"Wah… Selamat, Pak Max… Bu Junny tengah mengandung dua bayi kembar laki-laki. Akan ada dua pangeran yang bakalan hadir di tengah-tengah keluarga Anda nantinya."
"Hah? Yang benar, Dok?" Jiwa dan perasaan Max Julius juga ikut melambung ke angkasa raya. Sungguh suatu perasaan yang sulit dideskripsikan. Akan tetapi, pada detik itu juga Max Julius merasa dialah lelaki yang paling bahagia di seluruh semesta raya ini.
"Iya, Pak Max… Bu Junny mengandung dua bayi kembar laki-laki. Usia kandungannya sudah dua bulan. Nanti akan saya berikan lagi vitamin-vitaminnya supaya kedua bayi kembar Anda berdua makin sehat…" kata si dokter kandungan wanita itu melemparkan sebersit senyuman hangat.
"Terima kasih, Dok…" Kini Max Julius beralih ke sang bidadari cantiknya.
"Kau mengandung dua bayi kembar laki-laki, Darling… Aku bahagia sekali… Kelak akan ada dua jagoan kecil yang mewarnai kehidupan keluarga kita, Darling…"
Max Julius mendaratkan ciuman mesra bertubi-tubi ke seluruh wajah sang bidadari cantiknya. Junny Belle berkali-kali menggeliat geli. Ia merasa tidak enak hati mempertontonkan kemesraannya dengan sang pangeran tampan nirmala di hadapan si dokter kandungan wanita ini. Merasa sedikit jengah, si dokter kandungan wanita berdeham sebentar. Barulah Max Julius menyadari di ruangan tersebut masih ada si dokter kandungan wanita selain ia dan bidadari cantik kesayangannya.
"Oh ya, Dok… Ada satu yang ingin kutanyakan…" kata Max Julius.
"Apa itu, Pak Max?"
"Kondisi kandungan istriku sehat dan kuat kan?"
"Iya… Sangat sehat… Semuanya normal…" jawab si dokter kandungan wanita.
"Apakah kami boleh ML?" tanya Max Julius ringan nan santai.
Sontak si dokter kandungan wanita terbatuk-batuk beberapa kali. Junny Belle menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Malunya bukan main. Dia mencubit gemas lengan sang pangeran tampan nirmala. Sang pangeran tampan nirmala hanya meringis cengengesan.
"Jelas sekali selama ini Pak Max tinggal di luar negeri dan sudah terbiasa dengan budaya barat ya… Boleh, Pak Max... Kondisi kedua bayi kembar Anda sehat dan kuat. Lakukan dengan lemah lembut dan hindari posisi-posisi yang bisa membahayakan kedua adik kecil kita ini ya…" Senyuman hangat kembali ditampilkan oleh si dokter kandungan wanita.
"Terima kasih, Dok…" Senyuman cerah mendekorasi wajah tampan nirmala Max Julius Campbell.
Setelah mengambil obat dan vitaminnya, kedua sejoli tersebut keluar dari ruang kerja si dokter kandungan wanita itu.
"Astaga, Max Sayang… Gampang sekali kau menanyakan hal seperti itu… Di sini masih negara timur, Max Sayang… Malu sekali aku…" Junny Belle masih merasa panas dingin dan sesekali mengipas-ngipasi dirinya dengan tangan kanannya.
"Kenapa memangnya, Darling? Itu adalah hal yang tak perlu disembunyikan lagi. Jelas karena kita sudah melakukannya, kedua jagoan kecil ini baru bisa hadir sekarang. Nanti malam jangan kabur ya, Darling… Aku ingin sekali menyatukan tubuh kita berdua lagi…" celetuk Max Julius dengan gaya manja.
"Kau pun baru bertanya sekarang setelah kau melakukannya padaku berkali-kali," sungut Junny Belle dengan raut wajah sedikit cemberut.
Max Julius menyeringai lebar. "Maafkan daku, Darling… Berada di dekatmu sungguh membuatku tidak bisa mengendalikan diri. Meski begitu, aku tetap yakin sari-sari vitalku ini takkan bisa membahayakan kedua jagoan kecil kita – justru akan membuat mereka makin sehat dan kuat."
"Percaya diri sekali kau, Max Sayangku… Lalu, kenapa kau tadi masih bertanya pada si dokter kandungan itu?"
"Supaya nanti malam aku bisa melakukannya denganmu tanpa rasa was-was…" Max Julius menyeringai nakal lagi.
"Dasar mesum…" Junny Belle menggenggam kedua belahan pipi sang pangeran tampan nirmala dan mengecup mesra sepasang bibirnya lagi.
"Tapi kau mencintaiku kan, Darling?" Max Julius masih menyeringai lebar.
"Iya… Sangat mencintaimu… Begitu mencintaimu sampai-sampai aku takut sekali semua kebahagiaan ini akan berakhir dengan cepat…" Junny Belle menghela napas panjang.
"Jangan bilang begitu, Darling… Kau akan sembuh… Semuanya akan baik-baik saja… Kita akan bersama sampai hari tua kita, sampai anak cucu kita tumbuh dewasa…" Max Julius meraih sang bidadari cantiknya ke dalam pelukan kehangatannya.
"Dari mana kau seyakin ini, Max Sayang?" bisik Junny Belle lirih.
"Firasatku, Darling… Ayo… Sekarang kita periksa kondisi penyakitmu… Kau mau kan?"
Junny Belle berdiri kaku. Dia merasa ragu sejenak.
"Jangan khawatir, Darling… Ada aku di sampingmu… Aku akan menemanimu, melindungimu, dan menjagamu… Takkan terjadi apa-apa…"
"Firasatmu yang mengatakan takkan terjadi apa-apa?" tanya Junny Belle dengan sebersit senyuman skeptis.
"Dan firasatku jarang meleset, Darling…" gumam Max Julius dengan penuh percaya diri.
Junny Belle meledak dalam tawa lemah lembutnya. Dia ikut saja ke mana sang pangeran tampan nirmala membawanya pagi itu.
Satu jam kemudian mereka sudah berada di rumah sakit yang khusus menangani pasien-pasien kanker, termasuk kanker darah. Junny Belle akan diambil dulu sampel sumsum tulang belakang, sampel darah, keringat, cairan tubuh, dan urine untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut di laboratorium besar rumah sakit tersebut.
Saat jarum yang cukup besar ditusukkan ke punggung Junny Belle, tentu saja Junny Belle menjerit kesakitan. Dia menggenggam tangan sang pangeran tampan nirmala dan terlihat air mata yang menetes sedikit-sedikit dari pelupuk mata tatkala sumsum tulang belakangnya diambil sedikit.
"Ada aku di sini, Darling… Ada aku bersamamu… Kau adalah wanita yang kuat… Sedikit lagi akan selesai, Darling… Bersabarlah…" bisik Max Julius lemah lembut ke daun telinga sang bidadari cantiknya. Dia merengkuh sang bidadari cantik kesayangannya ke dalam pelukan kehangatannya.
Junny Belle mengangguk lemah lembut. Dia memejamkan erat kedua matanya, menenggelamkan diri ke dalam pelukan hangat sang pangeran tampan nirmala, dan menahan mati-matian rasa sakit yang menghujam punggungnya ribuan kali.
Menit demi menit berlalu… Setelah semua sampel yang dibutuhkan sudah diambil dari tubuh Junny Belle, atas permintaan dari Max Julius, Junny Belle dibiarkan berbaring dulu selama satu jam di salah satu kamar rawat inap rumah sakit tersebut.
"Masih terasa sakit, Darling?"
Junny Belle tersenyum lemah lembut dan menggelengkan kepalanya. "Tidak lagi… Entah hanya karena perasaanku atau apa ya… Biasanya sehabis pengambilan sumsum tulang belakang seperti tadi, aku harus berbaring dan beristirahat selama seharian penuh. Kali ini kok rasa-rasanya aku tidak perlu beristirahat selama itu ya?"
Junny Belle merasa sedikit heran. Max Julius meledak dalam tawa lepasnya.
"Karena sekarang ada aku di sini yang menemanimu, Junny Darling… Aku memberikanmu cinta dan semangat yang efeknya tidak bisa diremehkan…" Tangan sang pangeran tampan nirmala masih membelai-belai rambut dan kepala Junny Belle.
"Oh ya…? Kau percaya diri sekali setiap kali membicarakan soal cintamu, Max Sayang…" celetuk Junny Belle masih membenamkan kepalanya di dalam pelukan kehangatan Max Julius.
"Aku akan sangat percaya diri setiap kali aku membicarakan soal cinta dan ketulusanku kepadamu, Darling…"