Chereads / 3MJ / Chapter 263 - Katakan 'Iya', Sayang

Chapter 263 - Katakan 'Iya', Sayang

Tangan Clark Campbell terus membelai-belai rambut dan kedua belahan pipi sang gadis cantik jelita.

"Aku kurang yakin kita bisa bersama, Clark… Aku… Aku…" Aira Antlia masih menatap sang pangeran tampan di depannya dengan sedikit sorot keraguan.

Sontak saja bibir Clark Campbell mendekat ke bibir sang gadis cantik jelitanya. Dia melumat bibir tipis, seksi menggiurkan tersebut selama beberapa detik. Hatinya langsung berbunga-bunga ketika dirasakannya sang gadis cantik jelitanya juga balas melumat dan mengulum bibirnya.

"Aku akan buang jauh-jauh keraguanmu itu, Aira Sayang… Katakan 'iya', Sayang…" bisik Clark Campbell mesra.

Detik-detik berlalu… Akhirnya, Aira Antlia menganggukkan kepalanya sembari mengatakan, "Iya…"

Ciuman kembali didaratkan oleh Clark Campbell ke sepasang bibir tipis, seksi menggiurkan milik sang gadis cantik jelitanya. Dia melepaskan ciumannya dan kemudian merengkuh sang gadis cantik jelita ke dalam pelukan kehangatannya.

Aira Antlia tersenyum lemah lembut kendati masih ada sedikit keraguan dalam padang sanubarinya.

Inikah cinta…? Inikah yang selama ini dirasakan oleh sahabatku Junny Belle sehingga dia berani mempertaruhkan segalanya dan mengambil segala risiko dengan membiarkan dirinya hamil dua anak kembar dari lelaki yang sangat dicintainya? Umpamanya… Umpamanya aku ada di posisi Junny Belle sekarang ini, apakah… apakah aku berani membiarkan diriku hamil, hamil anak dari Clark dengan harapan adanya seorang bayi di antara kami, Clark akan terus berada di sisiku?

Pertanyaan tersebut tetap menjadi sebuah 'umpamanya' dalam padang sanubari Aira Antlia yang tidak terjawab pada saat itu.

***

Seminggu berlalu sudah…

Hari sudah malam ketika Clark Campbell melangkah masuk ke dalam ruangan kerja Max Julius Campbell. Terlihat Max Julius Campbell sedikit membanting ponselnya ke atas meja tulisnya dengan sedikit gusar.

"Ada apa? Tidak adakah kabar baik dari sang detektif sewaanmu itu?" tanya Clark Campbell langsung duduk di kursi di depan meja tulis saudara sepupunya tanpa dipersilakan.

"Dia mendapat kabar Junny Darlingku sempat memesan tiket pesawat ke Indonesia. Kutebak Junny Darlingku pasti kembali ke kota Surabaya, kota tempat tinggal kami dulu. Aku minta si detektif ini lacak keberadaan Junny Darlingku di kota Surabaya itu, namun sampai sekarang dia belum bisa menemukan keberadaan Junny Darlingku di kota itu," sahut Max Julius gusar.

"Kudengar kalau tidak salah, kota itu adalah kota kedua terbesar di Indonesia kan? Perlu waktu beberapa hari lagi mungkin, Max… Bersabarlah…"

Max Julius hanya menyandarkan kepalanya ke sandaran kursinya sembari menyisir rambutnya ke belakang.

"Kau sudah begitu merindukannya? Kau sudah sebegitu tidak sabarnya ingin bertemu dengannya?" tanya Clark Campbell.

"Tentu saja… Aku sudah tidak tahan ingin memeluknya, menciumnya, dan kalau kondisi memungkinkan, kembali melumatnya habis dalam pelukanku di atas tempat tidurku…" kata Max Julius sedikit sesak tersiksa oleh cinta dan kerinduannya.

"Jangan berhubungan kasar dengannya, Max… Ada kedua bayi kembarmu dalam kandungannya sekarang…" kata Clark Campbell meledak dalam tawa renyahnya.

"Tentu saja nggak… Aku akan memperlakukannya dengan lembut… Mulai dari hari ketika aku mengetahui kenyataan yang sebenarnya itu, aku tak mungkin bisa mengasarinya lagi. Mengasarinya sama saja dengan mengiris dagingku sendiri."

Max Julius menerawang keluar melalui dinding kaca ruangan kerjanya. Tampaklah pemandangan seantero Sydney di malam hari.

"Sekarang kalau dipikir-pikir kembali, aku begitu merindukan senyuman dan ekspresi wajahnya ketika dia mengobrol ringan denganku, Clark… Apabila aku bisa mendapatkan kembali hari-hari itu, tiada lagi penyesalan dalam hidupku…" kata Max Julius.

"Bersabarlah… Hari-hari itu akan segera menyapa kehidupanmu… Aku yakin itu…" sahut Clark Campbell dengan sebersit senyuman cerah.

Max Julius kembali menerawang keluar melalui dinding kaca ruangan kerjanya sembari menghela napas panjang.

"Bagaimana denganmu? Kau sudah berhasil meyakinkan gadismu itu mengenai perasaanmu terhadapnya?" tanya Max Julius Campbell.

"Tentu dong… Aku adalah Clark Campbell dan aku pasti bisa membuat gadisku mengerti bagaimana perasaanku yang sesungguhnya terhadapnya. Hanya saja, dia masih memiliki sedikit keraguan terhadapku. Katanya kami berasal dari dua dunia yang berbeda."

"Dia berasal dari kalangan bawah?" tanya Max Julius mengerutkan dahinya.

"Ayahnya seorang pengrajin kayu. Ibunya ya ibu rumah tangga biasa. Kedua orang tuanya tinggal di Darwin."

"Jauh juga ya dia merantau sampai ke Sydney sini…"

"Untuk mencari penghidupan dengan tingkat perekonomian yang lebih tinggi, Max," sahut Clark Campbell dengan sebersit senyuman simpul.

"Kalau begitu, yakinkan dia kau tidak peduli dua dunia yang ada di tengah-tengah kalian sekarang. Asalkan hati kalian ada pada satu sama lain dan kalian saling mencintai, saling memahami, dan saling mempercayai, masalah 'dua dunia' itu tentu saja takkan menjadi masalah," sahut Max Julius juga dengan sebersit senyuman simpul.

"Ya… Itulah yang tengah aku lakukan sekarang…" kata Clark Campbell. "Malam ini aku berjanji akan makan malam di apartemennya, Max. Aku sudah tidak sabar menunggu jam tujuh ini."

"Kau sering ke apartemennya?" tanya Max Julius sedikit mengerling nakal. Clark Campbell hanya mengangguk ringan dan santai.

"Aku tahu apa yang ada dalam pikiranmu, Max Julius. Tidak seperti yang kaupikirkan. Gadisku itu masih benar-benar seorang gadis. Dia seumuran dengan Junny – masih sembilan belas tahun loh… Aku tidak ingin merusak anak gadis orang loh..."

"Kau bisa berpuasa di depan gadismu itu? Salut aku, Clark… Sepertinya benaran kau sudah jatuh cinta… Clark Campbell yang selama ini aku kenal kan tidak mau tahu apakah korbannya masih gadis, janda, atau perawan segar. Main gasak saja, iya kan? Kali ini terhadap gadis ini kau benar-benar berbeda… Siapa sih namanya?"

"Aira… Aira Antlia Dickinson… Sahabat Junny Belle Polaris yang juga bekerja di toko roti yang sama…" jawab Clark Campbell jelas, padat, berisi.

"Jadi dia tahu ada di kota mana Junny Belle berada sekarang?" tanya Max Julius sedikit tersentak kaget.

"Justru dialah yang bertanya padaku apakah kita ada menemukan informasi di mana keberadaan Junny Belle sekarang. Dia sangat mencemaskan sahabatnya itu. Junny Belle pergi begitu saja tanpa memberitahu ketiga sahabatnya di toko roti, dan juga tidak memberitahu si dokter jantung itu."

"Oh, aku harap si dokter jantung itu takkan pernah tahu keberadaan Junny Darlingku sekarang! Aku tidak suka dengan si dokter jantung itu! Bilang sama gadismu itu untuk jangan berhubungan dengan si dokter jantung itu lagi ya!"

"Kau cemburu dengan si dokter jantung itu?" tanya Clark Campbell senyam-senyum di tempatnya.

"Tentu saja… Jelas-jelas dia mengincar darlingku! Mengingat wajahnya saja sudah membuatku geram!" dengus Max Julius dengan matanya yang mendelik tajam.

"Oke deh… Sepuluh menit lagi akan jam tujuh… Aku sudah tidak sabar ingin ke apartemen Aira Sayangku…" kata Clark Campbell menggosok-gosok kedua tangannya.