"Oke deh… Sepuluh menit lagi akan jam tujuh… Aku sudah tidak sabar ingin ke apartemen Aira Sayangku…" kata Clark Campbell menggosok-gosok kedua tangannya.
"Kau jangan main gasak saja ya malam ini…" sindir Max Julius – masih dengan mata yang sedikit mendelik tajam dan wajah tanpa ekspresi apa pun.
"Memangnya aku sama denganmu – main gasak saja, main bercocok tanam di rahim anak gadis orang dan kini kelimpungan mencari anak gadis orang yang tengah mengandung anakmu itu sana-sini!" sindir Clark Campbell balik.
"Itulah sebabnya… Aku tidak ingin kau sesak tersiksa seperti apa yang tengah kurasakan saat ini… Begitu kau menyentuh gadismu itu, percayalah padaku… Kau akan sangat merindukannya… Kau akan sangat menginginkannya – lagi dan lagi… Dan begitu kau tidak bertemu dengannya, apalagi sampai tidak tahu di mana ia berada sepertiku saat ini, percayalah padaku… Rasanya begitu buruk dan kau takkan menyukainya… Jadi sebelum kau menyentuhnya, alangkah baiknya kaunikahi dia dulu dan pastikan dia ada di dekatmu dalam 24 jam penuh, tujuh hari dalam seminggu, dan 365 hari dalam setahun. Itu kalau kau benar-benar mencintainya, Clark…"
"Tentu saja aku mencintainya… Saranmu tidak buruk, Max… Akan kususun strategi yang bagus untuk mengeksekusinya…" Clark Campbell menyeringai nakal.
"Iya… Selamat berjuang… Aku tidak berharap perjalanan romansa cintamu akan mencapai tahap seperti yang sedang kujalani sekarang ini… Rasanya benar-benar sesak menyiksa…" Max Julius menghela napas panjang.
Clark Campbell menelan ludahnya sebentar. Dia beranjak dari tempat duduknya dan meremas-remas lembut bahu kanan sang saudara sepupu.
"Bersabarlah… Aku yakin sebentar lagi akan ada berita bagus dari detektif sewaanmu itu… Aku pergi dulu… Sampai jumpa besok…" kata Clark Campbell mengundurkan diri.
Tinggallah Max Julius seorang diri. Dia tenggelam dalam alam lamunannya sampai-sampai ponselnya yang berdering tidak dihiraukannya lagi.
Qaydee Zax yang berusaha menghubungi lelaki yang dicintainya mulai kesal karena pria itu telah mengacuhkannya selama lebih dari dua minggu.
"Menghubungi siapa, Sayang?" Darwin Patterson memeluk gadis selingkuhannya dari belakang. Mereka berdua kini sedang dalam kondisi tiada sehelai benang pun karena baru saja bergulat panjang dalam permainan di atas tempat tidur yang beronde-ronde.
"Menghubungi Max Julius… Aku heran… Sudah dua minggu dia mengacuhkanku. Aku jadi curiga. Jangan-jangan dia sedang menyembunyikan sesuatu dariku sekarang…" Qaydee Zax mengerutkan dahinya dengan sinar matanya yang sedikit mendelik tajam.
"Kau masih punya aku, Sayang… Aku tidak kalah kan dibandingkan dengan si Max Julius itu?" rayu Darwin Patterson kini dengan kedua tangan nakalnya yang meremas-remas lembut kedua gundukan kembar milik wanita selingkuhannya.
"Tentu saja kau dan dia memiliki keistimewaan masing-masing. Masing-masing lelaki memiliki keistimewaan tersendiri dalam mataku. Aku tidak berencana membuat perbandingan di antara kalian berdua…" Qaydee Zax tersenyum sayu dan mulai menarik tuas kejantanan Darwin Patterson yang ada di bawah tubuhnya.
"Oke… Mari kita lanjutkan, Sayang…" Darwin Patterson mengenakan pengamannya dan mulai meneruskan permainan mereka yang bakalan sampai beronde-ronde.
Terdengar tawa cekikikan dari Qaydee Zax dalam apartemennya melewati malam yang panjang itu.
***
"Jadi detektif sewaan Max Julius sampai hari ini belum ada kabar ada di kota mana Junny Belle berada sekarang?" Aira Antlia melahap makan malamnya sambil menaikkan alisnya mendengarkan kabar terbaru dari sang kekasih super tampan.
"Iya… Tapi kau jangan bilang pada si dokter jantung itu ya bahwasanya sekarang Junny Belle sedang berada di Indonesia. Tahulah… Antara si dokter jantung dan saudara sepupuku, tentu saja aku berdiri di pihak saudara sepupuku dong…" tukas Clark Campbell.
"Aku tentu saja berada di pihak si dokter jantung…" kata Aira Antlia sedikit mengulum senyumannya.
"Aku tidak ingin memaksamu untuk sama-sama berdiri di pihakku. Akan tetapi, waktu akan menunjukkan wajah yang sebenarnya dari si dokter jantung itu, Aira Sayangku. Untuk mendapatkan Junny Belle, aku yakin dia itu tergolong ke dalam lelaki yang sanggup menghalalkan segala cara."
Mendadak saja Aira Antlia menghentikan makannya sejenak. Ia meraih kedua belahan pipi Clark Campbell dan mengarahkan wajah lelaki tampan nirmala itu ke arahnya.
"Just kidding… Setelah mendengarkan ceritamu mengenai Max Julius, aku memutuskan untuk berdiri di pihak kalian – di pihak lelaki yang memang benar-benar dicintai oleh Junny Belle sahabatku selama ini. Lagipula selama ini Max Julius juga sudah banyak menderita. Junny Belle juga sudah banyak menderita. Aku berharap keduanya segera bertemu dan hidup berbahagia."
Clark Campbell tersenyum cerah. Dia mengecup mesra bibir sang gadis cantik jelita.
"Thanks banget, Aira Sayangku… Aku senang kau bisa mengerti…"
"Aku jadi cemas pada Junny Belle sahabatku… Aku tahu Indonesia adalah kampung halamannya. Namun, di sana dia tidak lagi memiliki siapa-siapa. Dengan kondisinya yang tengah hamil anak kembar seperti itu, aku jadi tidak bisa berhenti mencemaskan dia."
"Dia wanita yang kuat. Aku yakin dia akan bisa menjaga dirinya sendiri…"
Kini Aira Antlia berpaling lagi ke diri sang kekasih super tampan dan menatap lelaki itu lekat-lekat.
"Kalau aku, kau akan bagaimana?"
"Hah? Apanya yang bagaimana?" tanya Clark Campbell sedikit terkesiap.
"Umpamanya aku berada di posisi Junny Belle sekarang – sendirian dan tengah mengandung anakmu, apa yang akan kaulakukan?"
"Tentu saja kau takkan mengalami posisi seperti yang dialami oleh Junny Belle sekarang, Aira Sayangku… Komunikasi di antara kita berjalan lancar. Seandainya aku sudah memilikimu dan aku tidak mengenakan pengaman waktu itu, tentu saja kupastikan kau tak bisa berpisah lagi dariku walau hanya sesenti. Selama 24 jam penuh, tujuh hari dalam seminggu, 365 hari dalam setahun, kau akan selalu berada dalam pantauanku… Kau mengerti?"
Clark Campbell mencubit gemas pipi sang gadis cantik jelita. Rona merah delima mulai menyelangkupi kedua belahan pipi sang gadis cantik jelita.
"Sudah deh… Anggap saja aku tidak pernah menanyakan hal itu kepadamu, Clark…"
"Kau sudah begitu tidak sabar ingin berbadan dua seperti Junny Belle sahabatmu itu, Aira Sayangku?" desis Clark Campbell seraya mengerling-ngerlingkan matanya dengan nakal.
Aira Antlia mencubit gemas lengan sang lelaki super tampan.
"Awww… Sakit, Aira Sayang…" Clark Campbell kemudian meledak dalam tawa lepasnya.
Clark Campbell mengambil kesempatan tersebut untuk mengulum dan melumat lagi bibir sang gadis cantik jelita. Clark Campbell begitu tenggelam dalam perasaannya sendiri, apalagi ketika dirasakannya sang gadis cantik jelita juga membalas ciuman dan kulumannya. Namun, dia tahu… Untuk sementara ini, dia tidak boleh melangkah lebih maju dulu. Segala sesuatunya membutuhkan waktu.
Clark Campbell menghentikan ciumannya. Tangan terangkat dan terus membelai-belai kepala hingga tengkuk belakang sang putri pujaan hati.
Aira Antlia menyuapi sebagian kecil makanan ke dalam mulut sang kekasih super tampan. Sang kekasih super tampan menyantapnya dengan super lahap.
Gembira berselarak di teluk pikiran Clark Campbell dan Aira Antlia Dickinson.