"Aku ingin strawberry milk shake saja…" Natsumi Kyoko akhirnya menentukan pilihannya.
"Oke… Ditunggu lima menit ya…" kata Junny Belle dengan sebersit senyuman lemah lembut dan kemudian berlalu dengan membawa buku menunya.
Baru saja Junny Belle berjalan dua langkah dari meja kedua wanita muda itu, mendadak rasa mual dan pening kembali menderanya. Buru-buru Junny Belle berlari-lari kecil masuk ke dalam kamar mandi kafenya dan memuntahkan isi perutnya di sana.
Kimberly Phandana dan Natsumi Kyoko saling berpandangan sejenak. Natsumi Kyoko merasa dia perlu menghampiri Junny Belle yang masih muntah-muntah sedikit di kamar mandi.
"Kau… Kau baik-baik saja?" tanya Natsumi Kyoko lemah lembut.
Junny Belle menyiram muntahannya dan mengeringkan mulutnya dengan tisu.
"Aku baik-baik saja… Morning sickness saja…" kata Junny Belle tersenyum lemah lembut.
"Iya… Biasa sih… Aku juga hamil… Morning sickness adalah hal yang biasa... Mungkin kau jangan terlalu capek lagi jalan sana-sini. Biarkan para pelayan dan pembantumu saja yang mengerjakannya…" kata Natsumi Kyoko menuntun Junny Belle ke tempat duduk mereka.
"Lagi hamil juga?" tanya Kimberly Phandana merasa sedikit penasaran.
Junny Belle hanya mengangguk ringan.
"Kebetulan sekali… Aku dan temanku ini juga sedang mengandung…" kata Kimberly Phandana mulai merasa antusias.
Ketiga wanita hamil itu akhirnya saling pandang-memandang. Senyum mulai merekah mendekorasi wajah mereka yang cantik jelita. Tukar-menukar cerita pun dimulai.
"Wah… Usia kandungan kita ternyata sama juga ya… Tiba-tiba saja merasa kita ini senasib…" kata Natsumi Kyoko dengan nada antusias.
"Boleh kita berkenalan?" tanya Kimberly Phandana mengulurkan tangannya. Akhirnya ketiga wanita muda yang sedang hamil tersebut saling memperkenalkan nama mereka. Mereka duduk dan meneruskan percakapan mereka seputar kehamilan mereka.
Tentu saja mereka berdua jauh lebih beruntung. Ada suami mereka di samping mereka yang bisa mereka jadikan tempat berbagi keluh kesah, tempat bersandar ketika morning sickness melanda, dan semacam sumber kekuatan dan cinta bagi mereka untuk melewati masa-masa kehamilan ini.
Jadi sedikit khawatir aku… Aku bakalan sendirian sampai kedua anak kembar ini lahir nantinya… Apalagi nanti masa-masa bulan ketujuh atau bulan kedelapan dan masa-masa menjelang kelahiran si kembar ini… Terdengar gerunyam senandika batin Junny Belle yang tidak kunjung berhenti. Namun, dia tetap berusaha menampilkan sebersit senyuman lemah lembutnya kepada Natsumi Kyoko dan Kimberly Phandana.
"Mana suamimu, Junny Belle?" tanya Kimberly Phandana.
"Lagi di Sydney. Dia sibuk sekali di sana…" kata Junny Belle ala kadarnya.
"Apakah dia tidak pulang ke sini menengokmu dan bayimu?" tanya Natsumi Kyoko sedikit mengerutkan dahinya.
"Dia mengurus hotel-hotelnya di sana… Kami hanya bertukar kabar melalui video call dan chatting…" kata Junny Belle terpaksa sedikit berbohong.
"Hotel apa ya kalau boleh tahu?" tanya Natsumi Kyoko.
"The Pride…" jawab Junny Belle.
"Wow… The Pride ada cabang-cabang di banyak negara. Beruntung sekali kau bisa menikah dengan keluarga pemilik The Pride," kata Natsumi Kyoko.
"Kedua anak kembar itu akan menjadi penerus bisnis raksasa The Pride ke depannya. Beruntung sekali kau, Junny Belle…" sahut Kimberly Phandana. Junny Belle hanya tersipu malu.
Dalam hati, Junny Belle kembali meratapi nasibnya yang kurang beruntung. Seandainya Max Julius ada di sampingku sekarang, dan tinggal dalam rumah yang sama denganku sekarang... Kebahagiaanku akan terasa lebih lengkap. Oh, Tuhan… Semoga penyakitku ini tidak kambuh, setidaknya sampai waktu persalinanku nanti…
"Sudah ada rencana mau kasih nama apa untuk bayi kembar tigamu, Natsumi?" tanya Junny Belle lemah lembut.
"Minggu depan suamiku akan bawa aku ke dokter kandungan cek jenis kelamin mereka. Dari sanalah aku akan bisa mendiskusikan dengan suamiku kira-kira mereka bertiga akan diberi nama apa…" jawab Natsumi Kyoko.
"Oh ya…? Lusa nanti Sean akan bawa aku ke dokter kandungan cek jenis kelamin mereka. Habis itu, kami akan bisa mendiskusikan kira-kira kedua bayi kembar ini akan dipanggil dengan nama apa…" kata Kimberly Phandana ringan dan santai.
Minuman pesanan Kimberly Phandana dan Natsumi Kyoko dihidangkan di depan mereka. Mereka menyeruput minuman mereka dengan santai.
"Bagaimana kau sendiri, Jun? Apakah kau sudah mengetahui jenis kelamin kedua bayi kembarmu ini?" tanya Natsumi Kyoko.
Natsumi Kyoko hanya menggeleng lembut. Sedikit senyuman miris muncul dan mendekorasi wajahnya. Dia sendiri belum memutuskan kapan akan ke dokter kandungan yang ada di Jakarta sini dan memeriksakan kedua bayi kembarnya.
"Minggu depan aku akan pergi ke dokter kandungan ditemani oleh suamiku. Kau bisa ikut kami jika kau tidak keberatan…" kata Natsumi Kyoko merasa antusias. Ada teman barunya sekarang, dalam kondisi yang sama – tengah hamil muda, tengah mengandung bayi kembar.
Perlu beberapa detik bagi Junny Belle untuk berpikir sebelum akhirnya dia mengangguk mengiyakan.
"Apakah tidak merepotkan kalian?" tanya Junny Belle sedikit merasa tidak enak hati.
"Tentu saja tidak… Aku senang berkenalan denganmu… Mungkin karena kondisi kita sama – sama-sama tengah mengandung bayi kembar…" kata Natsumi Kyoko kemudian meledak dalam tawa lepasnya.
Junny Belle hanya tersenyum sedikit lirih menanggapi candaan teman barunya.
"Heran ya… Kita sama-sama mengandung anak kembar dan usia kandungan kita tak berbeda jauh. Apakah ini yang disebut jodoh?" celetuk Kimberly Phandana.
"Bisa jadi…" jawab Junny Belle singkat ala kadarnya.
"Sehabis kita memeriksakan kandungan kita minggu depan, aku ada beberapa rekomendasi nama bayi, Jun… Mungkin… Mungkin kau bisa mendiskusikannya dengan suamimu nanti…" kata Natsumi Kyoko dengan antusias.
Junny Belle hanya mengangguk lirih. Bilur-bilur kerinduan kembali mengeriap dalam padang sanubari. Bayangan Max Julius kembali membayang-bayangi. Segala kenangan manis di antara mereka selama ini kembali menggelimuni. Segala cinta, perhatian dan bahkan sentuhan, ciuman, dan belaian dari lelaki tampan nirmala itu kembali menggeligit pangkal sukma Junny Belle Polaris.
"Kami akan pergi berbelanja beberapa bumbu masak dan perlengkapan dapur. Kau mau ikut, Junny Belle?" ajak Kimberly Phandana.
"Aku... Aku…" Merasa sedikit serba salah, Junny Belle terjepit di antara kedua pilihan apakah ia mau mengikuti ajakan kedua teman barunya ini atau menolak ajakan mereka.
"Sudahlah… Ikut saja… Hanya sampai tengah hari kok…" kata Natsumi Kyoko berusaha mengajak Junny Belle supaya ikut dengan mereka. "Kau bisa meninggalkan toko roti ini sebentar kepada beberapa karyawati dan pembantumu itu."
"Iya… Ikut saja, Jun… Hanya sampai tengah hari… Suami kami juga tidak mengizinkan kami jalan-jalan melewati tengah hari…" kata Kimberly Phandana tersenyum penuh antusiasme.
Akhirnya Junny Belle mengangguk mengiyakan. "Tunggu sebentar ya… Aku ganti baju dulu…"
Sambil membelai-belai perutnya yang sudah mulai membesar, Junny Belle menaiki anak-anak tangga dan masuk ke dalam kamarnya. Dia berganti pakaian. Terlihat Junny Belle sedikit senang dan antusias akan ikut kedua teman barunya di Jakarta sini jalan-jalan membeli bumbu masak dan perlengkapan dapur.