"Iya, Pak…" kata kedua karyawati itu dan beberapa pembantu lainnya serempak. Mereka akhirnya kembali ke pekerjaan mereka masing-masing.
"Sudah, Max Sayang… Aku sudah memasakkan nasi goreng ayam ala Indonesia kesukaanmu. Kau pasti sudah lama tidak makan nasi goreng ala Indonesia kan? Ayo kita sarapan sekarang…" ajak Junny Belle ke ruang makan yang berada di bagian dalam rumah.
"Sudah lama aku tidak makan nasi goreng ala Indonesia, Junny Darling… Sudah rindu banget… Apalagi makannya sama-sama denganmu…" kata Max Julius langsung menampilkan senyuman cerahnya, yang hanya bisa diperlihatkannya kepada sang bidadari cantik jelita.
Junny Belle menarik lembut tangan sang pangeran dan mereka sama-sama menikmati nasi goreng di ruang makan di bagian dalam rumah. Beberapa pembantu terlihat menghidangkan nasi goreng, susu dan kopi untuk kedua majikan mereka.
"Hari ini rencananya kau akan ngapain-ngapain saja, Max Sayang?"
"Mau ke The Pride, Darling… Kan ada acara pembukaan cabang baru kita di Jakarta Selatan minggu mendatang…" kata Max Julius sembari menghabiskan sarapan paginya dengan lahap.
"Oke deh… Jangan malam-malam pulangnya ya, Max Sayang… Aku bakalan kangen banget nih…" Mendadak saja Junny Belle menggaet lengan sang pangeran tampan dan bergelayut manja di sana.
Max Julius meledak dalam tawa lepasnya. Dia menjadi sedikit salah tingkah karena beberapa pembantu masih ada di ruang makan dan memperhatikan mereka sambil senyam-senyum sendiri.
"Bawaan wanita hamil memang begitu, Pak Max… Apalagi ini Bu Jun lagi hamil anak kembar… Dia akan lengket terus ke Pak Max. Pak Max harus memberinya perhatian lebih…" kata salah seorang pembantu yang lebih tua.
"Dengar itu kan? Kau tidak boleh berlama-lama di hotel, Max Sayangku… Apabila sudah tidak ada kerjaan di sana, kau harus cepat-cepat pulang dan temani aku ya…" kata Junny Belle manja.
Max Julius meledak dalam tawa lepasnya lagi. Sungguh dia belum bisa membiasakan diri terhadap kebahagiaannya dengan Junny Belle yang terus lengket kepada dirinya dan meminta perhatian yang lebih-lebih.
"Iya, Darling… Sehabis pekerjaan di sana selesai, aku akan segera pulang…" kata Max Julius meremas lembut hidung sang bidadari cantik jelita.
Junny Belle meledak juga dalam tawa lepasnya. Pagi itu sarapan diselesaikan dengan canda tawa – penuh cinta dan kasih sayang.
Dua karyawati dan beberapa pembantu Junny Belle Polaris mulai berbisik-bisik, saling bertukar gosip dan pandangan pribadi masing-masing.
"Tak kusangka suami Bu Junny – si Pak Max Julius – adalah orang Australia. Bukan orang sini…"
"Kukira dia adalah orang Indonesia sini yang bekerja di Australia… Ternyata bukan… Malahan orang Australia, anak konglomerat pemilik The Pride. The Pride itu kan ada banyak cabang di banyak negara. Wah… Beruntung banget deh Bu Junny bisa dicintai oleh laki-laki yang super tampan dan super tajir seperti itu…"
"Bu Junny juga cantik banget kan… Mereka berdua serasi banget deh..."
"Beruntung banget deh Bu Junny bisa bersuamikan seorang lelaki yang sempurna seperti itu. Lihat wajah Pak Max itu saja – ada campuran antara orang Inggris, orang Jerman atau orang Yahudi begitu kan… Wah sempurna banget deh… Dan yang pasti Bu Junny tiap malam pasti dapat kenikmatan ganda deh…"
"Kenikmatan ganda apanya?"
"Kau belum pernah dengar kan? Kudengar barang laki-laki berkulit putih itu biasanya besar dan panjang… Setiap malam pasti Bu Junny mendesah nan menjerit nikmat deh mendapat pelayanan dari Pak Max Julius ini…" celetuk salah seorang pembantu yang agak genit, yang agak nakal.
Beberapa pembantu yang lain meledak dalam tawa cekikikan mereka. Namun, mereka segera kembali ke pekerjaan masing-masing tatkala dirasakan mereka Junny Belle sudah kembali masuk ke dalam rumah setelah mengantarkan sang pangeran tampan nirmala ke depan pintu, melepas kepergian sang pangeran tampan nirmala ke hotelnya.
***
Qaydee Zax merasa semakin penasaran. Sudah beberapa hari ini ponsel Max Julius Campbell sama sekali tidak bisa dihubungi. Dia ada menghubungi laki-laki itu melalui Line atau Facebook atau media sosial yang lain. Akan tetapi, lelaki itu sebegitu sibuknya sampai-sampai ia tidak punya waktu membuka media-media sosialnya dan membalas pesan-pesan yang ditinggalkan oleh Qaydee Zax di sana.
Hari ini Qaydee Zax tidak tahan lagi. Pagi menjelang siang, dia datang ke hotel The Pride di Sydney. Akan tetapi, lagi-lagi jawaban mengecewakan yang diterimanya tatkala dia tiba di depan pintu ruangan kerja sang direktur The Pride.
"Pak Max Julius ambil cuti selama seminggu, Nona Qaydee…" kata sang sekretaris.
Qaydee Zax mengerutkan dahinya. Dia ambil cuti selama seminggu? Apa yang terjadi? Kenapa dia tidak bilang sama sekali padaku bahwa dia mengambil cuti selama seminggu? Batin Qaydee Zax mulai merasakan adanya riak-riak yang aneh nan sedikit janggal.
"Apakah Pak Max Julius ada mengatakan dia ke mana?" tanya Qaydee Zax lagi.
"Dia tidak mengatakan apa-apa, Nona Qaydee. Dia hanya mengatakan selama seminggu ini segala kerjaannya di sini dialihkan dulu untuk sementara ke Pak Clark…" kata si sekretaris lagi.
Sambil mengernyitkan keningnya, Qaydee Zax mundur dari meja si sekretaris.
"Mungkin aku bisa pergi menanyai Clark. Dia pasti tahu sesuatu mengenai ke mana perginya Max…" kata Qaydee Zax lebih terhadap dirinya sendiri.
Qaydee Zax berlalu dari tempat tersebut. Dia berjalan di sepanjang koridor yang mengarah ke ruangan kerja Clark Campbell. Tampak Clark Campbell keluar dari ruangan kerjanya sembari berbicara dengan seseorang lewat ponselnya. Qaydee Zax mengerutkan dahinya. Dia langsung memutuskan untuk mengekori ke mana perginya Clark Campbell.
Clark Campbell masuk ke sebuah ruangan di mana mereka menyimpan segala peralatan kebersihan kantor. Kesalahan Clark Campbell adalah ia tidak menutup rapat pintu ruangan tersebut. Dia hanya merapatkan pintu tersebut. Dia sungguh tak menyangka Qaydee Zax akan menguping pembicaraannya dengan Max Julius di ponsel pada siang hari itu.
"Hah? Jadi kemarin kau menjadi korban tabrak lari, Max? Apakah kau baik-baik saja?" Clark Campbell terperanjat kaget. Qaydee Zax tentu saja terperanjat kaget bukan main.
Max Julius mengalami kecelakaan mobil? Jadi dia bukan mengambil cuti untuk ke suatu tempat? Jadi dia mengambil cuti adalah karena dia tertabrak mobil? Senandika batin Qaydee Zax mulai bergolak hebat di lubuk sanubarinya.
"Aku baik-baik saja… Hanya luka ringan, Clark…" kata Max Julius ringan nan santai. Dia sedang berbincang-bincang dengan Clark Campbell di ruangan kerja pribadinya, di hotel The Pride yang ada di daerah Jakarta Utara.
"Syukurlah kau baik-baik saja… Jadi ketemu kau dengan Junny Belle di sana, iya kan?"
Pertanyaan Clark Campbell inilah yang bagai halilintar di siang bolong yang sambar-menyambar dalam dunia latar belakang Qaydee Zax. Dia hampir saja kehilangan keseimbangan dan terjatuh lemas ke lantai seandainya ia tidak bersandar pada dinding.