Chereads / 3MJ / Chapter 331 - Jangan Memaksakan Perasaanmu!

Chapter 331 - Jangan Memaksakan Perasaanmu!

Sudah berminggu-minggu Clark Campbell tidak bertemu dengan Aira Antlia kesayangannya. Ia hanya bisa terus mengikuti dan memperhatikannya dari jauh. Dia benar-benar tidak sanggup membendung cinta dan kerinduannya lagi. Tidak bertemu dengan Aira Antlia selama beberapa hari saja sudah membuatnya hampir gila, apalagi ini sudah berminggu-minggu lamanya.

Sama seperti hari-hari sebelumnya, sore ini Clark Campbell bergerak ke toko roti sehabis dari The Pride. Ia sungguh tidak kuasa melawan kehendak hatinya. Secara otomatis tangan dan kakinya membawanya ke toko roti tempat Aira Antlia bekerja itu.

Namun, baru saja ia hendak mematikan mesin mobil dan turun dari mobil, sudah terlihat pintu toko roti terkuak dan keluarlah Aira Antlia dengan Lucas Van Williams yang berjalan di belakangnya.

"Kau ingin ke mana, Aira?" tanya Lucas Van Williams buru-buru mengejar Aira Antlia yang sudah beberapa langkah di depan.

"Ya ke supermarket sebentar, berbelanja sebentar dan habis itu ya pulang…" jawab Aira Antlia tanpa berbalik sedikit pun. Dia hendak memanggil taksi untuk mengantarnya ke supermarket ketika mendadak Lucas Van mencegat tangannya yang sudah terangkat naik setengah.

"Biar aku antar saja…" kata Lucas Van tersenyum simpul.

"Aku takut akan merepotkanmu, Lucas… Aku tidak enak hati merepotkanmu…" jawab Aira Antlia tersenyum tipis ala kadarnya.

"Tidak merepotkan kok… Aku senang bertemu denganmu… Aku senang bersamamu… Aku senang menghabiskan waktuku bersamamu… Membantumu sama sekali takkan terasa merepotkan bagiku…" kata Lucas Van meraih tangan sang bidadari cantik jelita dan memberikan kecupan mesra ke tangan tersebut.

Aira Antlia buru-buru menarik tangannya keluar dari genggaman tangan Lucas Van Williams. Clark Campbell yang menyaksikan adegan tersebut dari dalam mobilnya hanya bisa mengeraskan rahang dan menggenggam erat setir kemudinya.

"Ayo kuantar kau ke supermarket…" kata Lucas Van menarik lembut tangan Aira Antlia lagi ke mobilnya.

Merasa tidak enak hati, Aira Antlia ikut saja dan masuk ke dalam mobil Lucas Van Williams. Dia tidak tahu ada Clark Campbell yang diam-diam memperhatikannya dari jarak beberapa mil di samping bangunan toko roti.

Lucas Van Williams tersenyum penuh kepuasan dan kemenangan. Dia masuk juga ke dalam mobilnya sendiri. Mobil terlihat melaju pergi meninggalkan bangunan toko roti tersebut.

Aira Antlia berbelanja sedikit bahan makanan di sebuah supermarket yang tidak terlalu besar. Dia mengambil bahan-bahan makanan yang diinginkannya dan cepat-cepat bergegas ke kasir untuk melakukan pembayaran.

"Biar aku saja, Aira…" kata Lucas Van Williams mengeluarkan kartu kreditnya dan memberikannya kepada kasir. Tentu saja Aira Antlia yang selama ini terbiasa membayar dengan uang tunai kalah cepat dengan kartu kredit yang dikeluarkan oleh Lucas Van Williams.

"Aku jadi tidak enak hati padamu, Lucas…" kata Aira Antlia dengan raut wajah sedikit cemberut.

"Kita sudah saling mengenal sejak kecil… Kita sudah dekat dan bersahabat sejak kecil… Apa yang perlu membuatmu risih dan tidak enak hati seperti ini?" celetuk Lucas Van dengan sebersit seringai lebar pada wajahnya yang sebenarnya tergolong biasa-biasa saja.

"Lain kali biarkan aku yang bayar saja ya… Aku sudah sangat berterima kasih padamu kau mengantarku ke supermarket ini, menemaniku belanja dan habis itu mengantarku pulang lagi," kata Aira Antlia dengan sebersit senyuman skeptis.

"Not big deal, Aira… Jangan khawatir… Take it easy…" sahut Lucas Van Williams cepat.

Aira Antlia hanya tersenyum simpul dan sedikit tersipu malu. Dia mengambil barang-barang belanjaannya dan berjalan ke arah mobil Lucas Van Williams. Mereka masuk ke dalam mobil dan mobil melaju meninggalkan supermarket.

Clark Campbell juga menjalankan mobilnya dan mengikuti mobil Lucas Van Williams. Mobil Lucas Van Williams akhirnya berhenti di depan apartemen Aira Antlia.

"Kau tidak mengajakku masuk dan makan malam bersama?" tanya Lucas Van dengan berani sembari memamerkan senyumannya.

"Oh… Aku pikir kau akan makan malam di tempat lain, Lucas…" kata Aira Antlia merasa bersalah dan tidak enak hati. "Aku beli sedikit saja bahan-bahan makanan ini…"

"Sakitnya…" Lucas Van sedikit berguyon.

"Maaf, Lucas… Really really sorry… Lain kali aku akan beli bahan makanan lebih banyak dan memasak untukmu juga…"

Mendadak Lucas Van Williams berjalan menghampiri Aira Antlia. Jaraknya begitu dekat dengan Aira Antlia berdiri. Aira Antlia menjadi serba salah dan sedikit terkesiap di tempatnya.

"Tak apa… Kau membiarkan aku menemanimu pergi belanja, membiarkanku membayar barang-barang belanjaanmu saja, aku sudah sangat senang, Aira…" bisik Lucas Van Williams.

"Lucas… Aku…" Belum selesai Aira Antlia berbicara, Lucas Van Williams sudah mendekatkan sepasang bibirnya ke bibir Aira Antlia.

Sontak Aira Antlia berpaling dan Lucas Van hanya bisa mencium pipinya. Lagi-lagi Clark Campbell yang memperhatikan adegan tersebut dari mobilnya kembali mengeraskan rahang. Dia sudah tidak bisa menahan emosinya lagi.

"Sorry, Lucas… Murni aku anggap kau adalah sahabat terbaikku selama ini… Aku… Aku tidak bisa memiliki perasaan yang sama terhadapmu… Aku berterima kasih sekali atas semua kebaikanmu terhadapku selama ini. Namun, aku hanya bisa membalasnya sebagai seorang sahabat. Aku berterima kasih sekali dan bersyukur aku memiliki seorang sahabat baik sepertimu yang sudah kuanggap sebagai abangku sendiri."

Hancurlah benteng perasaan Lucas Van Williams. Walau masih menebarkan senyuman yang hangat, sebenarnya ia diam-diam telah mengepalkan kedua tangannya di belakang punggung.

"Tidak bisakah kau memiliki sedikit saja perasaan terhadapku, Aira? Sedikit saja perasaan yang kaumiliki terhadap Clark Campbell itu…"

Perlu beberapa detik bagi Aira Antlia untuk mereka-reka sampai akhirnya ia membuka mulutnya dan menjawab,

"Really really sorry, Lucas… Masalah perasaan ini sama sekali berada di luar kendaliku… Aku sungguh tidak bisa mengontrol kepada siapa perasaan hatiku ini akan tertuju…"

"Kau sama sekali belum mencobanya, Aira… Dari mana kau tahu kau tidak memiliki perasaan yang sama terhadapku? Kau bahkan menolak perhatian dan ciumanku tadi…" Lucas Van memasang raut wajah murung.

"Aku sudah berusaha selama ini, Lucas… Selama kedekatan kita, aku sudah mencobanya. Namun, setiap kali kau mendekatiku, setiap kali aku bersama-sama denganmu, hanya bayangan Clark yang selalu muncul dalam pikiranku. Jadi aku harus bagaimana?" kata Aira Antlia dengan nada suara yang agak tinggi. Dia mulai bosan dengan sikap Lucas Van yang terkadang cenderung memaksakan perasaan dan kehendaknya.

"Apa kekuranganku sampai-sampai kau selalu menolakku? Apa kekuranganku sampai-sampai kau tidak bisa menerimaku hingga saat ini dan selalu memikirkannya padahal jelas-jelas ia sudah mengkhianatimu dengan main-main sama perempuan lain!" desis Lucas Van masih dengan raut wajah murung.

"Kau adalah sahabat paling hebat yang pernah aku miliki, Lucas… Sorry aku tidak bisa membalas perasaanmu dengan perasaan yang sama. Aku hanya bisa menawarkan persahabatan kepadamu. Ku harap ke depannya kau bisa bertemu dengan seorang perempuan yang benar-benar tulus mencintaimu."

Lucas Van Williams bergerak maju beberapa langkah lagi. Langkah-langkah Aira Antlia juga semakin mundur. Dia ingin segera masuk ke dalam lift dan menghilang dari situasi ini. Akan tetapi, badan Lucas Van Williams yang sedikit lebih tinggi darinya mengurungnya dan membuatnya tidak bisa bergerak ke mana-mana di bagian depan areal pelataran parkir apartemen tersebut.

"Tidak bisakah kau memberiku sekali saja kesempatan untuk membuktikan cintaku padamu, Aira? Tidak adakah satu kali saja kesempatan bagiku untuk menunjukkan aku juga memiliki cinta dan perasaan yang sebesar cinta dan perasaan Clark Campbell itu?"

Lucas Van Williams terus mendesak ke depan dan akhirnya tubuh Aira Antlia tertempel ke dinding. Sungguh ia tidak bisa bergerak ke mana-mana lagi.

"Aku tidak bisa memiliki perasaan yang sama terhadapmu, Lucas… Lepaskan aku, Lucas… Lepaskan aku…" kata Aira Antlia lirih. Dia mulai ketakutan.

"Kenapa tidak bisa? Kenapa kau bisa memiliki cinta yang begitu tinggi terhadap Clark Campbell sampai-sampai kau masih saja terus memikirkannya meski ia telah mengkhianatimu dengan main-main sama perempuan lain? Kenapa cintamu sama sekali tidak ada untukku? Kenapa?"

"Aku mohon… Lepaskan aku, Lucas… Lepaskan aku… Masalah perasaan itu sama sekali tidak bisa dipaksakan…"

"Apa kekuranganku sampai-sampai kau sedikit pun tidak bisa berpaling ke arahku? Apa kekuranganku sehingga kau hanya bisa menganggapku sebagai sahabatmu?"

"Aku mohon… Lepaskan aku, Lucas… Aku ingin masuk ke apartemenku sekarang juga…" pinta Aira Antlia lirih. Dia tidak menyangka Lucas Van Williams akan sebegitu terobsesi terhadapnya.

Mendadak saja Lucas Van merasa dirinya dicekal dari belakang. Dengan kasar tubuhnya dibalikkan ke belakang dan menghadap Clark Campbell yang menatapnya dengan sepasang mata yang mendelik tajam. Satu tinju kontan didaratkan Clark Campbell ke wajah Lucas Van. Lucas Van jatuh tersungkur ke lantai areal pelataran parkir tersebut.

Aira Antlia hanya memekik halus. Sungguh ia tidak menyangka Clark Campbell akan muncul di depan apartemennya dan memberinya suatu pertolongan yang tak terduga. Dia merasa lega dan terkejut pada saat bersamaan.

"Jadilah laki-laki yang menghargai dan menghormati wanita, Bro! Kalau dia sudah bilang lepaskan, ya lepaskan dong… Masa dipaksakan melulu… Kau menjadi lelaki banci yang sama sekali tidak ada harga diri, yang hanya bisa memaksakan kehendakmu kepada wanita, tahu tidak kau!"

"Ini urusanku dengan Aira Antlia… Aku rasa tidak ada hubungannya denganmu ya, Clark Campbell…" Lucas Van berdiri dan mendesis dengan wajah sinis.