Sang nyonya direktur memasak bebek Peking, sup rumput laut, dan sepuluh jenis sayur ala China.
"Ini masakan ala China, Max Sayang… Enak nggak?" tanya Junny Belle sedikit deg-degan ketika sang pangeran tampan nirmala memasukkan makanannya ke dalam mulut.
"Enak sekali, Junny Darling… Dari mana kau belajar resep-resep seperti ini?"
Perpaduan rasa dan tekstur yang lembut membuat makanan itu sungguh menggugah selera. Max Julius sungguh tidak habis pikir kapan Junny Belle kesayangannya bisa memiliki waktu untuk belajar dan mencoba mempraktikkan semua resep-resep masakan ini.
"Waktu kerja di toko roti di Sydney dulu, makan siang mereka aku yang memasakkan. Jadi, aku selalu memiliki waktu untuk mencoba resep dan mempraktikkan resep-resep baru yang aku dapatkan dari internet. Bahan-bahannya aku pesan online dan simpan dulu di kulkas."
"Sekarang kau tidak ada di sana lagi, mereka pasti merindukan sekali masakanmu, Darling…" Max Julius terlihat mengunyah-ngunyah makan siangnya dengan lahap.
"Mereka bisa beli sendiri makan siang mereka dari luar…" kata Junny Belle sedikit cengengesan.
"Sekarang jadinya aku yang beruntung bisa menikmati masakanmu tiap hari. Nanti malam ada menu yang baru lagi kan?"
"Sudah kususun jadwalnya untuk setiap bulannya, Max Sayang… Kau tidak usah khawatir," tukas Junny Belle lemah lembut.
Sesekali Junny Belle akan mengambil sehelai tisu dan mengelap mulut sang pangeran tampan nirmala ketika dilihatnya makanan sang pangeran tampan lengket-lengket di sudut bibirnya. Max Julius terbius selama beberapa detik oleh perhatian sang bidadari cantiknya. Max Julius tidak menunggu lebih lama lagi. Dia meraih tengkuk sang bidadari cantik kesayangannya dan mendaratkan satu kecupan mesra ke bibir sang bidadari cantik jelita.
Junny Belle tidak menolak. Dia menikmati kecupan mesra dari sang pangeran tampan. Dia sudah tahu betul sang pangeran tampannya ini memiliki libido yang tinggi. Kapan pun sang pangeran tampan ini menginginkannya, dia tetap takkan menolak.
"Aku menginginkanmu sekarang, Junny Darling…" bisik Max Julius terlihat benar sudah berada di puncak gairahnya.
"Di sini? Di sini tidak ada tempat tidurnya… Tidak nyaman…" Junny Belle sedikit menggoda sang pangeran tampannya dan mengulum senyumannya kemudian.
"Kau lupa ini adalah hotel, Junny Darling… Tentu saja aku memiliki kamar pribadiku di sini, di ruangan kerjaku ini…" Max Julius menyeringai dan menekan satu tombol yang berada di bawah meja tulisnya.
Pintu di dinding sebelahnya terbuka lebar. Junny Belle berdecak kagum karena di balik dinding tersebut terdapat sebuah kamar pribadi Max Julius yang begitu luas, nyaman nan elegan.
Max Julius tidak menunggu lebih lama lagi. Dalam hitungan menit, dia sudah membaringkan bidadari cantik jelitanya di atas tempat tidur dan melucuti seluruh pakaian sang bidadari. Tangannya meraba dan menyentuh setiap lekuk tubuh sang bidadari.
"Sungguh tidak bisa kubayangkan aku sekarang sedang bermain-main dengan tubuh seorang pria di puncak sebuah hotel berbintang di siang-siang bolong begini." Junny Belle sedikit tersenyum skeptis.
"Pria itu adalah sang pangeranmu, Darling… Dia bukan siapa-siapa…" kata Max Julius mulai menggerayangi setiap lekuk tubuh bidadari cantik kesayangannya dengan permainan lidah yang begitu lihai dan eksploratif.
Tangan Junny Belle yang sedikit gemetaran mulai membuka kancing-kancing kemeja sang pangeran tampannya satu per satu. Dia belum begitu lihai membuka pakaian seorang pria, jadi tangannya terasa sedikit gemetaran.
Max Julius menghentikan permainan lidahnya sejenak. Dia menanggalkan seluruh pakaiannya sendiri. Setelah tubuh mereka berdua benar-benar polos, sang pangeran berbaring menyamping dan mulai memosisikan dirinya untuk penyatuan.
Junny Belle hanya bisa mendesah dan tangannya sedikit meremas kain seprai tempat tidur di mana ia sedang berbaring. Setiap kali sang pangeran tampan mendesak masuk, dia selalu saja merasakan sensasi kenikmatan yang sungguh tidak terdeskripsikan. Setiap kali sang pangeran tampan memenuhi tubuhnya sampai penuh sesak, sengatan listrik kenikmatan selalu menjalar masuk ke dalam setiap pembuluh darahnya.
"Panggil namaku, Darling… Aku ingin mendengarnya…" Max Julius mengerang dan menggeram di tengah-tengah hubungan mereka.
"Aku mencintaimu, Max Sayang…" Suara Junny Belle terdengar sedikit bergetar karena sekujur tubuhnya sedang diporak-porandakan oleh sang pangeran tampan dengan pergerakan memompanya dari belakang. Sang pangeran bahkan mengangkat kakinya dan meletakkannya di atas pahanya sehingga hujaman kenikmatan itu terasa begitu menggelegar di dunia kewanitaan sang bidadari cantik jelita.
"Katakan sekali lagi, Darling…" desah Max Julius.
"Aku sangat mencintaimu, Max Julius Sayang…" desah Junny Belle sedikit berteriak. Junny Belle meremas penuh tangan sang pangeran yang melingkar di depan perutnya dan menggelungkan lehernya ke belakang. Dia sungguh diterpa oleh badai puncak pelepasannya.
Perlahan-lahan namun pasti Max Julius membawa mereka berdua ke titik puncak pelepasan mereka berdua.
"Aarrgghhkk… Arrgghhkk…" Dengan satu sentakan final senjata pamungkasnya dalam ngarai kehangatan sang bidadari cantik jelita, Max Julius menyemburkan kembali banyak sekali cairan vitalnya. Saking banyaknya cairan vital tersebut, ada beberapa yang menetes dan berhamburan keluar mengenai seprai tempat tidur.
Menit demi menit berlalu. Tubuh mereka berdua akhirnya memasuki tahap relaksasi.
"Aduh… Banyak sekali cairan vitalmu, Max Sayang… Seprai tempat tidur ini jadi jorok dan harus diganti deh…" Junny Belle menggeleng-gelengkan kepalanya.
Max Julius tertawa lepas. Dia merasa bangga bisa menyemburkan begitu banyak esensi vitalnya ke dalam ngarai kewanitaan sang bidadari cantik jelita barusan.
"Hanya denganmu aku bisa begitu bergairah dan menyemburkan banyak cairan vital seperti ini, Darling… Sungguh…"
"Apakah dengan wanita-wanita lain, kau tidak menyemburkan banyak cairan vital seperti ini? Aku tidak percaya…"
"Benaran, Darling… Terkadang aku hanya menyemburkan sedikit cairan vital dan terkadang aku sebentar saja sudah game over. Terkadang hanya sekali aku ada mood untuk melakukannya…" kata Max Julius dengan nada merengek sambil membenamkan kepalanya ke ceruk leher dan bahu sang bidadari cantik jelita.
Junny Belle meledak dalam tawa lemah lembutnya.
"Oke… Kita habiskan dulu makan siangnya ya… Aku akan menyuapimu… Kau mau kan?" Junny Belle mengelus lembut dagu dan garis rahang Max Julius. Seolah-olah terbius dengan kelembutan sang bidadari cantik jelitanya, Max Julius hanya mengangguk patuh.
Junny Belle turun dari tempat tidur dan hendak memungut pakaiannya untuk dikenakan kembali.
"Kenakan ini saja, Darling…" Max Julius juga turun dari tempat tidur dan membuka lemari pakaian yang ada di depan ranjang mereka. Dia mengeluarkan sehelai jubah tidur berwarna merah bunga sakura dan memakaikannya ke tubuh sang bidadari cantik jelita yang begitu seksi berlekuk memabukkan.
Junny Belle juga menyapukan sepasang matanya ke tubuh sempurna dari sang pangeran tampan nirmala yang berdiri tinggi tegak di hadapannya. Tanpa sadar, dia menggigit bibir bawahnya.