"Apa yang kaulakukan di sini? Kenapa kau bisa mempergunakan lift yang khusus dipergunakan oleh dewan direksi The Pride?" hardik Qaydee Zax dengan nada suara yang sudah meninggi satu oktaf.
"Lepaskan aku, Qaydee! Lepaskan aku!" teriak Junny Belle mulai panik. Tangannya masih dicengkeram oleh tangan Qaydee Zax. Karena tenaga wanita itu jauh lebih kuat daripada tenaganya, tentu saja melepaskan diri bukanlah perkara yang mudah.
Mendadak sorot mata Qaydee Zax tertuju pada cincin emas berlian yang sedang dikenakan oleh Junny Belle.
"Cincin pernikahan? Cincin dari siapa ini? Katakan! Cincin pemberian siapa ini! Katakan padaku!" teriak Qaydee Zax lagi.
"Dari… Dari…" Junny Belle masih dalam proses mengumpulkan keberanian penuhnya menghadapi Qaydee Zax yang sudah terlihat seperti singa yang siap menerkam mangsanya.
"Katakan padaku! Kau sudah menikah ya…? Kau menikah dengan siapa! Cincin dari siapa ini!" teriak Qaydee Zax masih terus mencengkeram tangan Junny Belle.
"Lepaskan Nyonya Campbell kami, Nona! Kami bisa melaporkan Anda ke polisi karena telah bertindak semena-mena di sini!" teriak si satpam menepiskan tangan Qaydee Zax. Terlepaslah cengkeraman tangan Qaydee Zax pada tangan Junny Belle.
Junny Belle bergerak menjauh dan bernapas lega.
"Hah? Nyonya Campbell? Kau… Kau… Kau menikah dengan Max Juliusku? Kau berani-beraninya menikah dengan Max Juliusku? Kau berani sekali ya…"
Qaydee Zax menunjuk ke diri Junny Belle yang masih memegangi pergelangan tangannya yang sedikit kesakitan. Qaydee Zax hendak menerjang ke arah Junny Belle lagi ketika si satpam menahannya lagi dari belakang.
"Lepaskan aku, Brengsek! Lepaskan aku! Aku takkan pergi dari sini sebelum aku memberi pelajaran kepada wanita sialan itu! Dia telah berani merebut Max Julius dariku! Dia telah merusak dan menghancurkan kebahagiaanku!"
"Aku tidak pernah merebut apa-apa darimu selama ini, Qaydee Zax!" kata Junny Belle setelah keberaniannya terkumpul lengkap. Dia memandang tajam ke Qaydee Zax yang sudah seperti orang gila dalam cengkeraman tangan si satpam yang menahannya.
"Sejak awal kaulah yang ingin merebut Max Julius dariku. Aku duluan yang mengenal Max Julius ketika kami sama-sama SD dulu… Kaulah yang berdiri di antara kami di masa-masa SMP kami… Jadi, siapa yang telah merusak dan menghancurkan kebahagiaan siapa di sini?" Junny Belle memperbesar suaranya sehingga beberapa karyawan The Pride yang bekerja di lantai bawah bisa mendengarnya.
"Oh… Ternyata Pak Max Julius dan Bu Junny Belle sudah berkenalan dan saling menyukai sejak zaman SD…. So sweet… Pantas saja Pak Max Julius begitu memuja, mencintai dan memanjakan Bu Junny Belle…"
"Bu Junny Belle saja terlihat begitu manja dan mencintai Pak Max Julius… Mereka memang pasangan suami istri yang klop dan serasi…"
"Kok mendadak hari ini ada seorang perempuan pelakor yang muncul di sini dan ingin menghancurkan kebahagiaan Pak Max Julius dan Bu Junny Belle kita sih!"
Bisik-bisik tersebut tentu saja sampai ke telinga Qaydee Zax. Amarah semakin membelandang ke permukaan sukma dan sanubarinya.
"Kau yang ingin merebut Max Julius dariku! Aku takkan membiarkannya! Atas dasar apa kau bisa memiliki Max Julius dan atas dasar apa kau berhak hidup berbahagia di samping lelaki yang sangat aku cintai sejak aku SMP sampai sekarang!"
"Karena kini aku tengah mengandung kedua anak kembarnya!"
"Aku juga tengah mengandung! Aku juga tengah mengandung anak dari Max Julius Campbell! Aku juga berhak memilikinya dan hidup berbahagia dengannya!" Qaydee Zax mengeluarkan selembar surat pemeriksaan kehamilan dari dalam tas tangannya dan melemparkan surat pemeriksaan kehamilan tersebut ke wajah Junny Belle. Surat tersebut kemudian terjatuh ke lantai.
"Hah? Jadi si pelakor ini juga mengandung anak Pak Max…?"
"Aku tidak percaya… Terlihat jelas sekali Pak Max Julius kita begitu memuja dan mencintai Bu Junny Belle kita. Mana mungkin ada wanita lain yang juga bisa mengandung benih dari Pak Max Julius kita…"
Tentu saja selentingan-selentingan tersebut juga masuk ke dalam telinga Qaydee Zax dan Junny Belle. Junny Belle hendak memungut surat pemeriksaan kehamilan tersebut dan menelusuri isinya ketika mendadak suatu tangan lain lebih dulu memungut surat tersebut. Mata Junny Belle dan Qaydee Zax sedikit membesar karena kini sang pemeran utama pria sudah muncul di atas panggung utama.
"Di sini dikatakan kau baru saja mengandung tiga minggu, Qaydee Zax. Oke… Kau adalah mantan pacarku sebelum aku bersama-sama dengan Junny Belle Polaris yang menjadi istriku sekarang. Namun, aku rasa sudah ada sekitaran tiga bulan lebih kita tidak bersama bukan? Kau tahu apa artinya ini?" Sepasang mata Max Julius mendelik tajam ke arah Qaydee Zax.
"Ini adalah anakmu… Ini adalah anakmu, Max… Aku tidak pernah berhubungan dengan pria lain selain dengan dirimu…" kata Qaydee Zax meraung-raung mencoba meraih simpati dan rasa kasihan orang-orang yang ada di sana terhadapnya.
"Oke… Kalau kau bersikeras itu adalah darah dagingku, kita akan adakan tes DNA setelah anak itu lahir. Dan untuk sembilan bulan ke depan, tidak apa-apa aku yang menanggung semua biaya hidup dan kebutuhan bayimu itu. Bagaimana?" tantang Max Julius dengan sorot mata mantap.
"Kau tidak percaya dan bahkan ingin melakukan tes DNA! Ini adalah anakmu, Max… Ini anakmu, Max… Kau sekarang bahkan meragukan dan tidak ingin mengakui darah dagingmu sendiri…" Qaydee Zax masih saja menangis meraung-raung di lantai berusaha meraih simpati orang-orang yang ada di sekeliling mereka.
Akan tetapi, yang terjadi justru berada di luar dugaannya.
"Tes DNA dong… Kalau memang itu adalah anak Pak Max, kenapa nggak berani terima tantangan tes DNA…? Iya nggak…?"
"Iyalah… Justru kalau itu bukanlah anak Pak Max, baru takut dan tidak berani menerima tantangan tes DNA…"
"Pak Max Julius sudah putus dengannya sekitaran tiga bulan yang lalu dan dalam laporan pemeriksaan kehamilan itu, janinnya baru berusia sekitaran tiga minggu… Yang benar saja… Tidak usah tes DNA sekalipun, siapa pun akan tahu itu bukan darah daging Pak Max…"
"Diam kau! Diam kau! Diam kalian! Diam kalian semua! Ini bukan urusan kalian!" teriak Qaydee Zax di lantai satu hotel The Pride seperti orang kerasukan setan.
Semua karyawan-karyawati kemudian mengatupkan bibir mereka dengan rapat.
"Oke… Kau diam, aku anggap kau sudah setuju… Selama sembilan bulan ke depan tidak apa-apa aku yang menanggung semua biaya dan kebutuhan hidup bayimu itu. Namun, aku akan tetap lakukan tes DNA setelah bayimu itu lahir." Max Julius memberikan isyarat tangan kepada satpam-satpam untuk mengeluarkan Qaydee Zax dari bangunan The Pride.