"Aku tahu kau begitu tergila-gila pada fisik dan ketampananku ini. Jangan hanya dipandang, Darling… Kau boleh memiliki dan menikmatinya… Semua yang kaulihat di depan matamu ini adalah milikmu…" desah Max Julius semakin mendekati sang bidadari cantik kesayangannya.
Tangan Junny Belle tanpa sadar terangkat dan bermain-main nakal di depan dada sang pangeran tampan nirmalanya.
"Kau akan membuat kita melewatkan makan siang jika kau terus menggodaku seperti ini, Darling…" geram Max Julius tatkala dirasakannya tangan sang bidadari cantik jelita sudah turun sampai ke perut dan turun lagi ke daerah selangkangannya. Junny Belle hanya mengulum senyumannya dan tertawa geli kemudian.
"Aku hanya menggodamu sedikit saja… Kau terlalu menggebu-gebu, Max Sayang…" kata Junny Belle mulai mengenakan jubah tidurnya dan bergerak keluar.
"Oh, Junny Darling…" desah Max Julius. Ia bergerak ke sisi tempat tidurnya dan mengenakan kembali undies-nya yang berwarna abu-abu.
Tak lama kemudian Junny Belle masuk lagi membawa makan siang mereka yang belum selesai.
Menit demi menit berlalu. Max Julius baru bisa menyelesaikan makan siangnya ketika sang bidadari cantik jelita memasukkan makan siang itu ke dalam mulutnya suap demi suap. Sungguh bahagia dirinya pada saat itu. Sungguh tidak terbandingkan dan tidak terwakilkan sensasi kebahagiaan yang menggeligit pangkal dan ujung sanubarinya pada saat itu. Diperhatikan, dijaga, dirawat, dicintai dan bahkan disuapi oleh sang bidadari cantik kesayangannya seperti ini membuat jiwa Max Julius sungguh terbuai ke dalam senandung surgawi yang tidak berkesudahan.
Kini terlihat Junny Belle menyesap susu hangatnya sedikit demi sedikit di atas ranjang. Terlihat Max Julius meminum kopi susunya dengan cepat dan kemudian dia melingkarkan lagi kedua lengannya ke tubuh sang bidadari cantik jelita dari belakang dan merebahkan dagunya ke pundak sang bidadari cantik jelita.
"Lain kali kalau ingin ke sini, beritahu aku ya, Darling… Kalau aku tidak sempat menjemputmu, aku akan meminta sopir menjemputmu… Aku tidak ingin kau ke sini naik taksi sendirian dan kemudian naik ke ruanganku ini melalui meja resepsionis…"
Junny Belle meledak dalam tawa lemah lembutnya. "Kenapa, Max Sayang?"
"Apa kau tidak sadar ketiga resepsionis lelaki yang di bawah itu melihatmu sampai air liur mereka hampir keluar?"
"Tidak apa-apa, Sayang… Kan aku tidak memedulikan mereka…"
"Tetap saja aku sedikit cemburu… Kecantikan dan segala nilai-nilaimu yang berharga hanya untukku, Darling…" kata Max Julius dengan gaya merengek dan merajuk seperti anak kecil yang mainannya diambil oleh anak lain.
"Selagi kau ada di sampingku dan menjagaku, segala yang ada pada diriku ini adalah milikmu, Max Sayang…"
"Tentu saja… Sama halnya denganku… Semua yang ada pada diriku ini adalah milikmu, Junny Darling…"
"Semuanya?" Tangan nakal sang bidadari cantik jelita mulai menyentuh nan membelai perut kotak-kotak sang pangeran tampan nirmala dan akhirnya lebih turun lagi sampai ke daerah selangkangan yang kini terbalut undies.
Begitu tersentuh dan sedikit diremas oleh tangan nakal sang bidadari cantik jelita, tentu saja benda keras nan berotot yang ada di balik undies tersebut segera menegang.
"Darling… Kau benaran akan membangkitkan sesosok monster sekarang…" geram Max Julius sembari memejamkan matanya menikmati setiap sensasi kenikmatan yang dihadirkan dari ombak-ombak belaian tangan sang bidadari cantik jelita pada daerah selangkangannya.
"Entahlah… Akhir-akhir ini aku selalu menginginkanmu, Max Sayang… Entah karena pengaruh hormon kehamilan atau apa – aku sendiri juga kurang mengerti…" desah Junny Belle di daun telinga sang pangeran tampan.
"Maka dari itu, milikilah aku sepuasmu, Junny Darling…" desah Max Julius.
"Aku tidak terbiasa menjadi top, Max Sayang… Aku lebih suka menjadi bottom dan biarkan kau yang menjadi top melayaniku dengan sebaik-baiknya… Kau mau kan, Max Sayang?" bisik Junny Belle.
"Dengan senang hati, Darlingku… Kau adalah pemilikku… Sesuai permintaanmu, Darling…" geram Max Julius mulai menanggalkan jubah tidur sang bidadari cantik jelita dan menanggalkan undies-nya sendiri.
Siang yang panjang penuh pelepasan hasrat dan gairah berbaur dengan pengungkapan cinta terjadi di puncak hotel The Pride hari itu.
Jam tigaan sang asisten datang ke depan pintu ruangan kerja Max Julius. Dia mengetuk-ngetuk beberapa kali, tetapi tidak ada jawaban dari dalam.
"Apa Pak Max tidak ada di dalam?" tanya sang asisten lelaki kepada si sekretaris CEO yang sedang berkutat dengan pekerjaannya di depan pintu ruangan kerja sang direktur pusat.
"Oh, Prayoga Ardiansyah… Kau benaran polos atau pura-pura polos sih?" dengus si sekretaris yang sudah beranak dua itu.
"Apa maksudmu, Bu Vicelia Angkasa?" Dahi Prayoga Ardiansyah berkerut dalam.
"Bu Junny datang mengunjungi Pak Max Julius. Mereka berdua adalah suami istri. Terlihat jelas Pak Max Julius begitu memuja dan mencintai istrinya itu. Pak Max Julius sekarang mengunci pintu ruangan kerjanya. Jadi menurutmu kira-kira apa yang dilakukan sepasang suami istri dalam suatu kamar yang terkunci?" pancing Vicelia Angkasa.
Mata Prayoga Ardiansyah sedikit membesar. Dia menelan ludah sejenak.
"Oh iya ya… Aku telah mengganggu… Aku akan kembali dua jam lagi nanti…" Prayoga Ardiansyah berbalik dan berjalan cepat meninggalkan pintu ruangan direktur pusat.
***
Jam tigaan juga Junny Belle baru berpakaian lengkap dengan dibantu sang pangeran tampan. Junny Belle juga membantu sang pangeran berpakaian lengkap kembali, membantunya memakai dasi kembali, dan memakaikan jas luarnya ke tubuh sang pangeran yang tinggi, tegap, bedegap.
"Apakah aku terlihat tampan, Junny Darling…?" Max Julius menyeringai.
"Kau lebih tampan apabila dalam keadaan tanpa sehelai benang pun seperti tadi, Max Sayang…" Tangan nakal Junny Belle kembali mengeksplorasi daerah selangkangan sang pangerannya yang sudah terbalut celana panjang sekarang.
"Kita akan kembali berantakan di tempat tidur apabila kau terus menggodaku seperti ini, Junny Darling…" Max Julius sedikit menggeram dan menahan gairah lelakinya yang sungguh tidak terkendali apabila berada di dekat sang bidadari cantik kesayangannya.
"Oke… Oke… Aku akan berhenti…" Junny Belle tertawa lepas dan kini ia memeluk sang pangeran tampan nirmalanya. Ia merebahkan kepalanya ke dada sang pangeran tampan sampai terdengar ponsel sang pangeran yang berdering.
"Kita ke depan saja… Kau harus bekerja, Max Sayang…" Junny Belle menarik lembut tangan sang pangeran tampan kembali ke ruangan kerjanya di depan.
"Ini dari Clark…" kata Max Julius.
"Halo… Akhirnya kau meneleponku sekarang ya…" sindir Max Julius sedikit sinis.
"Aku… sedikit… sedikit sibuk…" Terdengar nada suara Clark Campbell yang kurang bergairah.
Max Julius sedikit mengerutkan dahi. Pasti telah terjadi sesuatu dengannya di sana… Sepertinya ini adalah suara seorang Clark Campbell yang tengah patah hati… Gerunyam senandika batin Max Julius mulai terdengar. Namun, kepada saudara sepupunya itu, Max Julius menanyakan,
"Kau sudah menerima berkas-berkas yang kukirimkan lewat email beberapa hari lalu kan? Sudah selesai kauurus?"