"Aku datang ke sini untuk menengokmu…" kata si ibu singkat, jelas, padat, berisi – dengan raut wajah dingin nan tanpa senyum.
Tentu saja Clark Campbell terkesiap di tempat. Ternyata wanita setengah baya yang terlihat cantik dan anggun ini adalah calon mertuanya kelak. Dia sedikit mundur sehingga Nyonya Roberta Aini bisa melangkah masuk ke dalam apartemen anak perempuannya dengan lebih leluasa. Mata Nyonya Roberta Aini masih melakukan scanning terhadap dirinya mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki.
"Kenapa tidak mengabariku dulu, Mom? Kan aku bisa menjemput di terminal tadi, Mom…" kata Aira Antlia menghampiri ibunya dan sedikit bergelayut manja di lengan sang ibu.
"Tidak usah… Aku hanya ingin memberimu kejutan dengan kedatanganku yang tiba-tiba seperti ini. Lagipula, memang ada sesuatu yang ingin aku diskusikan denganmu…"
"Masalah apa yang sepenting itu sampai-sampai kau bisa menempuh perjalanan sejauh ini ke Sydney, Mom?" tanya Aira Antlia sedikit mengerutkan dahinya.
Nyonya Roberta Aini masih melakukan scanning terhadap Clark Campbell yang membisu sejak tadi dari ujung rambut hingga ujung kaki.
"Kau tidak berniat memperkenalkan lelaki ini kepada Mom, Aira?" tanya Nyonya Roberta Aini penuh makna.
"Ini… Ini… temanku, Mom… Namanya Clark… Clark Campbell…"
"Perkenalkan, Tante… Namaku Clark Campbell… Aku kekasih Aira…" kata Clark Campbell menjulurkan tangannya.
Mata Aira Antlia langsung membeliak lebar. Nyonya Roberta Aini tetap menerima jabat tangan Clark Campbell walau tatapan matanya masih tidak bersahabat.
"Kau menjadi kekasih Aira sudah lama…?" tanya Nyonya Roberta Aini.
"Sekitaran tiga bulan belakangan ini…" kata Clark Campbell memberanikan dirinya.
"Namun, selama tiga bulan sewaktu kami menelepon Aira di sini atau sewaktu Aira menelepon ke rumah, sama sekali tidak pernah terungkit topik mengenai dirimu, Clark Campbell…"
"Memang kami sedang mencari waktu yang tepat untuk saling memperkenalkan diri masing-masing kepada orang tua kami masing-masing, Tante…" jawab Clark Campbell lancar – tetapi gugup dan suaranya terdengar sedikit gemetaran.
"Oh… Sekarang kau tidak usah repot-repot memperkenalkan dirimu kepadaku lagi. Aku sudah tahu namamu Clark Campbell… Campbell ini… Campbell ini… terdengar sangat familiar ya… Entah di mana aku pernah mendengar nama Campbell ini ya…" Nyonya Roberta Aini terlihat berpikir cukup keras.
"Campbell itu nama keluarga pemilik jaringan hotel terbesar di Australia sini, Mom… The Pride…" kata Aira Antlia lirih. Ia sedikit menundukkan kepalanya.
"Oh iya ya… Iya… Betul sekali… Campbell adalah pemilik hotel yang tersohor dan terkenal itu… The Pride… Harga per malamnya bisa membeli satu sepeda motor yang biasa dipakai ayahmu itu, Aira…"
Clark Campbell dan Aira Antlia hanya membisu seribu bahasa mendengar seruan si ibu yang sedikit provokatif.
Nyonya Roberta Aini berpaling ke Clark Campbell lagi.
"Jadi… Kau tahu kan status ekonomi dan latar belakang keluarga Airaku ini? Kau tahu jelas kan bagaimana status kami dan latar belakang keluarga kami ketika kau berpacaran dengan Airaku ini, Clark Campbell?"
"Bagiku status dan latar belakang keluarga sama sekali tidak menjadi masalah, Tante. Aku dan Aira memiliki perasaan yang sama terhadap satu sama lain. Aku tulus mencintai Aira dan hanya ingin membahagiakannya. Setelah memperkenalkan diri kami kepada orang tua kami masing-masing, aku rasa aku akan segera melamarnya…"
"Itu terlalu cepat, Clark Campbell… Bukannya aku tidak percaya pada ketulusanmu atau bagaimana ya… Tapi aku rasa ke depannya akan sangat sulit apabila keluarga tersohor dan terpandang seperti Campbell bersanding dengan keluarga Dickinson yang biasa-biasa saja. Apakah kau sudah memperkenalkan Airaku kepada kedua orang tuamu? Apakah mereka setuju dengan hubungan kalian?"
Pertanyaan Nyonya Roberta Aini ini sedikit meredupkan dan menurunkan semangat Clark Campbell. Clark Campbell sedikit menundukkan kepalanya dan berujar,
"Belum, Tante… Akan aku bawa Aira ke hadapan orang tuaku dan meminta restu mereka secepatnya – sama seperti yang tengah aku lakukan sekarang… Maukah Tante merestui hubungan kami?"
Memang ketulusan Clark Campbell terpancar jelas dari sorot matanya. Namun, untuk beberapa detik lamanya Nyonya Roberta Aini hanya tertegun di tempatnya tanpa sanggup melakukan dan mengucapkan apa pun.
"Aku… Aku tidak bisa memberikanmu jawaban sekarang, Clark Campbell… Aku baru saja mengenalmu dan belum tahu seluk-beluk watak dan kepribadianmu yang sesungguhnya. Aku perlu waktu untuk memikirkan dan mempertimbangkannya."
"Aira sudah mengenalku dengan baik, Tante… Aira tahu aku takkan membuatnya sakit hati dan kecewa. Aira tahu aku sangat mencintainya dan 100% hanya ingin membuatnya bahagia."
Kalimat-kalimat ini mengalir dengan sangat perlahan, dengan sorot mata Clark Campbell yang penuh cinta dan kerinduan terhadap Aira Antlia. Saking gugup dan tak kuasa menghadapi perasaannya sendiri, Aira Antlia terpaksa sesekali membuang pandangannya ke arah lain atau menundukkan kepalanya.
"Bagaimana dengan kau sendiri, Aira? Kalian benaran sudah berpacaran selama tiga bulan belakangan ini?" tanya Nyonya Roberta Aini kepada anak perempuannya.
Aira Antlia mengangguk lirih. "Iya, Mom…"
"Oke deh… Ada beberapa hal yang ingin kutegaskan kepadamu di sini, Clark Campbell… Kalian baru saja berkenalan selama tiga bulan. Itu tidak lama… Masih sebentar…"
"Iya… Namun, itu sudah membuatku tidak berhenti memikirkan Aira hampir setiap malam, Tante… Aku sangat mencintainya... Aku ingin terus berada di sampingnya dan membahagiakannya, Tante…"
"Terlalu cepat mengatakan seperti itu, Clark Campbell… Bagaimana setelah kalian menikah nanti kau bertemu lagi dengan gadis muda lainnya yang jauh lebih cantik daripada Airaku ini? Kau juga akan mengatakan hal yang sama terhadap gadis itu? Kau akan langsung meninggalkan Airaku ini dan meraih gadis muda yang lain itu ke dalam pelukanmu?"
"Tante… Aku bukan laki-laki yang seperti itu…" protes Clark Campbell.
Nyonya Roberta Aini mengangkat tangan kanannya ke udara dan menghentikan protes Clark Campbell dalam sekejap.
"Jelas lelaki-lelaki kaya raya sepertimu ini biasanya playboy… Kau berani bersumpah di depanku Airaku adalah wanita pertama dalam hidupmu? Tidak bukan?"
Kini Clark Campbell sedikit menundukkan kepalanya.
"Airaku ini sudah menjadi wanita yang entah kesekian dalam daftarmu, Clark Campbell… Aku yakin Airaku ini bukanlah wanita yang terakhir dalam daftarmu. Tetap akan ada wanita-wanita lain, yang berikutnya dan berikutnya setelah Airaku ini. Berikanlah kami waktu… Berikanlah dirimu sendiri waktu… Bagaimanapun juga, yang bakalan rugi dan menderita adalah Airaku ini, Clark Campbell… Kau adalah laki-laki… Lelaki-lelaki kaya sepertimu ini tentu saja takkan memahami penderitaan seorang wanita yang setelah rasa manisnya diambil, ditinggalkan dan dicampakkan begitu saja…"
Clark Campbell merasa tenggorokannya benar-benar tercekat. Tidak ada satu kata pun yang terlontar keluar dari tenggorokannya.
Nyonya Roberta Aini kini berpaling ke anak perempuannya lagi.