Sasya berdiri terdiam seraya menatap bangunan tinggi didepannya dengan tatapan ragu.
Masuk atau tidak?
Itulah yang sedari tadi Sasya pikirkan. Kepalanya menoleh kesamping, mencari sosok Farrel yang mungkin bisa dimintai tolong oleh nya.
Tapi Sasya menepuk keningnya ketika dia mengingat sesuatu, Farrel kan satu ruangan dengan Bryan. Jelas meraka takkan ada di bangku resepsionis ataupun loby.
Sungguh Sasya merasa sangat bodoh sekarang.
Dengan mantap, Sasya melangkah masuk kedalam gedung tersebut. Meski banyak pasang mata yang menatapnya aneh. Tapi Sasya tak menghiraukan perkataan mereka yang mengatai Sasya orang asing ataupun bukan pekerja disana.
Sasya masih ingat dengan jelas dimana ruangan Bryan berada. Baru saja Sasya akan membuka kenop pintu, tangan seseorang menghalangi jalan nya.
"Maaf nona, anda tidak boleh masuk." Ujar seseorang yang menghalanginya tadi.
Sasya bersidekap, bersikap layaknya boss. Ia juga mengangkat dagunya dengan angkuh.