"Sial! Sial! Sial! Sungguh-sungguh sial! Aku harus secepatnya ke Jakarta untuk bisa memisahkan Junny Belleku dari si Max Julius sialan itu!"
Malam ini sudah hari keenam semenjak Dokter Norin Apus Brown mengetahui Junny Belle kini sedang berada di Jakarta dan Max Julius Campbell yang lebih dulu menemukannya. Mengetahui kemungkinan kedua sejoli itu tengah memadu asmara bersama sungguh membangkitkan kebencian Dokter Norin Apus Brown dan menyulut api kecemburuannya.
"Aku takkan rela menyerahkan Junny Belle ke tangan si Max Julius itu begitu saja! Jika aku tidak bisa mendapatkannya, jangan harap kau bisa berbahagia bersamanya, Max Julius! Kau harus mati, Max Julius! Aku pasti akan bisa mendapatkan suatu cara bagaimana supaya kau lenyap dari permukaan bumi ini!"
Dokter Norin Apus Brown bersenandika terhadap dirinya sendiri. Dia kembali menghempaskan dirinya sendiri ke kursi kerjanya dan memejamkan matanya sejenak selama lima menit. Lima menit berlalu. Ia kembali membuka matanya. Dia bertekad akan segera terbang ke Jakarta ketika seluruh pekerjaannya di rumah sakit ini sudah selesai.
Mendadak terdengar sebuah suara yang berat nan bernada sedang di ambang pintu ruangan kerjanya malam itu.
"Apa yang sedang kaukerjakan, Norin?" tanya seorang lelaki berkulit putih awal lima puluhan yang mendadak melangkah masuk ke dalam ruangan kerja Dokter Norin Apus Brown malam itu.
Dokter Norin Apus Brown menengadahkan kepalanya dan sedikit terhenyak nan terheran-heran mendapati salah satu kerabat dekatnya yang sudah lama tidak muncul, malam ini sekonyong-konyong memunculkan dirinya di hadapannya di ruangan kerjanya ini.
"Paman Carlitos?" Kening Dokter Norin Apus Brown berkerut dalam.
Yang dipanggil Paman Carlitos menarik sebuah kursi dan duduk di hadapan Dokter Norin dengan santai.
"Siapa yang kaupanggil? Carlitos Santiago Rojo? Tidak… Tidak… Aku tidak lagi menggunakan identitas itu. Aku sudah menggantinya… Sekarang namaku adalah Violito… Violito Hermes Santibanez… Panggil aku Paman Violito, Keponakan…"
Dokter Norin meledak dalam tawa lepasnya. "Kenapa mendadak kau mengganti identitasmu, Paman?"
Violito Hermes hanya tersenyum santai menanggapi pertanyaan dari kemenakan lelakinya.
"Apakah ini ada hubungannya dengan kecelakaan kapal Zodiac Liner beberapa bulan lalu?"
Violito Hermes tetap hanya tersenyum santai. Terdengar sekarang ia bersiul merdu dan nyaring.
"Jadi benar dugaanku… Astaga, Paman Carlitos…"
"Panggil aku Paman Violito, Norin…" tegur Violito Hermes Santibanez kepada keponakan lelakinya.
"Jadi Paman Violito… Kau benaran ada hubungannya dengan ledakan yang terjadi pada kapal Zodiac Liner beberapa bulan lalu?" Mata Dokter Norin Apus Brown sedikit membesar.
"Tentu saja… Ada si Victorio Mistrall yang harus aku lenyapkan… Dia diam-diam juga telah memasukkan ramuan ajaib yang katanya 100% itu ke dalam tubuhnya. Ada lagi sekumpulan orang Jepang yang mulai meresahkan karena mereka berpikir mereka telah berdiri di atas awan dan bisa menginjak kepala kelompok Free Hands. Mereka salah besar!"
"Dan hanya gara-gara si Victorio Mistrall dan sekumpulan orang Jepang itu, kau meledakkan seluruh kapal, Paman Violito… Kau telah menciptakan badai sitokin dengan tidak langsung…"
"Aku tahu dan aku sengaja melakukannya… Anggap saja sekumpulan orang-orang itu bernasib sial kenapa mereka bisa naik ke dalam kapal yang sama dengan sekumpulan orang Jepang dan si Victorio Mistrall itu! Sialnya lagi aku tidak berhasil mendapatkan data-data yang dimiliki oleh si Victorio Mistrall itu! Kukira orang-orang Jepang itu berhasil merebutnya dari si Victorio Mistrall itu, tetapi aku juga tidak menemukannya pada tubuh-tubuh sekumpulan orang Jepang itu. Ada di mana sekarang data-data peninggalan Victorio Mistrall itu? Di mana si Keparat Victorio itu menyembunyikannya?"
Violito Hermes Santibanez terkesan lebih mirip bersenandika dengan dirinya sendiri daripada berbicara dengan keponakan lelakinya.
"Memang pada mulanya tidak ada yang namanya obat ramuan ajaib 100%, Paman… Memang tidak mungkin sekali dan nyaris mustahil di dunia ini ada semacam obat ajaib 100% yang bisa menyembuhkan segala penyakit. Aku rasa kemungkinan besar teman masa lalumu si ilmuwan itu telah menipumu dan mengelabuimu, Paman Violito…"
"Tidak… Aku yakin ada obat ramuan ajaib 100% itu… Buktinya ada yang 80%... Kenapa membicarakan yang 100% menjadi mustahil…?" Violito Hermes Santibanez masih bersikeras mempertahankan pendapatnya.
"Bisa jadi sejak awal teman masa lalumu si ilmuwan itu hanya menemukan dan berhasil meracik obat ajaib 80%, Paman Violito… Memang sejak awal tidak ada yang namanya 100%. Si teman masa lalumu itu hanya berniat memperdayai dan mengelabui kalian semua."
"Kenapa dia harus melakukan itu?" Violito Hermes menyipitkan kedua matanya.
"Mmm… Sebagai balas dendam mungkin… Tentu saja dia tidak rela kelompok Free Hands merebut ramuan ajaib racikannya begitu saja. Dia tentu tidak rela kalian merebut ramuan ajaib racikannya itu dan mengklaim ramuan ajaib itu sebagai ramuan kalian. Kalian bisa saja membunuh dan melenyapkannya. Namun, sebelum ia mati, ia sudah menyiapkan satu jebakan terakhir untuk memecah-belah kalian, untuk membuat kalian orang-orang Free Hands dan kelompok-kelompok lain itu saling membunuh dan akhirnya kalian akan lenyap sendiri tanpa perlu ia bangkit dari kubur untuk menuntaskan kalian. Kalian selama ini pernah nggak sih berpikir ke kemungkinan itu?"
Violito Hermes Santibanez terkesiap. Tubuhnya langsung menegang di tempat. Ia terlihat seperti tahanan yang sebentar lagi akan mati di kursi listrik.
"Pada awalnya Free Hands tidak berniat merebut ramuan ajaib itu dari tangannya. Kau jelas-jelas tahu akan hal itu bukan? Kami sudah mengajaknya bekerja sama secara baik-baik. Kami membeli ramuan itu darinya dan dia nantinya akan bekerja di laboratorium di bawah naungan kepemimpinan kami. Namun, dia sama sekali tidak berniat menjual ramuan racikannya itu kepada kami. Dia sendiri yang serakah. Dia sendiri yang tidak ingin bekerja sama dengan kami. Dia sendiri yang ingin menguasai ramuan ajaib itu sendirian dan tidak berniat membagi-bagikannya kepada kami. Siapa yang salah di sini coba!"
"Dia yang menemukan ramuan ajaib 100% itu pertama kali, Paman Violito… Dia yang berhasil meracik ramuan ajaib yang diklaimnya manjur 100%... Tentu saja dia berhak memiliki ramuan ajaib 100% itu hanya untuk dirinya sendiri… Jelas itu masuk akal, Paman Violito… Yang tidak masuk akal adalah kalian-kalian ini yang ingin merebut ramuan ajaib 100% itu dari tangannya dan mengklaim sebagai milik kalian. Jelas dia takkan membiarkan kalian berhasil begitu saja…"
Dokter Norin Apus Brown terlihat tersenyum skeptis.
"Norin… Sebenarnya sekarang kau sedang berada di pihak siapa!"
"Jelas kau tahu dari dulu aku hanya berdiri di pihakmu, Paman… Aku hanya mencoba memberikan pandangan apa yang dipikirkan oleh teman masa lalumu si ilmuwan itu seumpama aku adalah dia. Faktanya, aku bukan dia kan, Paman? Tetaplah aku adalah kesempurnaan yang berhasil kautitiskan ke dunia ini, Paman…"
"Baguslah kalau kau sadar diri…" dengus Violito Hermes Santibanez.