Tangan Natsumi Kyoko naik dan membelai-belai wajah sang suami yang tampan nirmala.
Kimberly Phandana hanya cengengesan dan terkikik geli melihat kemanjaan yang ditunjukkan oleh Natsumi Kyoko di hadapan suaminya.
"Oke deh… Dengan senang hati, Periku. Malam ini tidak ada rapat, jadi aku akan pulang cepat…" kata Maxy Junior kini mengeratkan pelukannya terhadap sang istri cantik jelita kesayangannya.
"Oke… Kalau begitu habis ini aku akan pergi berbelanja sedikit bahan makanan untuk makan malam kita nanti malam…" celetuk Natsumi Kyoko dengan sebersit senyuman lemah lembut.
"Apa tidak terlalu lelah nantinya, Periku? Kalau terlalu lelah, biar kautuliskan saja bahan-bahan makanan yang kaubutuhkan dan mintol pembantu yang membelikan."
"Tidak lelah… Apa pun yang aku lakukan untukmu takkan terasa melelahkan, Maxy Junior Sayang…" Natsumi Kyoko masih bergelayut manja di pelukan sang suami tampan nirmala.
Tak lama kemudian, Sean Jauhari juga tiba di toko roti. Dia turun dari mobilnya dan segera masuk ke dalam toko roti. Kimberly Phandana segera bergegas menghampiri sang suami. Sean Jauhari juga menampilkan sebersit senyuman yang penuh cinta dan kerinduan. Ia merentangkan kedua tangannya dan Kimberly Phandana segera memburu masuk ke dalam pelukan sang suami.
"Aku mulai mengerti kenapa kalian berdua suka sekali nongkrong di toko roti ini. Suasananya sungguh nyaman. Tidak sesak, tidak begitu ramai, namun hidup dan membawa keceriaan tersendiri di hati…" kata Sean Jauhari ketika ia dan istrinya sudah duduk di meja yang sama dengan pasangan suami istri Tanuwira.
"Iya… Aku tadi begitu masuk pun merasakan hal yang sama, Sean. Inilah sebabnya kedua istri kita ini suka sekali nongkrong di sini…" kata Maxy Junior lagi-lagi dengan senyuman menawannya yang menjadi ciri khasnya.
"Kami juga kenal dengan si nyonya pemilik toko roti ini, Sean Sayangku…" kata Kimberly Phandana bergelayut manja dalam pelukan sang suami tampan nirmala.
"Iya, Maxy Junior Sayang… Kami kenal dengan si nyonya pemilik toko roti ini. Dia sebaya dengan kami dan juga tengah mengandung bayi kembar seperti kami, jadi cocok deh segala topik pembicaraan kami." Natsumi Kyoko terlihat tersenyum tipis.
"Oh ya? Kebetulan sekali…" kata Sean Jauhari sedikit tertegun.
"Iya… Dia juga mengandung bayi kembar. Usia kandungannya juga tak jauh berbeda dengan usia kandungan kami. Cocok benar deh… Kami bisa mengobrol banyak hal kalau sudah berkumpul bertiga seperti tadi," sahut Kimberly Phandana.
"Wow… Jadi suaminya seharusnya juga sebaya dengan kami dong, Periku…?" tanya Maxy Junior sedikit mengangkat alisnya.
"Iya… Begitulah kira-kira…" jawab Natsumi Kyoko ala kadarnya. Dia dan Kimberly Phandana saling bertukar pandang penuh arti.
Tentu saja mata Sean Jauhari yang awas bisa menangkap pergerakan mencurigakan kedua istri itu. Hanya saja, Maxy Junior yang memang lagi memeluk istrinya tidak bisa menangkap pertukaran pandang mata keduanya yang mencurigakan.
"Lain kali aku akan datang lebih awal menjemputmu, Honey… Mana tahu aku juga bisa berkenalan dengan suami si nyonya pemilik toko roti ini. Usia kami sebaya… Mana tahu saja topik pembicaraan kami cocok…" kata Sean Jauhari mengecup mesra kening kemudian bibir si istri cantik jelita.
"Terserah kau sih, Sayang…" kata Kimberly Phandana ala kadarnya.
"Nanti setelah kami berkenalan dengan suami si nyonya pemilik toko roti ini, akan ada klub para suami dan klub para istri," kata Maxy Junior kemudian meledak dalam tawa lepasnya.
"Bisa saja kau, Maxy Junior Sayang…" kata Natsumi Kyoko tetap merebahkan kepalanya ke dada kekar, bidang, tegap nan bedegap sang suami tampan nirmala.
"Oke deh… Sudah waktunya makan siang ini… Kita makan siang sama-sama saja ya… Kau oke kan, Periku?" tanya Maxy Junior kepada sang istri cantik jelita.
"Terserah kau saja, Maxy Junior Sayang…" jawab Natsumi Kyoko tersenyum lemah lembut.
"Kau tidak keberatan kan, Honey?" tanya Sean Jauhari kepada sang istri cantik jelita.
"Tidak… Semakin ramai, topik obrolan akan menjadi semakin seru…" gumam Kimberly Phandana penuh antusiasme dan semangat.
Pasangan Jauhari dan Tanuwira membuat janji akan bertemu di salah satu kafe di GI. Kedua pasangan tersebut pun masuk ke mobil masing-masing. Dua mobil melaju keluar dari kompleks perumahan tersebut dan meninggalkan toko roti.
Mulai terdengar bisik-bisik para karyawati dan pembantu di toko roti Junny Belle Campbell.
"Apa kau lihat tadi suami wanita itu sama persis dengan Pak Max Julius kita?"
"Apa jangan-jangan mereka adalah orang yang sama?"
"Jadi kau kira Pak Max Julius kita berselingkuh di belakang Bu Junny Belle kita? Tidak mungkin deh… Jelas-jelas pembawaan dan gaya rambutnya berbeda kok…"
"Dari mana kau bisa seyakin itu?"
"Cara senyumnya saja sudah beda… Dan ada beberapa gerak-gerik tubuhnya yang berbeda juga…"
Beberapa pembantu yang lain tetap mendengarkan dengan penuh perhatian.
"Pak Max Julius kalau lagi bicara sesekali dia akan mengusap-ngusap dagunya. Kalau suami wanita yang tadi kan nggak demikian. Dia hanya sesekali menjulurkan lidahnya keluar dan menjilati bibirnya ketika lagi bicara. Lagian, suami wanita yang tadi hampir sepanjang waktu ketika ia lagi bicara tersenyum menawan. Kalau Pak Max Julius kita nggak demikian. Pak Max Julius kita jarang tersenyum. Kalaupun ada, hanya tersenyum tipis. Pak Max Julius kita hanya akan tersenyum lebar ketika ia sedang mengobrol dan bercengkerama dengan Bu Junny Belle istrinya itu."
Pembantu-pembantu yang lain terlihat mangut-mangut.
"Oh, benar juga ya… Tidak kusangka daya pengamatanmu tajam benar, Friend…"
"Lagipula Pak Max Julius baru saja keluar jam dua belas tadi dengan Bu Junny Belle. Masa dalam waktu kurang dari satu jam dia bisa bertukar pakaian sebegitu cepatnya dan kembali lagi ke sini menjemput istrinya yang lain lagi," kata si pembantu ini dengan gaya isyarat tangannya yang membentuk tanda petik.
"Jadi Pak Max Julius kita ada saudara kembar identik yang terpisah semenjak kecil?"
"Entahlah… Bisa jadi… Pak Max Julius jarang bicara dan bercengkerama dengan kita-kita ini jadi, aku susah mengorek informasi mengenai diri Pak Max Julius."
"Dan Bu Junny Belle sendiri juga jarang membicarakan soal suaminya itu kan?"
"Iya… Jadi penasaran apakah yang tadi itu adalah saudara kembar Pak Max Julius atau bukan…"
"Apakah Pak Max Julius masih ada saudara kembar lain yang masih single tidak ya?"
"Kalaupun ada, aku yakin itu takkan menjadi bagian kita… Mereka itu kan di kelas dan dunia yang berbeda dengan kita para burung gagak ini…"
"Kau kira aku tak sanggup mendapatkan seekor naga?"
"Iya… Iya… Kau sanggup… Kau sanggup… Tak ada di sini yang bilang kau tak sanggup… Mudah-mudahan kau berhasil mendapatkan pacar seekor naga ya…"
Beberapa karyawati dan pembantu tertawa lepas di sela-sela gosip makan siang mereka.