Malam kembali datang menyapa. Malam ini sungguh Junny Belle bermimpi buruk.
Tampak Adam Levano Smith yang benar-benar kesal dan marah ketika Junny Belle malah menolaknya barusan dan memilih untuk bersama-sama pulang dengan Max Julius.
"Padahal jelas-jelas tadi aku lihat Junny Belle sudah mengakhiri hubungan mereka di tangga belakang itu. Kenapa tadi dia masih ikut Max Julius pulang? Ada-ada saja… Benar-benar aneh perempuan itu…" dengus Adam Levano Smith sungguh-sungguh merasa kesal.
"Bisa saja tadi mereka hanya bertengkar. Mereka berbaikan saat-saat sebelum kau bertemu dengannya di depan pintu masuk sekolah itu," sahut Jay Frans Xaverius.
"Yang paling mengesalkan adalah wajah Max Julius yang berada di atas angin… Seakan-akan dia ingin memberitahuku dia tetap akan bisa mendapatkan Junny Belle kembali apa pun kejadian yang tengah berlaku di antara mereka… Dasar lelaki miskin tidak tahu diri! Dikiranya dia siapa bisa bersaing denganku dalam memperebutkan Junny Belle!"
Mendadak saja Adam Levano Smith melemparkan botol minuman yang ada dalam genggaman tangannya ke dinding kantin. Botol minuman tersebut pecah berkeping-keping di lantai. Beberapa pelayan kantin yang sedang membersihkan meja kantin langsung mengarahkan pasangan mata mereka ke Adam Levano Smith.
"Akan kubayar ganti ruginya nanti! Kalian tidak usah khawatir!" kata Adam Levano Smith dengan ketus. Sambil menelan ludah mereka, beberapa pelayan tersebut memalingkan pandangan mereka kembali ke meja yang menjadi kerjaan mereka.
"Tidak ada gunanya kau ribut-ribut dan kesal seorang diri di sini! Max Julius takkan tahu… Junny Belle takkan terjun ke dalam pelukanmu…" Lolita Jacqueline duduk menyilangkan kaki di depan ketiga anak lelaki yang masih bertahan di dalam kantin sekolah meski bel tanda pulang sekolah sudah lama berbunyi.
"Jangan menyindirku!" cetus Adam Levano Smith dengan mata tajamnya yang mendelik menerawang keluar jendela.
"Aku punya satu informasi… Hanya saja, aku tidak tahu apakah ini akan membantumu membalaskan sakit hatimu pada Max Julius atau tidak…" kata Lolita Jacqueline dengan sedikit senyuman sinis yang menggantung di sudut bibir.
"Apa itu?" Vallentco Harianto yang merasa penasaran, sedikit memajukan tubuhnya ke depan.
"Tergantung apakah temanmu ini ingin mendengarnya atau tidak…" sahut Lolita Jacqueline dengan gaya sinisnya.
"Jangan bertele-tele! Cepat katakan!" sungut Adam Levano Smith kesal.
"Cium dulu dong, Adam Sayang…" kata Lolita Jacqueline dengan gaya manja. Ia mencondongkan tubuhnya ke samping dan mendekatkan pipinya ke sepasang bibir Adam Levano Smith.
Mendengus kesal, mau tidak mau Adam Levano Smith mengecup sebentar pipi yang putih mulus itu. Vallentco Harianto dan Jay Frans Xaverius sedikit bergidik melihat pembawaan Lolita Jacqueline Wijaya yang tidak tahu malu. Namun, mereka hanya diam membisu seribu bahasa dan berlagak seolah-olah tak ada yang terjadi. Dengan senyuman penuh kemenangan, Lolita Jacqueline Wijaya kembali berujar,
"Junny Belle mengajak Max Julius ketemuan Minggu besok di depan gudang panti asuhan tempat Max Julius tinggal."
Vallentco Harianto dan Jay Frans Xaverius saling berpandangan lagi. Duet maut tersebut mulai menyeringai jahat. Timbul satu ide jahat dalam benak pikiran mereka.
"Apa yang akan kalian lakukan?" tanya Adam Levano tidak bisa mengikuti di mana ide jahat kedua orang itu berlabuh.
"Kau ingin membalaskan sakit hati dan kekalahanmu ini kepada Max Julius bukan?" pancing Vallentco Harianto dengan seringai sinis yang masih bertengger di wajahnya.
"Tentu saja… Tapi setidaknya kalian beritahukan aku dulu dong apa rencana kalian…" sungut Adam Levano Smith sengit.
"Sederhana saja sih… Kita bisa lemparkan bubuk orpiment kuning itu lagi ke Max Julius dan kita bisa mengurung Max Julius di dalam gudang itu. Kau bisa menemui Junny Belle yang pasti akan sedang menunggu Max Julius di depan gudang tersebut. Dengan demikian, Junny Belle takkan pernah bisa bertemu dengan Max Julius. Sebagai gantinya, Minggu besok pagi dia akan berkencan denganmu dan kalian akan sarapan bersama. Bagaimana?"
Jay Frans Xaverius mengerling-ngerlingkan matanya penuh arti kepada Adam Levano Smith. Adam Levano Smith juga mulai menyeringai jahat setelah itu.
"Bukan ide yang buruk… Tidak sia-sia aku berteman dengan kalian…" kata Adam Levano Smith masih dengan senyuman jahat mengerikan yang bertengger di sudut bibir.
"Apakah kau tidak ingin berterima kasih padaku juga?" tanya Lolita Jacqueline dengan gaya manja dan mencondongkan tubuhnya semakin mendekat ke Adam Levano Smith.
Adam Levano Smith mengelus-elus kepala gadis muda itu. Lolita Jacqueline Wijaya tersenyum penuh kepuasan dan kemenangan.
"Siapa di antara kita yang akan membeli bubuk orpiment kuning itu?" tanya Lolita Jacqueline Wijaya dengan raut wajah yang lebih serius.
"Aku saja…" usul Vallentco Harianto.
"Oke deh… Sepakat kita ya… Jam tujuh besok kita sudah harus tiba di depan gudang panti asuhan tempat Max Julius tinggal ya… Sebelum dia sempat bertemu dengan Junny Belle, kita sudah harus tiba di sana," kata Adam Levano Smith dengan sepasang mata yang mendelik tajam.
Dan rencana tersebut benar-benar dieksekusi. Pagi jam tujuh lewat lima belas menit, Max Julius sudah siap-siap dan menunggu sang bidadari cantik jelita di depan gudang panti asuhan tempat ia tinggal. Ia tampil segar dan wangi dengan rambutnya yang masih lembab-lembab basah karena ia baru saja selesai mandi. Ia sengaja tidak sarapan karena sang bidadari cantik kesayangannya akan membawakan sarapan dan mereka akan sarapan bersama. Ia juga sengaja tidak ikut kedua suster pengasuhnya dan adik-adiknya ke gereja sehingga ia bisa menghabiskan lebih banyak waktu dengan sang bidadari cantik kesayangannya pagi itu.
Nasib nahas tengah mengintai Max Julius pagi itu. Ternyata Jay Frans Xaverius, Vallentco Harianto, Adam Levano Smith dan Lolita Jacqueline Wijaya sudah tiba di tempat itu setengah jam sebelumnya dan kali ini mereka membawa bubuk kuning maskulin yang lebih banyak daripada yang mereka bawa terakhir kali. Mereka sedang bersembunyi di dalam gudang di belakang Max Julius, sedang mengawasi gerak-gerik Max Julius, dan menunggu saat yang benar-benar tepat untuk melemparkan bubuk kuning maskulin itu ke arahnya.
Benar saja… Sambil menunggu sang bidadari cantik kesayangan yang tak kunjung tiba, Max Julius memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya sembari berjalan mondar-mandir ke sana ke sini. Begitu ia sudah dekat ke pintu gudang, sontak pintu gudang tersebut terkuak lebar dan keluarlah keempat musuh bebuyutannya. Max Julius tentu saja terperanjat kaget bukan main.
Namun, belum sempat Max Julius membuka mulutnya, berteriak, atau mengambil tindakan apa pun, bubuk kuning maskulin sudah dilemparkan ke wajahnya. Dunia latar belakangnya kontan pecah dalam kegelapan pekat tak berujung.
"Bawa dia ke dalam…" kata Adam Levano Smith mulai menarik tubuh Max Julius yang sudah pingsan tidak sadarkan diri ke dalam gudang.