Mendadak saja seorang pemuda yang kira-kira sebaya dengannya mencegat tangannya. Aira Antlia berpaling ke samping dan sontak tersenyum semringah. Tentu saja Clark Campbell mengerutkan dahinya menyaksikan pemandangan itu. Dia mulai berdiri dan berjalan ke tempat di mana Aira Antlia berdiri sekarang – perlahan tapi pasti.
"Sudah lama tidak ketemu, kau langsung melupakanku begitu saja, Aira…" gumam si pemuda yang mencegat lengan Aira Antlia tadi.
"Oh, Lucas… Lucas Van Williams kan?" tanya Aira Antlia menunjuk ke si pemuda tersebut, masih dengan senyuman semringah mendekorasi wajahnya yang cantik jelita. Ia mengibaskan rambutnya yang panjang ke belakang punggung sehingga ia bisa berbicara dengan lebih leluasa.
Lucas Van Williams meledak dalam tawa lepasnya. "Iya… Kau tidak perlu menyebut nama lengkapku begitu… Aku belum hilang ingatan kok…"
"Sudah lama tidak ketemu kita… Kau masih tinggal di Darwin?" tanya Aira Antlia penuh semangat. Untuk sejenak, dia benar-benar melupakan ada sang kekasih pujaan hati yang tengah menunggunya untuk mengantarnya kembali ke toko roti.
Mendadak saja Lucas Van merentangkan kedua tangannya. Aira Antlia jadi terheran-heran dan sedikit mengernyitkan dahinya.
"Kenapa, Lucas?" tanya Aira Antlia sedikit bingung.
Mendadak saja Lucas meraih Aira Antlia ke dalam pelukan kehangatannya. Sontak api kecemburuan mulai tersulut dan menyala di pihak Clark Campbell.
"Sudah lama tidak ketemu, masa kau tidak ingin memberiku sedikit pelukan…" Lucas Van meledak dalam tawa lepasnya – dengan sedikit sorot mata yang berbalut kerinduan.
Aira Antlia menjadi sedikit aneh. Dia buru-buru melepaskan diri dari pelukan Lucas Van Williams.
"Sudah dewasa kita loh, Lucas… Kurang tepat saja main peluk-pelukan…" kata Aira Antlia tertawa sedikit kikuk.
Lucas Van sedikit bersungut kesal. "Dulu waktu kecil kita selalu bermain bersama-sama. Kau mau saja kupeluk. Sekarang setelah dewasa kau sudah berubah rupanya. Sakitnya hatiku…"
Lucas Van memunculkan akting drama menjadi seorang pria yang patah hati. Aira Antlia menjadi merasa serba salah.
"Bukan begitu, Lucas… Kan sudah besar… sudah dewasa… Jadi, yah jangan main peluk-pelukan lagi…" kata Aira Antlia lagi, masih merasa serba salah.
"Kabarku baik… Aku tinggal di Adelaide sekarang, membantu-bantu di pabrik pakaian jadi milik ayahku. Kau sendiri bagaimana? Kerja di toko roti kau kan? Paman Timmy dan Bibi Melly bilang kau sudah tinggal di Sydney sekarang dan kerja di toko roti. Wow… Aku turut senang untukmu, Aira…" kata Lucas Van tersenyum cerah.
Sambil berbicara, Lucas Van terlihat beberapa kali menyentuh dan memegang lengan Aira Antlia yang seputih dan semulus keramik China. Api kecemburuan semakin menjalar ke ubun-ubun Clark Campbell.
"Aku hanya bekerja di toko roti itu. Toko roti itu bukan punyaku. Tidak ada yang perlu dibanggakan sama sekali…" kata Aira Antlia sedikit menunduk tersipu malu.
"Tentu saja harus bangga dong… Akan kuceritakan pada Paman Timmy dan Bibi Melly kau sudah cukup sukses di sini… Lihat saja… Cara berpakaianmu saja sudah berbeda sekarang…" kata Lucas Van memegang-megang dan menyentuh-nyentuh lengan putih dan mulus Aira Antlia lagi.
Mendadak saja Clark Campbell berdeham di samping sang kekasih cantik jelita kesayangannya. Ia meletakkan tangannya secara protektif di bahu Aira Antlia. Aira Antlia jadi merasa serba salah.
"Aira Sayang… Siapa ini ya kalau aku boleh tahu?" tanya Clark Campbell menatap tajam ke arah Lucas Van Williams.
"Oh, Clark… Perkenalkan… Ini teman semasa kecilku sewaktu aku tinggal di Darwin. Lucas… Lucas Van Williams."
Aira Antlia kini berpaling ke arah Lucas Van Williams. "Lucas… Ini kekasihku… Clark Campbell…"
Namun, Aira Antlia merasa heran. Ia sungguh heran ia bisa memperkenalkan Clark Campbell sebagai kekasihnya dengan begitu lugas.
Hilang sudah semua senyuman cerah dan senyuman ceria yang ditampilkan oleh Lucas Van Williams barusan. Dia kini menatap tajam ke Clark Campbell yang juga sedang menatap tajam ke arahnya.
"Kekasih ya…?" tanyanya sinis. Aira Antlia menjadi sedikit mengerutkan dahi. Ada apa dengan pertanyaan Lucas Van Williams yang barusan ya?
"Apakah Paman Timmy dan Bibi Melly sudah tahu kau memiliki kekasih di Sydney sini?" tanya Lucas Van Williams dengan sorot mata penuh arti.
"Belum tahu… Belum musim liburan, Lucas… Tiba musim liburan nanti, aku akan ajak Clark ke Darwin untuk menjumpai mereka. Aku akan memperkenalkan Clark kepada mereka…" kata Aira Antlia penuh semangat.
"Oh ya, Aira Sayang… Aku lupa bilang… Tiba musim liburan nanti, aku juga akan mengajakmu ke Los Angeles menjumpai kedua orang tuaku. Aku juga akan memperkenalkanmu kepada mereka," kata Clark Campbell masih menatap tajam penuh arti ke arah Lucas Van Williams.
Lucas Van Williams mengatupkan sepasang bibirnya seraya mangut-mangut saja. Dia menggigit bibir bawahnya dan masih menatap tajam penuh arti kepada Clark Campbell.
"Oke deh… Bawa dia ke Darwin… Jumpai dulu Paman Timmy dan Bibi Melly… Dengan demikian, aku baru akan memberimu ucapan selamat, Aira…" kata Lucas Van Williams masih dengan sorot matanya yang penuh arti.
Aira Antlia mengangguk dengan antusias. Baru saja ia ingin membuka mulut dan menanggapi, Lucas Van Williams sudah menginterupsinya.
"Jangan terburu-buru memutuskan, Aira… Pikirkan dulu baik-baik dan pertimbangkan dulu matang-matang…" kata Lucas Van Williams.
"Oh, itu pasti, Lucas…" kata Aira Antlia mengangguk mantap. Sekarang terlihat senyuman yang sedikit kikuk menghiasi wajahnya yang cantik jelita.
"Aku masih ada kesibukan lain… Permisi dulu…" kata Lucas Van Williams mengundurkan diri. Senyumannya menjadi dingin nan ala kadarnya. Dia sama sekali tidak menatap Clark Campbell sedikit pun ketika ia berlalu dari hadapan pasangan kekasih tersebut.
"Bisa kita ke mobil sekarang? Kau sudah terlambat balik ke toko roti ini kan?" tanya Clark Campbell sedikit bersungut dan dengan raut wajah yang sedikit mengerucut.
"Iya… Sudah bisa balik kita…" gumam Aira Antlia mengulum senyumannya.
Clark Campbell diam saja ketika berjalan ke arah mobilnya. Aira Antlia hanya mengekori lelaki itu dari belakang seraya terus mengulum senyumannya. Ketika sudah hampir sampai di mobil, Aira Antlia menarik lembut tangan sang kekasih pujaan hati dan menghentikan langkah-langkah lelaki itu.
"Kau tidak ingin menanyakan sesuatu kepadaku, Clark?" tanya Aira Antlia lembut.
"Aku tidak ingin bertanya apa-apa padamu. Aku ingin menyuruhmu untuk tidak lagi contact dengan laki-laki itu, Aira Sayang…" kata Clark Campbell mulai bersungut kesal laksana anak kecil yang mainannya hendak direbut anak lain.
"Dia hanya teman masa kecilku di Darwin, Clark… Tidak heran dia bisa mengenal kedua orang tuaku. Hanya itu… Tidak lebih… Dia pindah ketika kami berusia sepuluh tahun. Sudah lama tidak ketemu lagi dan baru tadi saja ketemu. Dia bukanlah siapa-siapa," kata Aira Antlia selembut mungkin. Dia mengelus-elus tangan sang kekasih tampan nirmala guna memadamkan api kecemburuannya.
Clark Campbell masih terlihat kesal dengan raut wajahnya yang masih mengerucut.