Chereads / 3MJ / Chapter 276 - Sean Jauhari & Kimberly Phandana ke Toko Roti

Chapter 276 - Sean Jauhari & Kimberly Phandana ke Toko Roti

"Lihat itu kan?" Gantian Max Julius yang berujar kepada Adam Levano Smith dengan wajah penuh kepuasan dan kemenangan.

Adam Levano Smith kini menatap ke arah Junny Belle Polaris seraya mengernyitkan dahinya dalam. Karena kini gadis cantik jelita itu memilih akan ikut dengan kekasih lamanya yang tampan nirmala, sungguh Adam Levano Smith menjadi membisu seribu bahasa dan tidak tahu apa yang mesti diucapkannya lagi. Dia mengira benaran tadi Junny Belle sudah mengakhiri kebersamaannya dengan sang pangeran tampannya ini. Kenapa kini malah masih ingin ikut dengannya? Apa sebenarnya yang ada dalam pikiran Junny Belle yang penuh dengan misteri ini?

"Jadi orang jangan tinggi sekali kepercayaan dirimu, Bro…" desis Max Julius dengan tatapan mata tajam ke arah Adam Levano Smith.

Adam Levano Smith hanya membisu seribu bahasa. Tidak mungkin pula ia berterus-terang ia telah menguping pembicaraan antara Max Julius dan Junny Belle di tangga bagian belakang sekolah.

Max Julius menarik lembut tangan Junny Belle. Seperti tersihir oleh pesona sang pangeran tampan, Junny Belle menurut saja dan mengikuti ke mana langkah-langkah sang pangeran tampan nirmala membawanya.

Sesampainya mereka di areal parkiran sepeda dan sepeda motor, Max Julius melepaskan gandengan tangannya dan menatap sang bidadari cantik jelita dengan sinar mata lembut.

"Kenapa kau masih ingin ikut denganku, Junny Darling?"

Junny Belle hanya menatap sang pangeran tampan dengan sepasang matanya yang berwarna cokelat gelap. Mulutnya sedikit terbabang, tapi tak ada satu pun yang bisa dilontarkannya pada waktu itu. Lagi-lagi Lolita Jacqueline Wijaya memergoki mereka di areal parkiran tersebut. Jiwa Lolita Jacqueline yang memang suka bergosip memutuskan untuk menguping lagi pembicaraan di antara kedua insan tersebut.

"Aku… Aku…"

"Kau benaran ingin mengakhiri hubungan kita?" tanya Max Julius cepat.

"Tidak…" kata Junny Belle secara refleks juga. Namun, detik berikutnya ia segera tersadarkan dan ia sungguh terperanjat kaget. Ia menutupi mulutnya dengan kedua tangan.

Sambil tersenyum cerah, Max Julius perlahan-lahan meraih kedua tangan sang bidadari cantik jelita dan menurunkannya dari wajah yang sungguh cantik memabukkan itu.

"Katakan padaku apa sebenarnya yang telah terjadi, Junny Darling… Aku siap mendengarkannya…"

Junny Belle menatap ke sang pangeran tampan nirmala dengan sorot mata nanar yang menyimpan segudang ketidakberdayaan. Sekonyong-konyong air matanya mulai jatuh tak tertahankan. Kedua bahunya mulai terlihat terguncang halus dan mulai terdengar sedikit isakan. Junny Belle sungguh tidak bisa membendung gundah dan gulananya lagi. Ia mulai berpikir. Apakah ini sudah saatnya baginya untuk menceritakan segalanya kepada sang pangeran tampan nirmala yang berdiri di hadapannya ini?

"Aku takut…"

"Takut apa? Jangan menangis, Darling…" Tangan Max Julius menyeka ekor mata sang gadis cantik jelita dengan lemah lembut. Sinar mata yang dipancarkan oleh sang pangeran tampan nirmala sungguh menyihir Junny Belle. Ingin rasanya Junny Belle langsung menenggelamkan diri ke dalam pelukan sang pangeran tampan saat itu juga dan tak pernah ingin keluar lagi.

"Aku takut begitu kau tahu yang sebenarnya tentang aku, kau akan langsung meninggalkanku dan tak ingin bersama-sama denganku lagi…" Kini tangisan Junny Belle mulai menyeruak. Air matanya mulai menganak sungai. Ia mulai terisak-isak.

"Aku tak mungkin bisa meninggalkanmu, Darling… Aku akan berbagi derita dan sedih ini denganmu… Kira-kira apa yang telah terjadi sehingga darlingku ini menjadi sesedih ini?" Tangan Max Julius terus menyeka ekor mata dengan air mata yang terus bergulir tiada henti. Seandainya saja air mata sang bidadari cantik jelita bisa berubah menjadi mutiara, tentu saja Max Julius sudah panen dan kaya mendadak.

Perlahan-lahan Max Julius merengkuh sang bidadari cantik jelita ke dalam dekapan kehangatannya. Karena sang bidadari cantik jelita sama sekali tidak menolak dan memberontak, tangan Max Julius mulai terangkat dan perlahan-lahan membelai-belai kepala hingga punggung sang bidadari cantik jelita.

"Ceritakanlah padaku, Darling… Aku siap berbagi denganmu… Aku akan selalu berada di sampingmu… Tak mungkin aku akan meninggalkanmu, Darling…"

"Benarkah…?"

"Aku bersumpah atas seluruh cinta di jagat raya ini…" kata Max Julius meledak dalam tawa lepasnya.

Junny Belle mulai tersenyum karena guyonan yang dibuat oleh sang pangeran tampan nirmala. Lolita Jacqueline yang juga mendengar guyonan Max Julius tadi hanya bisa mencebikkan mulutnya tanpa bersuara sedikit pun. Dia masih terus mengikuti perkembangan drama China atau drama Korea yang terjadi di antara Max Julius dan Junny Belle Polaris.

"Aku akan menceritakannya kepadamu, Max… Semuanya… Aku ingin bertemu denganmu di depan gudang panti asuhan tempat tinggalmu besok pagi – sambil sarapan bersama…" kata Junny Belle setelah ia agak tenang dan air matanya sudah berhenti mengalir.

"Oke deh… Besok ternyata hari Minggu…" kata Max Julius tersenyum cerah. "Jangan menangis lagi… Aku akan selalu di sampingmu… Aku akan selalu menjaga dan melindungimu…"

Ternyata yang diucapkan oleh Max Julius waktu itu kini benar-benar berubah menjadi suatu janji yang akan terus dan selalu ditepatinya – menjadi suatu janji yang benar-benar tidak terwakilkan, tidak tergantikan.

Begitu Junny Belle Polaris membuka matanya, ternyata hari sudah pagi. Ia melirik jam yang tergantung di dinding kamar. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh lewat. Junny Belle mengangkat kepala dan badannya yang terasa sedikit berat pada pagi hari itu.

Mendadak lagi rasa mual dan pening kembali menyerang. Dia cepat-cepat bergerak ke kamar mandi untuk muntah. Setelah puas, ia mulai menggosok gigi dan mencuci muka. Dia berganti pakaian menjadi pakaian yang biasa ia pakai ketika ia berjaga-jaga di toko rotinya di lantai bawah.

Junny Belle tidak lupa sarapan bubur gandumnya pagi itu. Ditemani jus strawberry dan beberapa potongan pir dan pisang, ia mulai menyantap sarapan bubur gandumnya pagi itu.

Jam delapan kurang lima menit, ketiga karyawatinya mulai datang. Dengan demikian, kembali Junny Belle membuka toko rotinya dan menjalankan usaha kecil-kecilannya pagi itu. Beberapa ibu-ibu, bapak-bapak, orang-orang kantoran, anak-anak kuliahan, dan anak-anak sekolah kembali memadati toko rotinya pagi itu. Ada beberapa yang bahkan duduk-duduk sambil makan roti dan minum-minum sedikit di kafe kecil yang disediakannya di lantai bawah rumahnya.

Mobil Sean Jauhari juga merapat ke toko roti Junny Belle yang kebetulan menempati rumah pertama kompleks perumahan tersebut – yang langsung menghadap ke jalan besar. Seperti pagi-pagi biasa, pagi itu juga Sean Jauhari yang bawa mobil sendiri mengantar istrinya ke toko roti yang dikehendakinya.