Chereads / 3MJ / Chapter 283 - Cinta yang tak Pasti (bagian 4)

Chapter 283 - Cinta yang tak Pasti (bagian 4)

Perlu waktu beberapa detik bagi Max Julius untuk akhirnya mengangguk mengiyakan tawaran Concordio Campbell. Max Julius Campbell akhirnya menganggukkan kepalanya mengiyakan tawaran adopsi dari Concordio Campbell. Dia memutuskan akan bertaruh dengan keberuntungannya sekali lagi.

"Aku senang kau ingin ikut denganku, Max Julius… Tapi aku ada sedikit permintaan…" kata Concordio Campbell dengan sedikit wajah memelas.

"Katakanlah… Aku tahu tidak ada yang benar-benar gratis di dunia ini, Pak…" kata Max Julius Campbell dengan sebersit senyuman lirih.

"Bolehkah aku minta sedikit… sedikit saja – tidak banyak sampai-sampai bisa membahayakan nyawamu… sedikit saja… darahmu, Max Julius?"

"Boleh-boleh saja… Tapi kenapa? Memangnya ada kegunaan sedikit dari darahku ini?" tanya Max Julius dengan kerutan mendalam di dahi. Dia sungguh tidak menyangka dengan hanya memberikan sedikit darahnya, dia sudah bisa memperbaiki nasibnya yang buruk, melambungkan derajat kehidupannya, dan akhirnya menjadi salah satu raja pemilik segalanya.

"Untuk kakiku ini, Max Julius…"

"Itu kaki palsu?" Max Julius sedikit membesarkan matanya.

"Iya… Kecelakaan kereta api fatal ketika aku masih muda. Dan aku dengar… aku dengar sedikit saja darahmu bisa menyembuhkan total luka fatal pada kakiku ini. Kau… Kau tidak berkeberatan bukan?" tanya Concordio Campbell agak was-was.

"Boleh-boleh saja, Pak… Tapi kau pasti bercanda dengan mengatakan darahku bisa menyembuhkan luka fatal pada kakimu itu. Aku sungguh tidak bisa mempercayainya."

"Kau akan segera mempercayainya… Kau lihat saja nanti…" kata Concordio Campbell dengan sebersit senyuman ringan mendekorasi wajahnya.

Demikianlah akhirnya Max Julius Campbell memulai hidup barunya di Sydney, sebagai kesempurnaan yang kedua, yang berhasil dimiliki oleh keluarga Campbell.

Jadilah Max Julius Campbell yang kelak nantinya akan mewarisi bisnis hotel raksasa milik keluarga Campbell – The Pride. Jadilah Max Julius Campbell yang akhirnya mendapatkan kesempatannya untuk membalaskan dendamnya kepada keempat orang yang telah membakarnya hidup-hidup di dalam gudang.

Max Julius Campbell akhirnya juga berhasil membalaskan sakit hati, kemarahan, kekesalan dan kekecewaannya yang keliru kepada Junny Belle. Namun, bagai bumerang, pembalasan tersebut kini berbalik arah dan menjadi senjata makan tuan yang membuatnya begitu nelangsa dan terpuruk.

***

Mimpi Max Julius beralih dari satu titik ke titik yang lain.

Max Julius kembali mengingat pertemuannya lagi dengan Junny Belle di Sydney ini ketika gadis muda itu melamar pekerjaan hanya sebagai cleaning service di The Pride.

"Kerjaanmu seperti ini apa pantas bekerja di The Pride!" hardik Max Julius menunjuk ke lantai yang masih licin setelah beberapa menit dipel oleh Junny Belle.

Sebenarnya lantai tersebut tidaklah terlalu licin. Namun, Max Julius yang memang kudung kesal dan marah terhadap gadis muda itu, berusaha mencari-cari kesalahannya dan menjatuhkan mentalnya ke titik terendah di Palung Mariana.

"Aduh! Memang tidak becus deh! Mengepel lantai saja tidak becus kau, Junny Belle! Oh ya, aku lupa… Kau kan SMA saja tidak tamat… Di SMP jelas kau takkan diajari bagaimana mengepel lantai yang baik dan benar, iya kan?" serang Qaydee Zax Thomas – yang berhasil mengikuti kekasih impiannya sampai Sydney karena memang ayahnya orang Australia asli yang menikah dengan ibunya yang merupakan orang Indonesia. Jadi, bolak-balik antara Australia dan Indonesia tidak menjadi masalah sama sekali baginya.

"Sudah deh… Masa training-mu berakhir sampai di sini… Nanti sore ambil gajimu selama seminggu ini dan besok jangan datang lagi ke sini. Cari saja pekerjaan di tempat lain…" usir Max Julius dengan kasar.

'Tapi, Pak Max… Ini baru saja seminggu… Anda sudah berjanji padaku akan memberiku masa training selama tiga bulan, Pak…" protes Junny Belle lemah lembut dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

"Tidak perlu sampai selama itu deh… Dalam seminggu saja sudah ketahuan cara kerjamu yang sama sekali tidak becus dan karaktermu yang tidak tahu apa-apa, tidak bisa apa-apa dan sama sekali tidak berkompeten…" sembur Qaydee Zax Thomas tanpa ampun.

"Aku mohon, Pak Max… Aku sangat membutuhkan pekerjaan ini… Aku mohon kasih aku kesempatan sekali lagi…" pinta Junny Belle dengan wajah berlinang air mata di depan Max Julius.

Perasaan Max Julius sebenarnya berdenyut nyeri. Hatinya diragas oleh gundah dan sedih yang berkesinambungan setiap kali dia melihat tetesan-tetesan air mata Junny Belle Polaris. Namun, kesalahpahaman sudah membutakan nurani; kemarahan sudah menggelapkan sukma; sakit hati dan kekecewaan sudah mengaburkan pikiran rasionya.

"Perbaiki cara kerjamu! Jangan biarkan aku menemukan setitik pun kesalahan dalam pekerjaanmu! Camkan itu!" kata Max Julius dengan delikan mata tajam. Ia langsung berpaling dan berlalu dari hadapan Junny Belle.

Qaydee Zax Thomas sengaja menyenggol ember berisi air kotor yang ada di dekat Junny Belle. Air kotor tumpah mengenai lantai dan mengenai celana Junny Belle. Junny Belle terperanjat kaget bukan main, tetapi tak ada yang bisa dilakukannya selain membersihkan lantai itu sekali lagi.

"Kotor lagi kan lantainya! Bersihkan itu ya! Yang sebersih-bersihnya…" kata Qaydee Zax dengan sebersit seringai sinis pada wajahnya. Dia berpaling dan mengikuti ke mana langkah-langkah sang kekasih impiannya.

Mimpi Max Julius beralih ke titik yang lain.

"Apa ini yang kausebut dengan kopi!" teriak Max Julius mencampakkan cangkir kopi ke lantai. Cangkir kopi pecah berkeping-keping di lantai. Junny Belle sedikit memekik tertahan.

"Rasanya sangat pahit dan tidak ada manisnya sama sekali! Aku sudah bilang kan aku tidak suka blackcoffee! Kau bisa mengerti apa yang kukatakan tadi! Kau bisa mengerti bahasa manusia!"

"Maaf… Maaf… Maaf, Pak Max… Akan kuseduh kopi Anda sekali lagi…" kata Junny Belle kembali mulai menitikkan air matanya dan menundukkan pandangannya.

"Tidak usah lagi! Aku tidak ada mood ingin minum kopi lagi! Bersihkan saja itu! Yang bersih! Aku tidak ingin kakiku terluka karena menginjak pecahan cangkir keramik itu!"

"Baik, Pak Max… Baik…" kata Junny Belle mengangguk-nganggukkan kepalanya cepat-cepat.

Max Julius mendengus kesal dan berlalu keluar dari ruangan kerja pribadinya. Terdengar bantingan pintu ruangan tersebut yang membuat Junny Belle terperanjat kaget sejenak.

Mimpi Max Julius beralih lagi ke titik yang lain.

Max Julius masuk ke ruangan kerjanya dan melihat Junny Belle sedang memasukkan beberapa lembaran kertas ke mesin penghancur.

"Apa yang sedang kaulakukan!" Teriakan Max Julius Campbell benar-benar membahana ke seisi ruangan tersebut karena laporan-laporan pentingnya dimasukkan oleh Junny Belle Polaris ke dalam mesin penghancur begitu saja.

"Nona Qaydee yang memintaku untuk memasukkan beberapa lembaran kertas ini ke mesin penghancur, Pak Max." Junny Belle benar-benar terpuruk ke titik terendah Palung Mariana. Jantungnya berdebar kencang. Kini dia merasa dia berdiri di tepi jurang. Dengan sedikit dorongan saja, dia sudah langsung akan terjatuh ke dasar jurang.