"Dunia prostitusi… Itu kan maksudmu?" Si aktris tersenyum ringan nan enteng.
Clark Campbell hanya tersenyum miris.
"Memang dunia prostitusi dan dunia hiburan sejalan kan…? Kita hidup di dunia yang munafik yang tidak pernah terang-terangan mempertemukan dunia hiburan dan dunia prostitusi padahal keduanya sejalan. Menurutku… Menurutku ya… Sisi terang dari dunia prostitusi itu adalah dunia hiburan. Dan, sisi gelap dari dunia hiburan itu adalah dunia prostitusi."
Clark Campbell hanya mangut-mangut. Dia menyesap lagi kopi hangatnya sampai kopi hangat itu tinggal setengah. Rasa kantuk yang begitu kuat sekonyong-konyong mulai menyergapnya. Dia berusaha mempertahankan kesadarannya. Akan tetapi, berkali-kali ia mencoba meraih kesadarannya kembali, berkali-kali itu juga ia gagal.
"Ingin terkenal, namun tidak berbakat, jalan satu-satunya adalah menjual tubuhmu… Ingin punya banyak duit, namun kurang cantik dan kurang banyak penggemar yang menyukaimu, jalan pintasnya adalah menjual tubuh dan keperawanan… Jangan khawatir… Aku menikmati hidupku selama ini… Sudah ada beberapa lelaki yang naik ke ranjangku selama ini. Aku kira… aku kira… lelaki selanjutnya yang kuberikan kesempatan untuk menikmati tubuhku ini adalah kau, Pangeran Tampan… Kau mau kan?"
Dengan sorot mata liar penuh gairah, si aktris hanya menyaksikan tubuh Clark Campbell yang kehilangan kesadarannya, jatuh tersungkur ke lantai dan terkulai lemas di hadapannya. Si aktris mengeluarkan ponselnya dan menelepon seseorang.
"Sudah kulakukan…" kata si aktris sedikit jengkel.
"Dia sudah tidak sadarkan diri?" tanya Lucas Van Williams di seberang.
"Sudah…" jawab si aktris masih dengan nada kejengkelan yang sama.
Jam demi jam berlalu… Akhirnya, Lucas Van Williams berhasil menyeret tubuh lemas Clark Campbell ke sebuah hotel berbintang tiga di dekat bangunan Gemini Star Studio.
"Telentangkan saja dia di sana…" kata Lucas Van kepada ketiga anak buahnya. Ketiga anak buahnya menelentangkan tubuh lemas Clark ke tempat tidur dan akhirnya pamit keluar dari kamar.
"Buka pakaiannya… Buka pakaianmu sendiri juga…" perintah Lucas Van kepada si aktris.
"Tidakkah… Tidakkah kau akan memberiku sedikit waktu untuk menikmati tubuh yang sempurna nan atletis ini, Lucas?" kata si aktris dengan nada sensual yang benar-benar tinggi.
"Kau membubuhi obat tidur ke dalam kopinya tadi, bukan obat perangsang… Dia bukan wanita; dia itu pria… Pria yang dalam kondisi tidak sadarkan diri seperti ini, senjata kejantanannya takkan bangkit dan takkan memberimu kepuasan. Sekarang lakukan perintahku… Atau kalau tidak, kupastikan drama keluarga yang sedang kaubintangi ini akan menjadi drama terakhirmu dalam dunia hiburan, Donna Clarkson!"
Lucas Van mencengkeram lengan kanan atas Donna Clarkson dan kemudian mendorongnya dengan kasar ke tepi tempat tidur. Mau tidak mau, dengan mata yang mendelik tajam, Donna Clarkson melakukan apa yang diperintahkan oleh Lucas Van. Dia hanya membutuhkan waktu dua menit untuk menelanjangi dirinya sendiri dan menelanjangi Clark Campbell yang tidak sadarkan diri. Dalam waktu dua menit, Clark Campbell dan dirinya sendiri sudah dalam keadaan telanjang bulat.
"Naik ke tubuhnya dan tunggangi dia seolah-olah kalian sedang berhubungan seks!" perintah Lucas Van lagi.
Mau tidak mau, Donna Clarkson juga melakukan yang diperintahkan. Saat duduk di atas tubuh Clark Campbell yang sempurna nan tanpa cela, Donna Clarkson sungguh-sungguh merasa ingin sekali ia memasukkan senjata kejantanan Clark Campbell yang besar berotot nan menantang itu ke dalam liang kewanitaannya. Akan tetapi, karena Lucas Van Williams juga ada di dalam kamar itu bersama-sama dengan mereka, semuanya itu hanya tinggal angan-angan.
Dari posisi belakang tubuh Donna Clarkson, Lucas Van Williams mengambil beberapa foto yang memperlihatkan jelas wajah Clark Campbell.
"Gerakkan tubuhmu! Aku ingin mengambil video sekarang!" hardik Lucas Van Williams sedikit menjambak rambut Donna Clarkson. Donna Clarkson terpaksa melakukan lagi apa yang diperintahkan oleh Lucas Van Williams.
Lucas Van Williams merekam video berdurasi 20 detik dan kemudian mengirimkan video tersebut ke nomor Aira Antlia Dickinson dengan sebersit senyuman penuh kemenangan yang bertengger di sudut bibirnya.
"Sudah selesai! Turun sekarang!" perintah Lucas Van Williams.
Karena Donna Clarkson masih betah bertahan di atas tubuh yang sempurna nan tanpa cela itu, Lucas Van Williams menjambak lagi rambutnya dan memaksanya turun dari atas tubuh Clark Campbell.
"Jangan pikir aku tidak tahu apa yang ada dalam pikiranmu itu ya! Sekarang ini kau masih milikku! Aku takkan sudi apa yang menjadi milikku itu disentuh oleh orang lain!" desis Lucas Van Williams dengan sorot mata kejam dan nada suara yang tidak berperasaan.
"Sakit! Lepaskan aku, Lucas!" Donna Clarkson sedikit berteriak nyaring. Dia buru-buru turun dari atas tubuh Clark Campbell dan mengenakan pakaiannya kembali.
"Sekarang kita pergi dari sini!" Lucas Van Williams menarik tangan aktris yang menjadi wanita simpanannya itu keluar dari kamar tersebut karena dia sudah mengirimkan titik lokasinya ke nomor Aira Antlia Dickinson. Ia tidak ingin bertemu dengan gadis itu di hotel berbintang empat ini yang nantinya akan membocorkan segala siasat yang telah disusunnya dengan rapi.
Tentu saja Aira Antlia terhenyak bukan main melihat foto-foto dan video yang telah diterimanya dari suatu nomor yang tak dikenal. Jantungnya menjadi berdebar kencang tak karuan. Ia merasa dirinya akan segera terkena stroke ringan sebentar lagi.
Dengan berdasar pada titik lokasi yang juga diterimanya dari nomor tak dikenal yang sama, ia segera naik taksi bertolak ke titik tersebut. Berdasar pada pesan tertulis dari nomor tak dikenal yang sama, ia naik ke lantai lima hotel berbintang empat tersebut dan menggedor-gedor pintu kamar 207. Terlihat jelas tangan Aira Antlia bergelugut cukup hebat disertai dengan debar jantung yang masih di atas normal.
Perlahan-lahan kesadaran Clark Campbell kembali. Kepalanya terasa begitu pening. Ia meraih kembali kesadarannya sekuat tenaga dan mendapati dirinya telanjang bulat di dalam sebuah kamar hotel berbintang empat. Ia duduk sebentar dan kemudian turun dari ranjangnya. Ia mengenakan kembali undies-nya yang berwarna hitam pekat.
"Sial! Aktris sialan yang genit itu menjebakku dengan obat tidur!" gumam Clark Campbell pada dirinya sendiri.
Terdengar ada seseorang yang menggedor-gedor pintu kamar. Tanpa berpikir panjang, dengan keadaan tubuhnya yang masih terbalut undies, Clark Campbell berdiri dan membuka pintu. Tentu saja ia terperanjat kaget bukan main melihat sosok Aira Antlia di luar.
"Ada seseorang yang mengirimkan video ini kepadaku!" Aira Antlia memperlihatkan suatu video dari ponselnya, yang kontan membuat kedua mata Clark Campbell terbelalak lebar.
"Bukan seperti yang ada dalam pikiranmu, Aira Sayang… Aku bisa menjelaskannya kepadamu… Tadi aku…"
"Dan ternyata isi video ini memang benar! Kamar ini adalah kamar yang ada dalam video ini, Clark! Kau tidak bisa berubah, Clark! Kau selalu saja main perempuan!" teriak Aira Antlia dan berlalu dari hadapan Clark Campbell.
"Aira… Aira Sayang… Aira… Shit!"