"Sudah klimaks lagi, Darling?" tanya Max Julius masih bergerak memompa tubuh sang bidadari cantik kesayangannya dari bawah.
"Tapi kau belum, Max Sayang…" desah Junny Belle.
Max Julius menganggukkan kepalanya. Dia kembali berbisik di telinga sang bidadari cantik kesayangannya.
"Aku ingin tukar posisi lagi… Boleh kan, Darling?"
Junny Belle mengangguk ringan nan cepat lagi. Perlahan-lahan dan dengan selembut mungkin, Max Julius mulai memutar tubuh sang bidadari cantik kesayangannya. Dengan terus duduk di kedua pangkal paha sang pangeran tampan nirmala, kini posisi tubuh Junny Belle menjadi membelakangi sang pangeran tampan nirmala. Kini sang pangeran tampan nirmala memeluk tubuh Junny Belle dari belakang, meremas lembut kedua gundukan kembarnya, dan memulai pergerakan memompanya lagi. Sesekali sang pangeran tampan nirmala akan terus meremas lembut kedua gundukan kembar Junny Belle, yang membuat Junny Belle menggeliat geli.
Tempo pergerakan memompa sang pangeran tampan bertambah satu level. Junny Belle melenguh panjang lagi setelah 15 menit ia berada dalam posisi yang terakhir itu. Badannya menggelinjang hebat dan kepalanya menggelung ke belakang, bersandar pada daerah antara bahu dan leher sang pangeran tampan nirmala.
"Oh, Max… Max… Max…"
"Oh, Darling… Aku tidak tahan lagi… Aku ingin keluar lagi, Darling… Aarrgghhkk… Arrgghhkk…"
Sambil memberikan satu sentakan final dari pinggulnya, Max Julius terlihat memejamkan kedua matanya dengan erat membiarkan sel-sel sekujur tubuhnya melepaskan hasrat, cinta dan kerinduan yang selama ini tertahan di lubuk sanubarinya. Kembali ia menyemburkan sari-sari vitalnya yang banyak ke daerah ngarai kewanitaan sang bidadari cantik jelita.
Tubuh Max Julius bergerak semakin lambat, semakin pelan dan akhirnya berhenti total. Tubuhnya sekarang memasuki tahap relaksasi penuh. Walau demikian, dia masih memeluk tubuh polos sang bidadari cantik jelita dari belakang dan merebahkan kepalanya ke daerah di antara bahu dan leher sang bidadari cantik jelita.
"Kau ingin aku memisahkan penyatuan tubuh kita berdua atau kau ingin tetap dalam keadaan seperti sekarang, Darling?" bisik Max Julius.
"Tentu saja ingin seperti sekarang ini… Awas saja kalau kau langsung memisahkan tubuh kita berdua… Aku takkan memberimu jatah lagi esok-esok hari…" sungut Junny Belle menepuk gemas tangan sang pangeran tampan nirmala yang masih melingkar di perutnya yang sedikit membesar.
Max Julius tertawa lepas. Sungguh sel-sel dalam tubuhnya bersorak dalam gegap gempita yang berkesinambungan. Kembali dia merasa dirinya pantas untuk dicintai. Kembali dia menyadari dirinya masih berhak untuk mencintai. Sungguh dirinya serasa terlambung dan kemudian terhempas ke langit ketujuh.
Pelan-pelan Max Julius menarik tubuh sang bidadari cantik jelita ke bagian tengah tempat tidur mereka dan membaringkan tubuh sang bidadari cantik jelita dengan hati-hati.
"Kau nyaman dengan posisi demikian, Darlingku?"
Junny Belle hanya mengangguk ringan. Tangannya terus mengusap tangan sang pangeran tampan nirmala yang masih memeluknya dengan erat.
"Aku turut menyesal atas kepergian adik lelakimu, Darlingku…" bisik Max Julius lemah lembut dari arah belakang daun telinga Junny Belle.
"Sejak kecil dia sudah memiliki cacat bawaan lahir. Sejak kecil Ayah dan Ibu selalu mengabaikannya. Dia hanya memiliki diriku. Biaya operasi katup jantung buatan itu bakal menelan biaya yang sangat besar. Oleh sebab itulah, aku meminjam uang darimu, Max Sayang…"
"Bukan meminjam, Darling… Aku memberikan uang itu kepadamu…" bisik Max Julius lemah lembut lagi di daun telinga sang bidadari cantik jelita.
"Tentunya setelah aku menyerahkan segala yang kumiliki kepadamu kan?" Junny Belle meledak dalam tawa lemah lembutnya.
"Tanpa kau mencariku waktu itu, sebenarnya aku sudah merencanakan akan menyekapmu di The Pride dan menjadikanmu milikku untuk selamanya, Darling…" Max Julius membuat suatu pengakuan lagi.
Mata Junny Belle sedikit membesar. "Jadi rupanya kau sudah ada rencana untuk mengambil keperawananku sebelum aku datang mencarimu waktu itu?"
"Maafkan aku, Darling… Aku begitu menginginkanmu dan aku begitu tersiksa rasanya melihatmu begitu dekat dengan si dokter jantung itu…"
"Dia dokter yang menangani Gover, Max Sayang… Aku hanya menganggapnya sebagai teman baik, Max. Jika aku ada rasa terhadapnya, aku takkan setuju untuk menyerahkan segala yang kupunya kepadamu kan?"
"Maafkan aku telah salah paham padamu, Darling…" Max Julius membenamkan kepalanya ke bahu dan leher sang bidadari cantik jelita.
"Aku tahu rasanya kecemburuan itu, Max Sayang… Aku juga minta maaf… Mungkin rasa sakit yang kaurasakan setiap kali melihat kedekatanku dengan Dokter Norin sama dengan rasa sakit yang aku rasakan setiap kali melihat si Qaydee Zax Thomas itu selalu menempel di sisimu dan berlagak dialah pemilikmu…"
"Kau juga cemburu, Darling?" Alis Max Julius naik sedikit. Dalam lubuk sanubarinya yang terdalam, dia sedikit bersorak karena Junny Belle kesayangannya merasakan kecemburuan melihat kedekatannya dengan wanita lain.
"Tentu saja… Kalau bukan saja aku sedang menderita penyakit parah ini, kupastikan sejak awal dia takkan berkesempatan menempel terus di sampingmu dan merasa dirinya berada di atas angin…" sungut Junny Belle sengit.
"Kau akan sembuh, Darling… Aku yakin kau akan sembuh… Aku yakin aku akan bisa menyembuhkanmu… Percayalah padaku…"
"Iya… Aku akan berusaha sembuh. Aku berubah pikiran sekarang, Max Sayang…"
"Berubah pikiran apa…?" tanya Max Julius bingung.
"Sembuh tidak sembuhnya aku, aku ingin kau di sampingku terus… Aku tidak mau tahu… Aku takkan sanggup lagi merelakanmu ke pelukan Qaydee Zax Thomas ataupun pelukan perempuan lain… Kau hanya milikku… Kau milik Junny Belle Polaris… Kau mengerti kan?"
"Kau pasti akan sembuh, Darling… Oh, Junny Darling… Kata-katamu malam ini telah membuatku menjadi pria yang paling berbahagia di seluruh semesta raya ini. Seharusnya aku yang mengatakan kata-kata barusan, Junny Darling…"
Max Julius mempererat pelukannya terhadap tubuh sang bidadari cantik jelita.
"Mulai malam ini kau jangan dekat-dekat dengan si dokter jantung itu lagi… Aku cemburu berat, Darling… Kau hanya milikku… Kau hanya milik Max Julius Campbell… Kau mengerti kan?"
"Iya… Junny Belle selamanya milik Max Julius Campbell – di kehidupan ini, dan di kehidupan mendatang…"
"Apa? Kehidupan mendatang, Darling?"
"Iya… Kenapa memangnya? Kau tidak mau?"
"Tentu saja aku mau, Darling… Oh, Darling… Seandainya sejak awal kita saling membuka diri seperti ini, semua penderitaan dan kepahitan kita yang di masa lampau tidaklah diperlukan…"
"Tapi ada yang mengatakan kepahitan dan penderitaan cinta akan menguji dan pada akhirnya nanti membuktikan kekuatan cinta itu sendiri, Max Sayang… Kita telah melaluinya dan sekarang kita berhak berbahagia…"
"Kau benar, Darling…"
Mendadak saja Junny Belle merasakan batang kejantanan sang pangeran tampan yang masih bersemayam di dalam liang kehangatannya kembali terasa padat berotot, kembali penuh sesak di dalam liang kehangatannya di bawah sana, dan kembali terasa memacu gairah kewanitaannya yang tadi sudah sempat memasuki tahap relaksasi.