"Oh, gosh… Bagaimana bisa kau masih sesempit ini, Darling?" desah Max Julius mendorong masuk lagi dengan lemah lembut.
Junny Belle tersenyum tipis dengan peluh yang kini membanjiri kening, wajah dan lehernya.
"Aku akan bergerak sekarang… Kau sudah siap kan?" tanya Max Julius membelai-belai rambut dan wajah sang bidadari cantik jelita. Sekali lagi Junny Belle tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya mengangguk lemah lembut.
Max Julius mulai menggerakkan pinggulnya dengan lemah lembut, dengan kecepatan menengah sambil terus sesekali mendaratkan kecupan mesra ke sepasang bibir, ke garis rahang, ke kedua belahan pipi, dan ke leher Junny Belle. Junny Belle merasa tubuhnya seakan meledak. Dia merasa seolah-olah kedua kakinya tidak lagi menginjak tanah, dan perlahan-lahan melambung ke angkasa raya.
Segalanya menjadi diam, sunyi, senyap dan menunggu. Kini Max Julius berhasil menganyam cintanya untuk Junny Belle, berhasil menguntai kasih sayangnya yang sesungguhnya kepada sang bidadari cantik jelitanya yang kini kembali menjadi miliknya seutuhnya.
Junny Belle terus mendesahkan nama sang pangeran tampan nirmala. "Oh, Max… Max… Max…"
Junny Belle terus diporak-porandakan dalam putaran dunia kenikmatan yang tiada titik, tiada akhir. Tangannya dilingkarkannya saja ke leher sang pangeran tampan nirmala. Dia berhasil meronce perhatian dan kehangatannya untuk sang pangeran tampan nirmala malam ini, kembali berhasil menenun cinta dan hasratnya untuk sang pangeran tampan nirmala malam ini. Segalanya menjadi sungguh tidak terdeskripsikan, sungguh tidak tergantikan, sungguh tidak terwakilkan oleh apa pun di semesta raya ini.
"Uhh… Aahh… Aku rasa aku ingin keluar sekarang, Darling… Jepitanmu sungguh luar biasa, Darling…" Tubuh Max Julius terus saja bergerak-gerak di atas tubuh sang bidadari cantik jelitanya dengan kecepatan yang bertambah satu level sekarang.
"Aaahh, Max… Max… Aaahh, Max…" desah Junny Belle tiada henti dan akhirnya ia melenguh panjang disertai dengan kepalanya yang menekuk ke belakang.
"Darling… Aku benar-benar tidak tahan lagi… Aku ingin keluar sekarang, Darling… Oh, Darling… Aaarghhkkk… Aaarrgghhkk…"
Max Julius juga melenguh panjang seiring dengan dia memberikan sentakan final ke pinggul sang bidadari cantik jelita dan menyemburkan cairan vitalnya yang sungguh banyak ke ngarai kewanitaan sang bidadari cantik jelita.
"Kau kesakitan?" tanya Max Julius di sela-sela napasnya yang terengah-engah.
Junny Belle hanya menggeleng ringan seraya tersenyum lemah lembut. Tangan yang lemah lembut kini membelai-belai rambut dan wajah sang pangeran tampan nirmala.
Di saat Max Julius ingin memisahkan penyatuan tubuh mereka berdua, Junny Belle kontan menahannya.
"Jangan, Max Sayang…"
"Hah? Kenapa?" Max Julius merasa terkejut dan bingung pada saat yang bersamaan.
"Kau sudah lupa dengan yang kukatakan pada saat malam pertama kita waktu itu? Setelah klimaks, jika kau tidak cepat-cepat memisahkan penyatuan kedua tubuh kita, itu akan sedikit banyak mengurangi rasa perih dan sakit pada daerah pribadiku…" kata Junny Belle seraya membuang pandangannya ke arah lain. Rona merah delima kembali menyelangkupi kedua belahan pipinya.
"Kau yakin ingin tetap bersatu denganku dalam posisi aku di atasmu seperti ini?" tanya Max Julius dengan sebersit senyuman cerah yang merekah nan mendekorasi wajahnya yang tampan nirmala.
"Iya… Aku menyukai kau berada di dalamku… Setidaknya aku ingin kita tetap bersatu sampai pagi datang menjelang…" kata Junny Belle masih membuang pandangannya ke arah lain.
Sungguh jiwa Max Julius serasa melambung ke surga tertinggi di seluruh semesta ini. Segala penderitaan, kegetiran dan kepahitan yang ia rasakan selama ini takkan bisa dibandingkan dengan kebahagiaan yang ia rasakan sekarang mendengar kata-kata tersebut meluncur keluar dari mulut sang bidadari cantik jelita yang begitu dicintainya.
"Kau benaran ingin kita terus bersatu sampai pagi datang menjelang? Kau tidak takut aku akan melakukannya padamu sepanjang malam, Darling?" tanya Max Julius menggeram menahan gairah kelelakiannya yang sebentar lagi akan segera naik dan memuncak.
"Terserah kau saja, Max Sayang… Yang penting aku tidak ingin tubuh kita berpisah, setidaknya sampai pagi datang membayang…" kata Junny Belle kini memberanikan dirinya menatap dalam ke sepasang mata sang pangeran tampan nirmala dan kedua tangannya menggenggam erat kedua belahan pipi sang pangeran tampan nirmala.
"Kau sungguh membuatku ingin menggerakkan pinggulku ini lagi, Junny Darling…"
Max Julius mendaratkan kecupan manisnya ke sepasang bibir, wajah, dan sedikit menjelajahi kedua gundukan kembar sang bidadari cantik jelita sebelum akhirnya ia kembali menatap seraut wajah cantik yang kini berada di bawahnya dengan sorot mata cinta yang berselimutkan gairah kelelakiannya.
"Lakukan dengan lembut dan perlahan ya… Kau sudah hampir berhasil menghilangkan trauma yang kurasakan selama ini, Max Sayang…" Junny Belle kini mengecup mesra dahi, hidung, kedua belahan pipi, dan akhirnya ke sepasang bibir Max Julius yang tipis, seksi menggemaskan.
"Oh, Junny Darling… Kau sungguh cantik memabukkan… Aku berjanji seumur hidupku ini hanya ada dirimu – takkan ada lagi wanita lain…"
Max Julius memulai lagi pergerakan memompanya yang lemah lembut dengan kecepatan menengah di atas tubuh sang bidadari cantik jelita kesayangannya. Perlahan-lahan tapi pasti kenikmatan kembali mendera dan mencabik-cabik dunia kewanitaan Junny Belle yang berada pada perut bagian bawahnya.
"Oh, Max… Max… Max…" Junny Belle mulai meracau dan mendesau tiada titik, tiada akhir.
"Aku ingin mencoba satu posisi baru ini denganmu… Kau mau kan…?" tanya Max Julius di pertengahan hubungan penyatuan tubuh mereka berdua.
"Ajak aku jalan-jalan ke dunia kenikmatanmu, Max Sayang…" sahut Junny Belle lemah lembut.
Max Julius mengangguk dengan penuh semangat. Dia sekarang mendudukkan tubuh sang bidadari cantik jelita di antara jepitan kedua pangkal pahanya.
"Berpeganglah pada kedua bahuku… Atau kalau tidak, berpeganglah pada leherku, Junny Darling… Dengan demikian, kau takkan tersentak ke belakang…" kata Max Julius memulai pergerakan memompanya lagi.
"Bisakah aku memeluk kepalamu saja, Max Sayang…? Kau bisa melihat ke samping seperti ini kan?" tanya Junny Belle ketika dirasakannya tubuhnya mulai dicabik-cabik oleh gairah kewanitaannya yang semakin lama semakin memuncak.
"Terserah padamu, Darling… Kau tidak kesakitan lagi bukan? Bolehkah aku menambah kecepatan gerakanku ini?" tanya Max Julius terus memeluk, mengelus dan membelai setiap lekuk tubuh sang bidadari cantik kesayangannya.
Junny Belle hanya mengangguk cepat. Ia sungguh tidak bisa berkata apa-apa lagi. Sebentar lagi dia merasa titik puncak pelepasannya akan segera tiba.
"Oh, Max… Max…" Junny Belle mulai melenguh panjang ketika dirasakannya tubuh bagian bawahnya kembali diterjang oleh tsunami kenikmatan yang sungguh tiada tara. Setiap sel dalam tubuhnya mulai bersorak riuh dalam gegap gempita tatkala dia menerima terjangan tsunami kenikmatan tersebut.
"Sudah klimaks lagi, Darling?" tanya Max Julius masih bergerak memompa tubuh sang bidadari cantik kesayangannya dari bawah.