"Kau sudah menerima berkas-berkas yang kukirimkan lewat email beberapa hari lalu kan? Sudah selesai kauurus?"
"Sudah… Ini aku kirimkan surat sahnya dari catatan sipil Sydney sini dan kau tanda tangani ya… Habis itu, scan dan kirimkan balik ke surelku ya…" kata Clark Campbell.
"Oke… Terima kasih…" Max Julius berkata dengan nada antusias dan memutuskan hubungan komunikasi sejenak.
"Ada apa, Max Sayang…? Sepupumu itu mengirimkan berkas apa rupanya…?" tanya Junny Belle santai. Dia mengakses kamera pengawas yang ada di toko roti dan memperhatikan jalannya toko roti sejenak.
"Ada sesuatu yang harus kau tanda tangani ya, Junny Darling…" Max Julius terlihat mencetak surat yang dikirimkan oleh Clark Campbell tadi melalui surel.
"Yang harus aku tanda tangani? Apa itu?" Junny Belle mengangkat kedua alis matanya dengan raut wajah polos.
"Ini dia…" Max Julius meletakkan surat pernikahan mereka di depan sang bidadari cantik jelita. Tentu saja napas Junny Belle menjadi tertahan; kedua bola matanya sedikit membesar; dan kedua tangan terangkat secara otomatis menutupi mulut.
"Ini adalah… adalah surat pernikahan…? Kau menodongku dengan pernikahan, Max Sayang…?"
"Ya… Supaya kau terikat selamanya denganku dan kau takkan pergi meninggalkan aku lagi, Darling…" Max Julius memeluk Junny Belle dari belakang dan mengecup mesra kepala dan pundaknya.
"Apakah ini bukan mimpi?" Junny Belle memegangi dadanya dan merasakan detak jantungnya yang kini berdebar kencang.
"Tentu saja bukan, Darling… Ini nyata… Surat pernikahan ini nyata… Kehadiranku juga nyata ada di depanmu…" rengek Max Julius.
"Kau sendiri yang menyodorkanku surat pernikahan ini ya, Max Sayang… Kau takkan bisa berubah pikiran lagi ke depannya loh…"
"Aku takkan berubah pikiran…"
"Aku takkan melepaskanmu lagi, Max Sayang…"
"Tentu saja… Jangan pernah melepaskanku dan meninggalkan aku, Junny Darling…" Max Julius membelai dagu sang bidadari cantik kesayangannya dengan lemah lembut.
Max Julius mengambil pena yang ada di atas meja kerjanya dan menandatangani surat pernikahan tersebut. Junny Belle juga menorehkan tanda tangannya pada surat pernikahan tersebut dengan senyuman keceriaan dan kebahagiaan yang sungguh-sungguh tidak terlukiskan. Dia merasa dialah wanita yang paling berbahagia di seluruh semesta raya saat ini. Akhirnya sekarang dia benaran bersatu dengan sang pangeran tampan yang benar-benar dicintainya, yang sudah dicintainya sejak mereka kecil sampai dengan detik ini.
"Kau lagi hamil sekarang, Darling… Setelah kedua anak kembar kita lahir tahun depan, tahun depan kita akan menggelar pesta pernikahan kita di The Pride ini saja. Kau setuju kan?"
"Apa pun itu yang berhubungan dengan dirimu, aku pasti setuju, Max Sayang… Aku mencintaimu, Max Sayang… Jangan pernah tinggalkan aku ya…" ujar Junny Belle seraya menggenggam erat kedua belahan pipi sang pangeran tampan dan mengecup mesra mulai dari kening, ke kedua belahan pipi, sampai ke sepasang bibir yang seksi menggemaskan.
"Aku juga sangat mencintaimu, Junny Darling… Kau tidak boleh lepas dariku dan meninggalkan aku lagi mulai detik ini…" bisik Max Julius bagai mentega yang meleleh di depan perhatian dan cinta yang dipancarkan oleh sang bidadari cantik jelita.
Junny Belle tersenyum hangat nan lemah lembut. Keriap bahagia sungguh meringkai muara hati Max Julius Campbell dan Junny Belle Polaris siang itu.
***
Menit demi menit berlalu… Setelah mengirimkan balik surat pernikahan yang sudah ditandatangani oleh mereka berdua, Max Julius kembali menelepon Clark Campbell.
"Sudah kukirimkan balik surat yang sudah kami tanda tangani, Clark… Tolong ya diurus… Nanti ketika surat aslinya sudah keluar, kau simpankan saja di brankasku yang ada di ruangan kerjaku di sana…" kata Max Julius terdengar begitu antusias.
"Oke…" jawab Clark Campbell ala kadarnya sembari sedikit menghela napas panjang.
"Aku tebak… Sepertinya telah terjadi sesuatu dengan saudara sepupuku ini…" ujar Max Julius menggantung pernyataannya terlebih dahulu.
"Begitulah, Max…" Clark Campbell menghela napas panjang lagi.
"Apakah itu berhubungan dengan Aira?" bisik Junny Belle di daun telinga sang pangeran tampan.
"Apakah itu berhubungan dengan Aira Antlia kesayanganmu, Clark?" tanya Max Julius kepada saudara sepupunya.
"Tahu saja kau, Max…" jawab Clark Campbell ala kadarnya lagi – terdengar kurang bersemangat.
"Katanya iya…" bisik Max Julius kepada Junny Belle.
"Suruh dia ceritakan saja… Aira kan sahabatku… Mungkin aku bisa sedikit banyak membantu…" bisik Junny Belle lagi.
"Bagaimana kalau kita video calling saja? Junny Darlingku juga ada di sini bersamaku. Mungkin dia sedikit banyak bisa membantu…" usul Max Julius kepada Clark Campbell.
"Oke deh…" jawab Clark Campbell ala kadarnya lagi.
Komunikasi pun beralih ke video calling antara komputer kerja Max Julius dengan komputer kerja Clark Campbell.
"Hai, Jun… Apa kabarmu? Kau bahagia sekarang di samping pangeranmu?" tanya Clark Campbell sedikit berguyon.
"Iya dong…" sahut Junny Belle meledak dalam tawa lemah lembutnya. "Jadi kenapa kau dan Aira? Aku senang loh mengetahui kalau Aira sahabatku itu bersedia berpacaran dan aku senang mengetahui pacarnya adalah dirimu, Clark…"
Junny Belle tersenyum lemah lembut lagi. Max Julius sedikit mendengus dengan sebersit senyuman skeptis.
"Hati-hati saja bilang sama Aira sahabatmu itu, Junny Darling… Clark ini predator juga… Bisa-bisa dia akan menggasak habis Aira sahabatmu itu lebih cepat dari yang kita duga…"
"Kayak dia tidak melakukan hal yang dibilangnya itu kepadamu ya, Jun…" sindir Clark Campbell balik.
"Ya, dan aku sekarang sudah menikah dengan Junny Darlingku… Aku ragu kau bisa melakukan hal yang sama dengan yang sudah kulakukan sekarang…" Max Julius masih menampilkan senyuman skeptis yang sama.
Junny Belle meledak dalam tawa lemah lembutnya. Clark Campbell kembali menghela napas panjang.
"Bagaimana aku bisa memintanya menikah denganku jika dia sekarang menemuiku dan berbicara denganku saja tidak sudi?"
"Ada apa sebenarnya, Clark?" tanya Junny Belle lemah lembut lagi.
"Beginilah kejadiannya… Pas beberapa hari lalu itu…" Clark Campbell mulai melantunkan sepenggal cerita mengenai apa sebenarnya yang terjadi.
***
Clark Campbell memarkirkan mobilnya di depan suatu gedung pencakar langit. Tulisan Gemini Star Studio tampak tercetak pada dinding kaca bangunan tersebut. Karena dia juga memiliki satu dari 10 saham mayoritas di perusahaan perfilman ini, hari ini dia menyempatkan diri menghabiskan akhir pekannya di sini. Pagi hari dia akan jalan-jalan melihat-lihat Gemini Star Studio dan siang harinya baru dia akan ke toko roti menjemput Aira Antlia kesayangannya untuk sama-sama makan siang dan pergi belanja sedikit bumbu dapur dan bahan-bahan masak.
"Shooting film apa ya ini?" tanya Clark Campbell pada salah seorang sutradara yang sedang bertugas mengatur jalannya shooting yang tengah berlangsung di salah satu studio di lantai 10 bangunan pencakar langit tersebut.
"Drama keluarga seperti opera sabun begitu, Pak Clark…" cetus sang sutradara.