecak pelan. Ini semua gara-gara usulan istrinya yang cantik.
Yang tak rela menatap wajah datar suaminya penuh luka akibat perkelahian dengan Raka Halim kemarin.
"Boss, anda ingin perusahaan ini berubah menjadi pemakaman?" Ujar Farrel kalem. Ia membenarkan letak posisi kaca matanya.