Chereads / 3MJ / Chapter 290 - Cintamu yang Menyelamatkan dan Mematikan pada Saat Bersamaan

Chapter 290 - Cintamu yang Menyelamatkan dan Mematikan pada Saat Bersamaan

Malam datang meladung di seantero kota Jakarta.

Max Julius akhirnya sadar. Ia diizinkan pulang lebih cepat karena kondisinya yang membaik dengan cepat. Ia mengenakan kemeja dan celana panjangnya kembali. Ia segera menghampiri Junny Belle yang sepertinya sedang menelepon Aira Antlia di koridor luar kamar rawat inapnya malam itu.

"Ayo, Darling… Kita makan malam dulu ya… Kau mau makan di mana? Kita makan di Taman Anggrek saja ya…"

Junny Belle hanya mengangguk mengiyakan. Max Julius menggandeng tangan sang bidadari cantik kesayangannya dengan hati yang berbunga-bunga. Sel-sel di padang sanubarinya bersorak riuh. Ia seolah-olah menjadi lelaki yang paling berbahagia di seluruh alam semesta.

Singkat cerita, mereka tiba di Plaza Taman Anggrek. Atas permintaan Junny Belle, mereka makan di sebuah kafe makanan dan minuman vegetarian. Junny Belle tidak ada mood makan daging malam itu.

Max Julius memesan sebuah ruangan VIP dalam kafe tersebut sehingga segala kedekatan dan kemesraan mereka takkan terganggu. Mereka memesan makanan dan minuman mereka. Makanan dan minuman mereka disajikan beberapa menit kemudian.

"Maafkan aku, Darling… Really really sorry… Aku akan terus menempel di sisimu mulai dari sekarang. Aku akan terus berada di sampingmu seumur hidup kita – takkan terpisahkan lagi…"

"Oh ya? Benarkah?" tantang Junny Belle sambil terus mengulum senyumannya dan menyeruput mi pangsitnya.

"Tentu saja… Kenapa kau tidak percaya padaku, Darling?" Max Julius juga bergelayut manja di lengan sang bidadari cantik jelitanya dengan raut wajah memelas.

Junny Belle menoleh sebentar ke sang lelaki tampan nirmala.

"Semua lelaki sama saja… Ketika dipertanyakan kesetiaan mereka, mereka akan mengeluarkan jurus-jurus rayuan gombal. Clark tadi begitu kepada Aira… Ternyata sekarang kau juga begitu terhadapku…"

"Kau dan Aira membahas-bahas tentang aku dan Clark?" Alis mata Max Julius naik seketika. Raut wajah terkesiap dan terkejut terpancar jelas dari sorot matanya.

"Iya… Kami harus bertukar cerita, bertukar pendapat, dan berbagi ilmu bagaimana kiat-kiat hidup bersuamikan lelaki playboys." Junny Belle membuang pandangannya ke arah lain sembari terus mengulum senyumannya.

"Itu sudah menjadi masa lalu, Junny Darlingku… Itu sudah menjadi masa laluku yang kelam. Lagipula, ketika aku… aku berhubungan dengan wanita-wanita itu, bayangan dirimulah yang selalu muncul dalam benak pikiranku… Aku selalu saja memikirkanmu setiap kali aku berhubungan dengan wanita-wanita itu…" kata Max Julius masih dengan raut wajah memelas.

"Oke… Kalau begitu, jujurlah padaku… Sebelum aku, kau sudah tidur dengan berapa banyak wanita? Ada berapa di antara mereka yang keperawanannya jatuh ke tanganmu?"

Max Julius menelan ludahnya ke tenggorokannya yang tercekat. Junny Belle mengeluarkan pertanyaan tantangan yang sama dengan yang dikeluarkan oleh Aira Antlia kepada Clark Campbell tadi sore.

"Kau berjanji takkan marah ya, Junny Darling…"

Junny Belle mengangguk ringan dan santai.

"Aku sudah lupa… Mungkin ada sekitar 150an begitu… Dan… Dan… Dan ada sekitar 130an begitu masih perawan ketika mereka tidur denganku…" kata Max Julius menundukkan kepalanya, tidak berani memandang sang bidadari cantik jelita ketika ia akhirnya memutuskan membuka diri apa adanya di hadapan sang bidadari cantik jelita yang begitu dicintainya ini.

"Qaydee Zax Thomas juga? Ia juga menyerahkan keperawanannya kepadamu, Max Sayang?" tanya Junny Belle santai dan ringan, padahal Max Julius sudah merasa deg-degan bukan main.

Max Julius hanya mengangguk pasrah sembari terus menelan ludah ke dalam tenggorokannya yang serasa tercekat. Ia memutuskan akan bersikap jujur dan terbuka apa adanya kepada sang bidadari cantik jelita yang begitu dicintainya ini. Tak ada lagi rahasia di antara mereka.

"Dan aku menjadi yang ke-151 ya?" dengus Junny Belle lemah lembut, tapi sedikit sinis.

Pertanyaan sinisme dari sang bidadari cantik jelita bagai keris yang menohok langsung ke ulu hati Max Julius. Dia menelan ludahnya lagi dan menampilkan lagi raut wajah memelasnya yang sedikit manja.

"Mereka hanya menjadi masa lalu, Junny Darlingku… Sedangkan kau adalah… masa lalu, masa sekarang, dan masa depanku, Junny Darling. Sejak dulu sampai dengan detik ini – sampai dengan maut memisahkan kita nanti, aku hanya akan tetap mencintaimu seorang. Kau tahu itu dengan jelas bukan? Selama ini ketika aku berhubungan dengan wanita-wanita itu, aku hanya membayangkan dirimu, Junny Darling… Aku membayangkan kau ada di ranjangku, menyerahkan dirimu seutuhnya kepadaku, dan kita akan terus bersama-sama sampai hari tua datang menyongsong kehidupan kita, sampai maut memisahkan kita…"

Tangan Max Julius naik dan terus mengelus-elus rambut hingga wajah sang bidadari cantik jelita. Sang bidadari cantik jelita santai saja terus menyeruput nan menghabiskan mi pangsitnya.

"Aku jadi merasa bersalah pada wanita-wanita itu deh…" kata Junny Belle tersenyum getir.

"Hah? Kenapa, Junny Darling?" Sorot terkesiap dan terkejut kembali terpancar dari bola mata Max Julius Campbell.

"Kau menjadikan wanita-wanita itu sebagai pelarian karena aku. Keperawanan mereka jatuh ke tanganmu karena aku…" kata Junny Belle masih tersenyum getir.

"Jangan begitu, Darling… Itu adalah masa laluku yang kelam… Itu adalah kesalahan-kesalahanku di masa lalu… Sekarang aku hanya mencintaimu seorang, aku hanya ingin bersama-sama denganmu, aku hanya ingin menghabiskan sisa hidup ini bersamamu…" Max Julius meraih sang bidadari cantik jelita ke dalam pelukannya.

"Bagaimana kalau ada salah satu atau beberapa wanita itu yang hamil – sama sepertiku ini – dan datang menuntut pertanggungjawaban darimu? Bagaimana kalau Qaydee Zax Thomas hamil dan ia menuntut pertanggungjawaban darimu, Max Sayang?" tantang Junny Belle ringan nan santai.

"Aku selalu mengenakan pengaman ketika aku berhubungan dengan Qaydee Zax atau dengan wanita-wanita lain, Darling… Hanya denganmu aku tidak mengenakan pelindung, Darlingku…" Max Julius masih bergelayut manja di bahu sang gadis cantik jelita yang masih berada dalam pelukannya.

Junny Belle menghela napas panjang.

"Bisa kubayangkan bagaimana perasaan mereka ketika kau menggauli mereka dengan kasar, merenggut keperawanan mereka, dan setelah itu kautinggalkan mereka begitu saja di tempat tidur. Habis manis sepah dibuang… Aku 100% bisa memahami perasaan mereka…" kata Junny Belle begitu ringan nan lemah lembut.

Namun, bagi Max Julius kata-kata tersebut laksana keris yang langsung menohok dan menghujam perih ke ulu hati dan teluk sanubarinya.