Clark Campbell mengecek ponselnya lagi. Mana tahu ada panggilan tak terjawab dari Aira Antlia kesayangannya. Mana tahu juga ada pesan balasan dari sang bidadari cantik kesayangannya. Akan tetapi, sama sekali tidak ada. Sang kekasih pujaan hati benar-benar menghilang laksana ditelan bumi.
"Haruskah aku ke apartemennya? Haruskah aku menemuinya dan memaksa untuk berbicara padanya? Bagaimana kalau ia menolak mendengarkanku?"
Clark Campbell menjadi gugup bukan main. Dia menjadi serba salah laksana makan buah simalakama. Namun, dengan tidak pergi ke apartemen Aira Antlia dan terus mendiamkan kejadian ini, sehari-harinya ia juga tidak sanggup fokus bekerja setiap kali bayangan Aira Antlia muncul dan melungkup dalam benak pikirannya.
"Aduh… Aku benaran harus ke apartemen Aira Sayangku dan menjelaskan padanya. Aku tidak bisa begini terus… Lama-lama aku bisa gila kalau aku begini terus…" kata Clark Campbell menggaruk-garuk kepalanya yang sebenarnya tidak terasa gatal.
Maka dari itu, sore menjelang malam, Clark Campbell mendapati dirinya sudah berada di depan pintu apartemen sang kekasih pujaan hati. Berkali-kali dia menekan bel pintu, tetapi tidak ada jawaban dari dalam. Juga tidak terlihat adanya tanda-tanda ada seseorang yang akan membuka pintu tersebut dari dalam.
Lima belas menit lamanya Clark Campbell tiada menyerah terus menekan-nekan bel pintu. Dia tidak berhenti menekan bel pintu tersebut. Dia bertekad dalam hati akan terus menekan-nekan bel pintu tersebut sampai Aira Antlia kesayangannya membuka pintu. Dia yakin jam segini Aira Antlia kesayangannya sudah ada di dalam apartemen, tetapi Aira Antlia kesayangannya itu tak mau membuka pintu dan bertemu dengannya.
Akhirnya hasil tiada mengkhianati usaha. Memang Aira Antlia sudah berada di dalam apartemennya sejak satu jam yang lalu. Karena tidak tahan dengan bunyi bel pintu yang tiada titik tiada akhir, akhirnya Aira Antlia membuka pintu dan menampilkan seraut wajah masam kepada sang pangeran tampan nirmala.
Melihat sang kekasih pujaan hati akhirnya sudi membukakannya pintu, akhirnya senyuman yang sungguh memesona merekah dan mendekorasi seraut wajah tampan yang kini terpampang di hadapan Aira Antlia Dickinson.
"Kenapa lagi datang ke sini? Kau kan memiliki segudang koleksi perempuan di luar sana yang bisa kaudatangi dan kaunikmati setiap saat. Untuk apa lagi kau mencariku?" hardik Aira Antlia judes.
"Dengarkan aku, Sayang… Aku sama sekali tidak mengenal si perempuan yang ada dalam video yang dikirimkan kepadamu itu… Aku bertemu dengannya di Gemini Star Studio dan kami hanya mengobrol ringan sembari meminum kopi di siang hari itu… Itu saja… Tak lebih…"
"Dari minum kopi siang hari akhirnya kau tertarik padanya. Nafsumu naik dan akhirnya kau menggauli dan menikmati tubuhnya siang hari itu. Begitu kan?" serang Aira Antlia sinis.
"Tidak, Aira Sayang… Tidak… Aku tidak tidur dengannya… Dia menjebakku… Dia menjebakku dengan memasukkan obat tidur ke dalam kopiku, Aira Sayang…"
"Obat tidur…? Masih bisa kau menggunakan obat tidur sebagai alasanmu? Lagipula, si perempuan itu baru saja mengenalmu kan? Ngapain coba dia pakai-pakai obat tidur untuk menjebakmu? Dia baru saja mengenalmu kan? Dia sama sekali tidak memiliki alasan untuk menjebakmu, Clark!"
"Dia adalah salah seorang aktris di Gemini Star Studio, Aira Sayang… Sebelum aku bertemu dengan si aktris ini, aku sudah bertemu dengan Lucas Van Williams… Aku curiga mereka berdua saling mengenal dan keduanya bekerja sama untuk menjebakku dan memisahkanmu dariku, Aira Sayang…" Akhirnya, Clark Campbell mengeluarkan semua kecurigaan dan pemikiran yang melungkup dalam benak pikirannya.
Alis Aira Antlia naik beberapa senti. Dahinya juga mengernyit dalam.
"Lucas Van Williams? Lucas teman masa kecilku itu…? Nah, sekarang kau menggunakan alasan Lucas untuk membebaskan dirimu dari kesalahan, Clark. Kau berniat memfitnah Lucas untuk membebaskan dirimu dari tanggung jawab." Aira Antlia melemparkan kedua tangannya ke udara.
"Aku tidak berbohong, Aira Sayang… Memang sebelum aku bertemu dengan si aktris ini, aku bertemu dulu dengan si Lucas Van Williams. Dia mengaku ayahnya juga punya sebagian kecil saham di perusahaan perfilman itu."
"Lain kali jika ingin mencari alasan, carilah alasan yang lebih tepat, Clark. Aku tidak pernah dengar ayah Lucas punya sebagian kecil saham di suatu perusahaan perfilman tertentu. Tapi, kalau kau yang mata keranjang, suka main perempuan, hanya ingin menikmati tubuh dan merenggut keperawanan mereka, itu aku sudah sering dengar." Aira Antlia terus mencerca dan menyerang tiada ampun tiada maaf.
"Kenapa kau tidak bisa percaya padaku, Aira Sayang…?" Tampak jelas sorot mata sakit hati dan kekecewaan Clark Campbell.
"Aku tidak ingin berakhir hanya jadi mainanmu, Clark… Aku masih suci… Aku masih perawan… Masa depanku masih panjang. Aku tidak ingin hanya gara-gara aku terlalu percaya pada bujuk rayumu dan kata-kata manismu, masa depanku yang panjang itu akan berakhir hanya sampai di sini…"
"Bagaimana supaya kau baru bisa mempercayaiku, Aira Sayang? Apa yang harus aku lakukan supaya kau bisa percaya aku 100% tulus terhadapmu, aku 100% mencintaimu, dan aku 100% hanya ingin menikah denganmu nanti dan membahagiakanmu?"
Masih jelas terlihat sorot mata sakit hati dan kekecewaan Clark Campbell. Aira Antlia jadi tidak tahu bagaimana cara menghadapi laki-laki yang kini berdiri di hadapannya. Dia masih takut pada perasaannya sendiri dan segala kenyataan yang terpampang di hadapannya sekarang.
Baru saja Aira Antlia ingin buka mulut dan melontarkan beberapa tanggapannya, mendadak terlihatlah sosok seorang wanita setengah baya yang perlahan-lahan berjalan mendekati pintu apartemen Aira Antlia sore itu.
Nyonya Roberta Aini Dickinson perlahan-lahan melangkah mendekati pintu apartemen anak perempuannya. Memang malam ini dia baru saja sampai ke Sydney untuk menengok dan menjenguk anak perempuannya. Dia datang ke Sydney memang tanpa mengabari anak perempuannya terlebih dahulu. Dia ingin memberi kejutan dengan kunjungan yang mendadak nan tiba-tiba ini. Namun, sekarang heran dan bingung mulai menyelisir di pesisir pantai pikiran Nyonya Roberta Aini tatkala dilihatnya ada seorang pria asing yang mengunjungi anak perempuannya. Hati Nyonya Roberta mulai bergumul dengan banyak tanda tanya dan tanda seru yang datang meragas.
Siapa laki-laki asing ini? Jangan-jangan ada sesuatu yang tidak beres telah terjadi pada Airaku selama dia bekerja dan tinggal di kota besar seperti ini. Sejak awal memang aku kurang setuju dia sendirian bekerja dan menetap di kota ini… Terdengar gerunyam senandika batin si ibu yang mengkhawatirkan anak perempuannya.
"Mom…?" Mata Aira Antlia sedikit membesar dengan napasnya yang tertahan. Dia sama sekali tidak menyangka si ibu akan datang menengoknya tanpa mengabarinya terlebih dahulu.
"Aku datang ke sini untuk menengokmu…" kata si ibu singkat, jelas, padat, berisi – dengan raut wajah dingin nan tanpa senyum.