Max Julius semakin pusing dan berdirinya tidak tegak seperti biasa lagi. Satu tinju didaratkan oleh Adam Levano Smith ke wajahnya. Max Julius mundur terhuyung-huyung ke belakang.
"Justru karena kami tidak bisa mengalahkanmu secara langsung, makanya kami mempergunakan bubuk orpiment kuning ini! Bagaimana rasanya! Aku ingin lihat apakah kau masih bisa bersikap angkuh dan sombong seperti biasanya atau tidak!" tukas Vallentco Harianto dengan sebersit seringai sinis yang sungguh-sungguh menyebalkan.
"Ternyata hasil pengamatanmu tidaklah keliru, Lolita… Kau memang pantas menyandang gelar detektif terhebat di SMP sekolah kita ini…" puji Jay Frans Xaverius juga dengan sebersit seringai sinis ke arah Max Julius.
"Terima kasih…" sahut Lolita Jacqueline Wijaya menyeringai puas dan penuh kemenangan.
Adam Levano Smith mendaratkan satu tendangan ke perut Max Julius. Kali ini benaran Max Julius terjungkal ke belakang. Rasa pusing masih menyerangnya. Pandangannya serasa berputar-putar dan ia sungguh tidak bisa memperoleh kembali keseimbangannya.
Pas pada saat Adam Levano Smith ingin mendaratkan tendangannya yang berikutnya, mendadak Junny Belle Polaris muncul di hadapannya dan menghalanginya.
"Apa yang kaulakukan di sini, Junny Belle?" tanya Adam Levano Smith terhenyak kaget.
"Justru aku yang ingin bertanya pada kalian! Apa yang sedang kalian lakukan di sini!" teriak Junny Belle panik dengan napasnya yang tersengal-sengal.
Ketiga anak laki-laki itu tidak bisa menjawab apa-apa. Lolita Jacqueline Wijaya yang sejak awal memang tidak suka dengan Junny Belle, melihat adanya kesempatan untuk membalaskan segala sakit hatinya selama ini pada Junny Belle Polaris.
"Kami sedang memberi pelajaran kepada seseorang yang sok kuat dan sok perkasa selama ini!" tukas Lolita Jacqueline Wijaya dengan sedikit sinisme.
Junny Belle Polaris berpaling melihat keadaan sang lelaki tampan nirmala sejenak. Matanya sontak membesar mengenali bubuk warna kuning kemerahan yang menjadi satu-satunya kelemahan Max Julius itu.
"Kalian sampai berani membeli bubuk ruby arsenik untuk bisa mengalahkan Max Julius! Sungguh tidak kusangka kalian bisa mempergunakan cara yang sedemikian rendah hanya untuk mengalahkan Max Julius!"
"Untuk mengalahkan manusia sombong dan congkak seperti dia, aku rasa segala cara, segala jalan wajib dicoba!" desis Lolita Jacqueline Wijaya masih dengan sinisme yang sama.
"Apa sih salah Max Julius terhadap kalian! Apa sih kesalahan kami terhadap kalian! Kenapa kalian begitu suka mencari masalah dengan kami!" teriak Junny Belle setengah melolong.
"Tidak ada… Hanya saja aku paling tidak suka melihat adanya manusia yang begitu angkuh, begitu sombong, begitu merasa dirinya berada di atas angin selama ini…" gumam Lolita Jacqueline Wijaya dengan sebersit seringai sinis yang sungguh menyebalkan.
"Dan karena kau telah melemparinya dengan bubuk ruby arsenik, kini kau merasa dirimu berdiri di atas angin?" desis Junny Belle dengan sorot mata nanar.
"Tentu saja… Mulai hari ini, kapan pun dia bertemu dengan kami, dia harus sadar kami ini adalah sekumpulan orang-orang yang bisa mengalahkannya dengan mempergunakan bubuk warna kuning kemerahan itu. Jelas kan?" Lolita Jacqueline Wijaya menyeringai sinis lagi dan lagi.
"Oke… Aku akan merekam tindakan kalian ini. Kalau kalian masih tidak mau pergi dari sini, aku akan mengirimkan video ini kepada kepala sekolah," kata Junny Belle mulai mengeluarkan ponselnya dari saku roknya.
"Memangnya kau berani merekam kami? Kau berani merekam kami dan mengirimkan videonya ke kepala sekolah nanti? Coba tunjukkan keberanianmu! Ayo tunjukkan!" desis Lolita Jacqueline dengan suara rendah yang tajam mengerikan dan mulai mencengkeram lengan kanan Junny Belle.
Junny Belle mulai mengaduh kesakitan dan ponselnya akhirnya terlepas dari genggaman tangannya.
"Sudahlah, Lolita… Hentikan… Dia hanyalah gadis lemah… Kita sudah sepakat bahwasanya yang akan menjadi sasaran kita hari ini adalah Max Julius, bukan dia…" kata Adam Levano Smith merasa sedikit serba salah – tidak tahu harus memihak Lolita Jacqueline Wijaya atau Junny Belle Polaris.
"Iya… Memang dia adalah seorang gadis yang lemah, gadis yang tidak berguna, gadis yang tidak tahu apa-apa, dan hanya bisa mempergunakan kecantikannya itu untuk menjerat laki-laki! Aku ingin menunjukkan kepadamu kau tak pantas menyukai dan bahkan tergila-gila pada gadis model beginian! Mengerti kau, Adam Levano?" hardik Lolita Jacqueline Wijaya ke arah Adam Levano Smith dengan sarkasme yang meningkat tajam.
Lolita Jacqueline berpaling kembali ke arah Junny Belle yang lengan kanannya masih berada dalam cengkeramannya.
"Kau ingin merekam video kami dan mengirimkannya kepada kepala sekolah kan? Oke, rekamlah… Rekam video kami dan kirimkan kepada si kepala sekolah brengsek itu! Bilang pada si kepala sekolah kami berempat telah melakukan perundungan terhadapmu dan terhadap Max Julius di pelataran parkir ini! Ayo rekam! Ayo ambil ponsel itu dengan tanganmu sendiri dan rekam aksi perundungan kami!" sergah Lolita Jacqueline Wijaya dengan sarkasme dan sinisme yang sudah berada di atas angin.
Dengan masih mencengkeram lengan kanan Junny Belle Polaris, Lolita Jacqueline Wijaya menginjak-nginjak ponsel Junny Belle yang ada di lantai parkir sampai hancur. Ketiga laki-laki yang berdiri di belakangnya hanya menyaksikan aksi perundungan itu dalam diam.
"Ambillah ponselmu ini dan rekam tindakan kami! Ambil dan rekam, kalau kau bisa!" Lolita Jacqueline Wijaya meledak dalam tawa renyah dengan sarkasme yang melonjak tinggi.
"Lepaskan aku, Lolita! Lepaskan aku, Lolita!" teriak Junny Belle tidak berdaya. Dia yang bertubuh lebih kecil daripada Lolita Jacqueline Wijaya tentu saja tak kuasa melawan tenaga anak perempuan itu.
Di luar dugaannya, efek bubuk ruby arsenik pada Max Julius akan mulai berkurang setelah lewat lima menit. Dengan mengerahkan seluruh kekuatannya, tentu saja Max Julius bisa berdiri sekarang. Satu tamparan mendarat ke wajah Lolita Jacqueline Wijaya. Sambil memekik nyaring, tubuh Lolita Jacqueline Wijaya terhempas ke samping dan menghantam pot-pot tanaman yang berjejer di sana. Pot-pot tanaman hancur berkeping-keping di lantai. Ada satu tumbuhan kaktus yang jatuh dan langsung mengenai tangan dan kaki Lolita Jacqueline Wijaya. Lolita Jacqueline Wijaya memekik nyaring. Hilang sudah semua sinisme dan sarkasme yang ditunjukkannya tadi.
Junny Belle baru bisa terlepas dari cengkeraman tangan Lolita Jacqueline Wijaya. Dia sedikit bernapas lega.
"Masih bisa bangun kau ya!" hardik Adam Levano Smith mulai menerjang ke arah Max Julius.
"Kau akan menyesal berurusan dengan kami hari ini, Max Julius!" Jay Frans Xaverius melemparkan sisa bubuk warna kuning kemerahan yang terakhir. Akan tetapi, Max Julius yang sudah bisa membaca pergerakan kedua tangannya dengan baik, bisa mengelak dari lemparan bubuk ruby arsenik itu.
"Majulah dan hadapi aku secara jantan! Jangan hanya pandai bermain-main dengan bubuk orpiment kuning itu, Bros!" kata Max Julius santai.
Dengan sigap, ia menarik tangan Jay Frans Xaverius dan memutar tangan anak lelaki itu ke belakang. Terdengar bunyi persendian yang terlepas. Jay Frans Xaverius menjerit dan melolong dengan nada tujuh oktaf. Dengan sekali tendangan pada daerah selangkangannya, Max Julius berhasil mengirimkan tubuh Jay Frans Xaverius ke belakang dan langsung menimpa Vallentco Harianto. Keduanya jatuh di atas salah satu tanaman berduri lain yang juga bertebaran di lantai. Tentu saja pantat Vallentco Harianto tertusuk duri dan ia juga melolong dengan nada suara tujuh oktaf.