Junny Belle keluar dari kamar mandinya mengenakan piama tidurnya. Dia melihat sang pangeran tampan nirmala juga sudah selesai mandi dengan rambutnya yang masih sedikit basah. Terlihat sang pangeran tampan nirmala kini sudah mengenakan jubah tidurnya yang berwarna cokelat gelap.
"Kau sudah mandi, Max Sayang?" tanya Junny Belle – santai, ringan, nan lemah lembut seperti biasanya.
"Tentu dong… Aku sudah wangi…" kata Max Julius memancarkan senyumannya – senyuman yang hanya bisa diperlihatkan di hadapan sang bidadari cantik jelitanya.
Junny Belle menyisir rambutnya sebentar di depan cermin rias. Sehabis itu, dia membuka pintu kamar dan hendak keluar ketika sang pangeran tampan nirmala buru-buru turun dari tempat tidur dan menarik lembut tangannya. Terlihat Junny Belle mengulum senyumannya.
"Kau mau ke mana, Darling? Kupikir… Kupikir… Kupikir kau ingin menghabiskan malam ini bersama-sama denganku…" kata Max Julius sedikit menundukkan kepalanya. Namun, tangannya masih menggenggam tangan sang bidadari cantik jelita dan tidak berniat melepaskan.
"Apakah aku ada bilang seperti itu tadi? Aku hanya mengatakan aku sudah memaafkanmu dan menerimamu sepenuhnya. Oke… Sekarang aku sudah memaafkanmu dan menerimamu sepenuhnya… Terus apa lagi yang kauminta dariku?"
"Aku ingin tidur denganmu malam ini, Darling… Malam ini dan malam-malam berikutnya…" tegas Max Julius dengan nada suara yang merengek seperti anak kecil yang merengek karena tidak diberikan mainan oleh ayah ibunya.
"Aku masih trauma, Max… Saat pertamaku diambil paksa olehmu dan dengan cara yang sedemikian kejam… Sampai sekarang aku masih belum bisa melupakannya…" kata Junny Belle ringan nan santai. Ia menatap sang pangeran tampan nirmala dengan sinar mata yang ringan nan santai.
"Maafkan aku, Darling… Aku berjanji aku takkan pernah melakukan hal mengerikan itu lagi kepadamu… Aku takkan pernah bisa memperlakukanmu secara mengerikan lagi seperti waktu pertama dan keduamu…" Max Julius meraih lagi sang bidadari cantik jelita ke dalam pelukannya.
"Kau bahkan mengatakan aku sudah tidak perawan lagi malam itu… Kau bilang aku sudah terbiasa menjaja tubuhku ini kepada pria-pria yang bersedia membayarku dengan mahal di luar sana. Padahal sejak awal yang menyentuhku hanyalah dirimu, Max. Kaulah yang mengambil kegadisanku dan kini aku tengah mengandung kedua anak kembarmu."
"Iya… Aku yang salah… Aku yang salah… Maafkan aku ya… Maukah kau memberikanku kesempatan untuk menebus semua dosa dan kesalahanku selama ini, Junny Darling? Kau mau kan…?" Max Julius masih tidak melepaskan pelukannya kepada Junny Belle.
"Maafkan aku, Darling… Aku begitu tersiksa selama ini karena telah mengambil saat pertama dan keduamu dengan teramat kasar dan tidak manusiawi. Aku merasa jijik pada diriku selama ini. Berikanlah aku kesempatan untuk mencintaimu… Berikanlah aku kesempatan untuk menunjukkan hanya kaulah yang paling berharga buatku… Kau mau kan?"
Suara Max Julius semakin mendesah dan terdengar semakin parau. Dia memberanikan diri mengecup mesra bibir sang bidadari cantik jelita. Karena sang bidadari cantik jelita tidak menolak, dia anggap itu adalah suatu penerimaan yang positif. Dia mulai mengulum nan melumat sepasang bibir sang bidadari cantik jelita. Begitu dirasakannya sang bidadari cantik jelita sesekali juga membalas kuluman dan permainan lidahnya, Max Julius merasa semakin bersemangat. Dengan lemah lembut, disapukannya lidahnya ke seluruh mulut dan sepasang bibir sang bidadari cantik jelita.
Lidah Max Julius semakin lihai mengeksplorasi garis rahang dan leher sang bidadari cantik jelita.
"Kau bukan manusia, Darling… Kau benaran adalah seorang malaikat cantik jelita yang dikirimkan oleh Tuhan untuk menemani dan mencintaiku…" desah Max Julius mulai melucuti pakaian Junny Belle satu per satu.
Tinggallah pakaian dalam yang membalut sekujur tubuh Junny Belle yang sempurna nan tanpa cacat. Perutnya yang mulai membesar semakin menambah daya tarik penampakan tubuh tersebut. Itu semakin membangkitkan gairah kelelakian Max Julius. Ia membopong tubuh sang bidadari cantik jelita dengan hati-hati dan membaringkannya di tempat tidur.
Permainan lidah terus berlanjut dari bibir, ke garis rahang dan ke leher sang bidadari cantik jelita. Tangan yang lihai mulai melucuti pakaian dalam yang dikenakan oleh sang bidadari cantik jelita. Lidah akhirnya mulai bereksplorasi di kedua gundukan kembar sang bidadari cantik jelita.
"Aaahh…" desah Junny Belle. Tanpa sadar, kedua tangannya juga memegang kepala sang pangeran tampan nirmala dan menjambak lembut rambut yang masih lembab-lembab basah.
Lidah terus bereksplorasi sampai ke daerah ngarai kenikmatan Junny Belle. Junny Belle terus mendesah tiada henti dengan tubuhnya kini yang menggelung ke belakang.
"Panggil namaku, Darling…" desah Max Julius meneruskan permainan lidahnya di perut bagian bawah Junny Belle, mengobrak-abrik dunia ngarai kewanitaan yang ada di bawah sana.
"Oh, Max… Max… Sepertinya aku… Sepertinya aku…" Sungguh Junny Belle tak kuasa meneruskan desauannya.
"Lepaskan saja, Baby Girl… Jangan ditahan-tahan… Aku takkan berhenti sampai kau melepaskan semuanya…" desah Max Julius dengan permainan lidahnya yang masih berlanjut sampai akhirnya titik pelepasan sang bidadari cantik jelita terjadi.
"Wajahmu menjadi kotor, Max…" Setelah kembali ke dunia asli dari dunia kenikmatannya tadi, buru-buru Junny Belle mengambil sehelai tisu dan membersihkan wajah sang pangeran tampan nirmala.
Max Julius tersenyum cerah melihat wajah sang bidadari yang begitu cantik memabukkan. Dia berdiri dan menanggalkan jubah tidurnya. Ia menanggalkan undies warna biru tua yang dikenakannya. Tampaklah senjata kejantanannya yang sudah menjulang tinggi bagai Menara Eiffel.
"Aku benaran tidak tahan lagi, Darling… Kau mengizinkannya bukan?" desah Max Julius yang kini mulai berbaring di atas tubuh sang bidadari cantik kesayangannya.
Rona merah delima menyelangkupi kedua belahan pipi sang bidadari cantik jelita.
"Aku… Aku masih sedikit trauma, Max… Aku mohon lakukan dengan perlahan… Lakukan dengan perlahan, Max…" Terasa jantung Junny Belle yang berdebar kencang dan napasnya yang menjadi sedikit lebih cepat.
"Malam ini aku akan menghilangkan trauma itu, Darling…" Max Julius mendaratkan ciuman mesra nan lemah lembut ke sepasang bibir sang bidadari cantik jelita.
Max Julius mencoba mendorong lembut memasuki tubuh sang bidadari cantik kesayangannya. Junny Belle sedikit mencicit kesakitan dan memejamkan kedua matanya dengan erat. Max Julius berhenti sebentar dan memandangi wajah sang bidadari cantik kesayangannya dengan raut wajah penuh kekhawatiran.
"Apa kau kesakitan, Darling…?"
"Sedikit…" bisik Junny Belle lirih – teramat lembut, nyaris tak terdengar.
"Sebentar lagi hilang, Darling… Aku masuk lagi ya…?" tukas Max Julius ketika dia akan mendorong masuk lagi. Junny Belle hanya mengangguk ringan.
Sambil terus mendorong dengan lemah lembut, Max Julius terus mendaratkan ciuman mesra yang bertubi-tubi ke sepasang bibir, ke kedua belahan pipi, ke garis rahang, dan bahkan ke leher sang bidadari cantik jelita. Sedikit rasa sakit pada perut bagian bawah Junny Belle teralihkan ke ciuman-ciuman mesra yang diberikan oleh sang pangeran tampan nirmala.