Begitu mobil Max Julius berlalu pergi, air mata Junny Belle jatuh seketika. Badannya hanya bisa bersandar pada dinding kaca dan melorot lemas ke bawah.
"Sebentar lagi aku pun akan mati, Max… Max Sayangku… Aku benaran akan menyerahkan segalanya kepadamu. Hanya kepadamu… sehingga nanti aku… aku… bisa pergi tanpa penyesalan…"
Ruap lara berselarak di teluk pikiran Junny Belle Polaris.
***
Mendadak Max Julius terbangun dari tidurnya yang hanya sesaat. Dia mendapati dirinya sedang terlelap untuk sesaat di kursi kerjanya. Dia mengusap wajah dan mengurut keningnya sejenak.
Pintu ruangan kerjanya dibuka oleh Clark Campbell. Clark Campbell berjalan mendekat ke meja kerja Max Julius dan meletakkan setumpuk dokumen di atas meja kerja Max Julius.
"Terpikir ke Junny Belle lagi?" tanya Clark Campbell dengan sorot mata miris.
"Tidak perlu mengasihaniku… Ini adalah karmaku karena telah salah paham dan menyakiti sang bidadari kesayanganku selama ini… Aku akan menebus semuanya… Aku akan menemukannya dan menebus semua kesalahanku selama ini…"
"Bagaimana kalau setelah kau menemukannya, dia tidak ingin bersamamu? Bagaimana kau bisa menebus semua kesalahanmu selama ini?"
"Akan kuyakinkan dia… Aku tahu ini tidak mudah… Aku tahu kali ini akan sulit baginya untuk memaafkan dan menerimaku kembali… Namun, aku akan meyakinkannya bahwa aku sangat mencintainya dan kedua anak kembar kami. Kini dia tengah mengandung kedua anak kembar kami, Clark. Aku tidak tenang membiarkannya terus melanglang sendirian di luar sana."
"Kalau aku jadi dia, aku takkan menerimamu semudah itu. Kau itu… itu… itu sudah menyakitinya terlalu banyak selama ini. Kau perlakukan dia secara tidak terhormat selama masa training-nya di sini. Kau tolak dia mentah-mentah; kau pecat dia secara tidak terhormat; kau cari-cari kesalahannya dan terus permalukan dia di depan banyak orang selama masa training-nya di sini. Terlebih lagi adalah…"
Max Julius mendengus miris terjebak di antara kerinduan, cinta, penyesalan dan rasa bersalahnya. Dia menatap Clark Campbell dengan jengah.
"Terlebih lagi kau memperkosanya, kau mengambil keperawanannya secara paksa, dan kau buat dia menanggung beban derita seorang diri dengan mengandung kedua bayi kembarmu itu…" Clark Campbell terus mencerca Max Julius Campbell tanpa ampun.
"Kau sebenarnya ingin menghiburku atau menghakimiku di sini, Clark?" tanya Max Julius mulai merasa kesal kepada saudara sepupunya ini.
Clark Campbell meledak dalam tawa lepasnya.
"Mengandung anakku adalah kebahagiaan. Aku yakin Junny Darlingku takkan menganggapnya sebagai suatu beban derita. Aku hanya perlu secepatnya menemukannya," sungut Max Julius Campbell sengit.
Clark Campbell hanya tersenyum skeptis. "Sekarang sudah menyesal ya? Aku ingin lihat bagaimana caranya kau menebus dan memperbaiki kesalahanmu selama ini…"
"Tentu saja aku akan terus berada di sampingnya. Aku akan menikahinya. Kami akan hidup dalam kehidupan keluarga yang berbahagia… Aku akan menjaga dan melindunginya dengan segenap jiwa dan ragaku… Aku takkan membiarkan sesuatu yang buruk dan mengerikan terjadi padanya… Kalau terjadi apa-apa sama dia, aku bisa mati, Clark..." gumam Max Julius dengan raut wajah masam.
"Benaran sudah bucin kau ya… Ini nih… Mungkin ini bisa sedikit membantumu menemukan di mana Junny Belle berada sekarang…" kata Clark Campbell menunjuk ke setumpuk dokumen yang tadi diletakkannya di atas meja kerja Max Julius Campbell.
"Apa ini?" Max Julius mulai menelusuri isi dokumen tersebut dengan kening berkerut.
"Proposal pembukaan cabang baru di Jakarta…" jawab Clark Campbell singkat, jelas, padat, berisi. Seketika Max Julius langsung ngeh.
"Oh ya… Cabang baru yang ada di Jakarta Selatan kan? Selama ini kita hanya ada cabang di Jakarta Utara dan Bogor… Entah kenapa Daddy mendadak memiliki ide membuka cabang baru di Jakarta Selatan juga. Bukankah CEO yang ada di Indonesia sana yang akan mengurus semuanya?" tanya Max Julius.
Clark Campbell mendengus skeptis. Max Julius menepuk jidatnya sejenak. Dia langsung mengerti apa yang dimaksudkan oleh saudara sepupunya.
"Oke… Aku mengerti… Aku mengerti… Aku yang akan ke Jakarta dan turun tangan sendiri mengurus acara pembukaan cabang baru ini…" kata Max Julius mulai mengalihkan perhatiannya ke layar komputer yang ada di meja kerjanya.
Terlihat Max Julius mengetik-ngetik sesuatu pada papan ketiknya. Perlu waktu beberapa menit baginya untuk memesan tiket ke Indonesia, mempersiapkan VISA dan tetek bengek sebangsanya. Setelah selesai, terlihat ia kembali menyandarkan punggungnya ke sandaran kursinya.
"Oke… Kapan kau berangkat? Ini acara pembukaannya Selasa depan…" tukas Clark Campbell.
"Besok pagi…" jawab Max Julius dengan santai. "Sambil memantau persiapan-persiapan acara pembukaan di Jakarta Selatan ini, aku bisa berkeliling-keliling kota Jakarta, Semarang, ataupun Surabaya. Jika nasibku beruntung, aku akan bisa bertemu dengan Junny Darling kesayanganku," kata Max Julius seraya mengusap-ngusap dagunya sendiri.
"Oke deh… Aku sudah membuka jalan untukmu… Beruntung tidaknya dirimu, semuanya tergantung pada perjuangan, ketulusan dan keberuntunganmu sendiri…" kata Clark Campbell mulai berjalan menuju ke arah pintu ruangan kerja Max Julius Campbell.
Segelintir rasa deg-degan berselarak di beranda pikiran Max Julius Campbell.
***
Jakarta, pertengahan Juni 2013
Tiga hari berlalu… Tentu saja Max Julius Campbell kini sedang berada di Jakarta dan dia sudah menghabiskan waktu dua hari di kota super padat dan super sibuk ini. Selama di Jakarta dia menginap di hotel The Pride miliknya sendiri yang berada di kawasan Jakarta Utara.
Karena kemarin dia sudah memantau persiapan acara pembukaan cabang baru di area Jakarta Selatan, hari ini Max Julius memutuskan untuk istirahat satu hari dan jalan-jalan berkeliling kota Jakarta.
Tampak Max Julius membawa mobilnya di sekitaran daerah Kelapa Gading dan Sunter. Max Julius memarkirkan mobilnya setelah ia melihat salah satu supermarket menengah di kawasan tersebut. Dia ingin membeli beberapa makanan dan minuman ringan, yang bisa dinikmatinya ketika ia sibuk mengurus hotel-hotel The Pride di Jakarta dan sekitarnya.
Pas pula pada saat yang bersamaan, taksi yang ditumpangi oleh Junny Belle juga berhenti tepat di depan supermarket tersebut. Junny Belle membayar ongkos taksinya dan turun dari taksi. Dia berjalan dengan langkah-langkah yang lebih ringan ke dalam supermarket tersebut.
Max Julius juga berjalan masuk ke dalam supermarket yang sama. Kegiatan belanja-belanja pun dimulai. Masing-masing mengambil keranjang belanjaan masing-masing. Junny Belle ingin membeli tepung-tepung roti dan bahan-bahan kue, sementara Max Julius ingin membeli beberapa minuman dan makanan ringan.
Max Julius juga memilah-milah beberapa pakaian dalam pria karena dia hanya membawa sedikit persediaan ke Indonesia ini. Pada saat dia keluar dari lorong bagian pakaian dalam pria dan berbelok ke lorong yang menjual sabun-sabun mandi, pada saat itu pulalah Junny Belle yang sudah selesai dengan belanja ekspresnya terlihat sedang membayar barang-barang belanjaannya di kasir.