"Ada apa? Ada yang bisa kubantu?" tanya Clark Campbell biasa-biasa saja.
"Maafkan aku… Staff-ku entah ke mana semua. Aku sendirian tidak bisa menarik zipper-ku ini ke atas." Si aktris menunjukkan raut wajah yang sedikit malu dengan gerak-gerik tubuhnya yang sedikit salah tingkah.
"Oke… Tidak masalah…"
Clark Campbell berjalan masuk ke dalam kamar mandi perempuan. Dia menarik zipper gaun panjang aktris tersebut ke atas sehingga kini pakaian sang aktris sudah membalut tubuhnya secara sempurna.
"Thanks banget ya… Jika tidak ada kau, aku tidak akan bisa berpakaian sekarang…" Si aktris masih menunjukkan sikap yang malu-malu dan sedikit salah tingkah.
"Tidak apa-apa… It's not a big deal…" kata Clark Campbell menunjukkan senyumannya yang ala kadarnya. Wanita ini cantik juga, seksi dan bahkan sikapnya itu bisa memancing berahi lelaki. Namun, sayang sekali… Aku lebih bergairah dan kadang kesulitan mengendalikan diri dan si Joe di bawah ini setiap kali aku berdekatan dengan Aira Antliaku. Terdengar gerunyam senandika batin Clark Campbell yang mulai bersenandung.
Ketika dilihatnya Clark Campbell hendak berjalan keluar dari kamar mandi perempuan, pura-pura si aktris awal tiga puluhan itu memakai sepatu berhak tingginya dan pura-pura keseleo dan mengaduh kesakitan.
"Aduh… Aduh… Aduh… Sakit sekali…"
"Ada apa?" Clark Campbell terkejut karena si aktris mengaduh kesakitan dalam volume suaranya yang lumayan keras seperti dicapit kepiting.
"Kakiku ini… Kakiku ini… Keseleo mungkin… Adegan ranjang tadi benar-benar membunuhku…" kata si aktris menampilkan raut wajah yang meringis kesakitan.
Sambil berjalan tertatih-tatih, si aktris sengaja menjatuhkan dirinya ke arah Clark Campbell. Tentu saja Clark Campbell sigap menangkap tubuhnya yang jauh lebih kecil nan mungil.
Clark Campbell membawanya keluar dari kamar mandi dan mendudukkannya di sebuah kursi di samping studio depan.
"Kalau membunuhmu, kenapa kau ingin menerima tawaran shooting ini? Apa kau tidak membaca skenarionya dulu dan tahu akan ada banyak adegan… adegan… adegan ranjang yang harus kaulakonkan…?" tanya Clark Campbell sedikit penasaran.
"Tuntutan bayaran… Jika aku tidak menerima tawaran drama ini, takutnya ke depannya aku akan sepi job. Aku sudah berumur awal tiga puluhan. Perlahan-lahan aku akan tersingkirkan oleh aktris-aktris muda berumur awal dua puluhan yang jauh lebih cantik dan seksi."
Clark Campbell mengangguk miris. Panggung hiburan memang sudah seperti itu. Tidak cukup hanya dengan bakat, tetapi juga harus diselingi dengan ketampanan dan kecantikan, dan tentunya sedikit pengorbanan tubuh – terutama untuk kaum Hawa.
"Ada di mana kotak obat di studio ini?" tanya Clark Campbell celingak-celinguk ke sana ke sini.
"Di lemari kedua dari atas sana biasanya ada salep yang untuk keseleo…" tunjuk si aktris ke sebuah lemari yang diletakkan di dekat jendela kaca ruangan studio tersebut.
Clark Campbell membuka lemari dan mengeluarkan salep yang tertulis untuk keseleo. Dia kembali ke si aktris dan mulai mengoleskan salep tersebut ke kaki si aktris yang katanya keseleo. Terlihat si aktris sangat menikmati sentuhan tangan kekar nan bedegap Clark Campbell pada kakinya yang sesungguhnya tidak mengalami keseleo apa-apa.
Terdengar gerunyam senandika batin si aktris awal tiga puluhan itu. Uuuhh… Seandainya saja sekarang aku sedang tidak menjalin hubungan dengan si Lucas Van Williams itu, mau saja aku dibawa ke ranjang oleh si Clark Campbell yang tampan perkasa ini. Barangnya itu… uuhhh… pastilah begitu memuaskan nan menggairahkan…
"Bolehkah aku traktir kau secangkir kopi hangat di pagi yang cerah ini sebagai sebentuk ucapan terima kasihku?" tawar si aktris penuh-penuh harap.
"It's not a big deal… Lagipula aku ada janji siang ini…" kata Clark Campbell hendak berdiri.
"Janjimu kan siang nanti… Ini kan masih jam sepuluh lewat… Apa minum kopi bersamaku saja akan sangat menyita waktumu?" tanya si aktris sembari tersenyum lemah lembut.
Clark Campbell menjadi serba salah. Ia yang pada dasarnya tidak bisa menolak permintaan perempuan, akhirnya hanya bisa mengangguk mengiyakan.
Menit demi menit berlalu lagi. Clark Campbell hanya duduk sendiri di depan studio tersebut. Sutradara dan staff-staff yang lain sedang mempersiapkan shooting adegan yang berikutnya di bagian studio yang lain. Terlihat si aktris tengah menyeduh kopinya sendiri dan secangkir kopi hangat yang lain untuk Clark Campbell. Tentu saja tanpa sepengetahuan Clark Campbell, si aktris membubuhkan obat tidur ke dalam kopi hangat milik Clark Campbell dengan dosis yang cukup tinggi.
Dengan gerakan lemah gemulai, si aktris berjalan ke arah Clark Campbell duduk dan menyerahkan kopi hangat yang telah dibubuhi obat tidur kepada Clark Campbell. Clark Campbell menerima secangkir kopi itu dan menyesap sedikit tanpa kecurigaan apa-apa.
"Aku masukkan sedikit susu. Maaf kalau rasanya menjadi kurang enak. Aku tidak tahu apakah kau lebih menyukai whitecoffee atau blackcoffee." Si aktris duduk di depan Clark Campbell dan sengaja menyilangkan kedua kakinya. Gaun panjangnya sedikit turun dan menampakkan pahanya yang cantik mulus.
Akan tetapi, Clark Campbell terlihat biasa-biasa saja dan tidak salah tingkah sedikit pun. Sedikit tersinggung, terlihat si aktris langsung mengerutkan dahi.
"Sudah lama kau menjadi pemain film panas seperti ini?" tanya Clark Campbell mendadak. Si aktris hanya meledak dalam tawa lepasnya.
"Ini bukan film panas loh… Hanya film yang berkategori 21+… Beda film panas dan film kategori 21+…"
"Oke… Sudah berapa lama kau main dalam film-film berkategori 21+ seperti ini…?" tanya Clark Campbell mengulangi pertanyaannya.
"Sejak aku berusia 21 tahun…" jawab si aktris singkat ala kadarnya.
"Pertama kali ikut audisi, kau memang sudah berniat main film-film berkategori 21+… Iyakah demikian?" Alis mata Clark Campbell naik sedikit – heran nan terkejut.
"Tentu saja tidak… Wanita mana yang ingin langsung main film-film panas ataupun film-film yang berkategori 21+ coba? Wajahku tidak begitu cantik. Waktu audisi, aku berada di urutan yang hampir-hampir terakhir. Namun, kata si sutradara waktu itu, tubuhku ini proporsional sekali… Mungkin saja layak jual dan bisa dijual dengan harga yang lumayan fantastis…" kata si aktris ringan nan santai.
"Bisa kutebak si sutradara itu yang… yang… yang pertama kali mencoba tubuhmu itu… Koreksi aku kalau salah…" kata Clark Campbell sembari tersenyum miris.
Si aktris meledak lagi dalam tawa renyahnya. "Begitulah… Namun, dia memberiku bayaran yang lumayan fantastis kok… Dengan harga itu, waktu itu aku sudah bisa membeli apartemen yang kutinggali saat ini…"
Clark Campbell terlihat melemparkan kedua tangannya ke udara. "Oh, aku jadi tidak tahu apakah sebenarnya kau ini sedang bekerja di dunia hiburan atau dunia… dunia… dunia…"
Clark Campbell tidak kuasa meneruskan pernyataan tersebut.
"Dunia prostitusi… Itu kan maksudmu?" Si aktris tersenyum ringan nan enteng.