"Ada beberapa tamu yang VIP, VVIP, kelas A, kelas B, dan kelas C… Harus dipisahkan karena fasilitas dan ruangan mereka nantinya akan berbeda, Nanik… Tidak boleh digabung semua seperti ini…" Senyuman lemah lembut Junny Belle menghiasi wajahnya yang sungguh cantik memabukkan.
"Oh…" Si Nanik hanya bisa berdiri di samping nyonya direkturnya dengan napas tertahan. Ketegangan semakin menggeligit beranda pikirannya.
"Lagipula, ada beberapa tamu VVIP dan VIP yang begitu membuka surel mereka dan terpampang ribuan alamat surel yang lain, mereka akan merasa mereka bukan nomor satu dan bukan prioritas The Pride kita. Tamu tetap adalah raja, Nanik…" tegur Junny Belle lemah lembut.
Si Nanik berdiri dengan gelisah di samping nyonya direktur dan direktur pusatnya ini. Tangannya mulai keringatan dan sedikit gemetaran.
"Untung belum dikirimkan… Sempat saja ada complain dari beberapa tamu VIP dan VVIP itu, kupastikan pekerjaanmu ini takkan bisa kaulanjutkan lagi dan takkan ada pesangon ataupun surat referensi dari The Pride," desis Max Julius dengan sinar mata tajam dan raut wajah tanpa ekspresi.
Tentu saja wajah si Nanik Prakoso langsung memucat. Dia tahu seberapa terkenalnya nama The Pride dan seberapa pentingnya surat referensinya yang akan sangat membantu andaikan ia keluar dari The Pride dan berniat melamar kerja di hotel lain.
"Tapi, Bu Junny… Kalau semua surel ini mau dikirimkan satu demi satu, saya tidak yakin saya akan siap mengirimkannya menjelang sore hari nanti…" kata Nanik Prakoso dengan suara yang amat kecil, nyaris tak terdengar.
"Kan ada fasilitas blind carbon copy ini kan?" Senyuman lemah lembut Junny Belle Polaris masih menggantung di sudut bibirnya.
Nanik Prakoso hanya bisa berdiri di samping si nyonya direktur dengan napas tertahan. Dia kurang tahu dan sebenarnya selama ini tidak tahu bahwa tanda bcc dalam aplikasi email itu adalah blind carbon copy.
"Jadi aku kasih contoh ya, Nanik… Ini ada 150 tamu yang VVIP kan? Alamat surel yang pertama ini kaumasukkan saja ke kotak penerima ini. Habis itu, sisa 149 alamat surel lainnya kaumasukkan ke dalam kotak blind carbon copy ini. Habis itu, tautkan undangan VVIP yang sudah kau-PDF-kan ke dalam badan surel ini. Jangan lupa masukkan sedikit kata-kata pembuka dalam badan surelnya – supaya terkesan lebih santun. Jangan dibiarkan kosong…"
Junny Belle mengetikkan satu alamat surel ke dalam kotak penerima, dan mengetikkan ke-149 alamat surel sisanya ke dalam kotak bcc. Dia juga memasukkan alamat surelnya sendiri ke dalam kotak bcc. Jari-jemari Junny Belle menari-nari di atas papan ketik komputer Nanik Prakoso itu dengan sedemikian cepat dan tangkas. Mata Nanik Prakoso sendiri dan si asisten yang masih berdiri di samping meja kerja Nanik Prakoso sampai membelalak dan kepala terasa sedikit pusing tatkala mengikuti arah pergerakan jari-jemari Junny Belle yang lihai menari-nari di atas papan ketik.
Setiap selesai mengetikkan 50 alamat surel, Junny Belle berhenti dan mengecek ulang ejaan alamat surel yang sudah ia masukkan. Dilanjutkan lagi dengan 50 alamat surel yang berikutnya, dicek ulang lagi, dan diselesaikan hingga 50 alamat surel yang terakhir. Setelah memastikan semua alamat surel dan undangan yang akan dikirimkan benar, Junny Belle mengklik tombol send.
Max Julius juga sempat tertegun dan menelan ludah beberapa kali. Sungguh tidak ia sangka-sangka sang bidadari cantik kesayangannya adalah paket lengkap wanita muda yang cantik memabukkan, pintar, cekatan, dan begitu lemah lembut.
Setelah Junny Belle mengklik tombol send, semua surel itu terkirim dan ponselnya juga berbunyi. Dia membuka email dari ponselnya dan menunjukkannya kepada si Nanik Prakoso.
"Lihat deh… Di alamat penerimaku ini hanya terlihat alamat surelku saja, tidak tampak ratusan alamat surel yang sudah kumasukkan ke dalam kotak blind carbon copy tadi. Sekarang sudah paham kan?" Senyuman lemah lembut masih terlihat mendekorasi wajah cantik jelita Junny Belle.
"Terima kasih, Bu Junny… Terima kasih, Bu Junny…" Nanik Prakoso kembali ke meja kerjanya setelah Junny Belle berdiri.
"Kalau tidak ada Nyonya Junny hari ini, sempat saja pengiriman undangan-undangan ini berantakan atau sempat saja ada pelanggan yang complain, setelah acara akan dibuka rapat besar evaluasi kerja. Yang tidak memenuhi syarat evaluasi kerja akan langsung diberhentikan," tukas Max Julius setengah menghardik.
Si asisten dan Nanik Prakoso hanya bisa diam membisu seribu bahasa dan tidak berani membantah apa pun.
"Oke… Kita makan siang yuk, Max Sayang… Jangan marah lagi… Tak baik untuk kesehatanmu…" Tangan Junny Belle lagi-lagi naik dan mengelus pelan dada sang pangeran tampan nirmala.
"Mereka tetap harus di-push, Junny Darlingku… Ayo kita ke ruanganku sekarang… Aku sudah sangat merindukan masakanmu…" kata Max Julius berbalik ke gaya imut dan manja sambil sedikit mengerucutkan bibirnya. Junny Belle hanya meledak dalam tawa lemah lembutnya.
Tentu saja Nanik Prakoso juga terhenyak bukan main menyaksikan perbedaan drastis sikap dan perangai sang direktur pusat ketika berhadapan dengan para bawahannya dan ketika berhadapan dengan sang istri cantik jelitanya.
Junny Belle menarik lembut tangan sang pangeran tampan nirmala keluar dari ruangan kerja si Nanik Prakoso. Nanik Prakoso dan si asisten pribadi tadi hanya bisa saling berpandangan sesaat tanpa berani bicara terlalu banyak di hadapan sang direktur pusat dan sang nyonya direktur.
Mulai terdengar selentingan-selentingan di seantero The Pride cabang Jakarta Utara.
"Pak Max Julius yang super ganteng itu ternyata sudah beristri. Hilanglah kesempatanku untuk mendekatinya…"
"Naga dengan naga… Merak dengan merak… Sudah kuduga Pak Max Julius yang gagah, tampan, kaya raya dan sempurna seperti itu pasti sudah memiliki pasangan yang juga sempurna…"
"Ternyata memang iya ya… Bu Junny Belle itu cantiknya bukan main… Air liurku sampai mau menetes ketika ia bicara, tersenyum, dan terkadang menyibakkan rambutnya yang panjang dan wangi itu ke belakang."
"Kukira entah siapa datang siang-siang begini ingin ketemu Pak Max… Cantiknya bukan main… Rupanya istrinya… Lagi hamil dua bulan kurasa ya…"
"Iya… Aku curi-curi informasi tadi dari sumber yang terpercaya… Bu Junny lagi hamil dua bulan begitu – hamil anak kembar laki-laki…"
"Beruntung banget deh… Mereka orang kaya tetap saja punya kebahagiaan dan keberuntungan tersendiri yang takkan mungkin sampai ke tangan kita-kita ini golongan menengah ya…"
Selentingan-selentingan itu menjadi bahan gosip di antara para karyawan dan karyawati hotel di sela-sela jam istirahat makan siang.
Sang direktur pusat dan nyonya direktur juga terlihat sangat menikmati makan siang mereka di ruangan sang direktur pusat sendiri yang berada di lantai paling atas bangunan hotel The Pride tersebut.
Sang nyonya direktur memasak bebek Peking, sup rumput laut, dan sepuluh jenis sayur ala China.