"Pria tampan itu tersenyum kepadamu, Aira… Apakah dia kekasihmu?" tanya Tasma Jones tersenyum heboh.
"Baru kali ini aku dengar si Aira Antlia yang tidak PD dan penyendiri ini berpacaran… Bagus juga sih… Dan kekasihmu itu super tampan, Aira… Kau beruntung banget deh ada laki-laki tajir dan super tampan itu yang mendekatimu…" sahut Daniela Helena Johnson juga tersenyum heboh.
"Pagi, Aira… Bisakah kita berbicara sebentar?" tanya Clark Campbell ketika ia sudah masuk ke dalam toko roti dan duduk di depan sang gadis cantik jelita.
"Aku rasa tidak ada deh yang perlu kita bicarakan…" kata Aira Antlia ketus. Sontak senyuman heboh Tasma Jones dan Daniela Helena Johnson memudar. Cepat-cepat mereka menyingkir masuk ke dalam memberi sedikit keleluasaan kepada Aira Antlia dan kekasih super tampannya itu.
"Kau ke sini ingin membeli roti kan, Tuan Campbell? Cepat katakan roti mana yang kauinginkan… Aku akan membungkusnya… Masih banyak bon transaksi yang belum kumasukkan ke komputer…" Aira Antlia berdiri dan hendak berjalan ke bread bar.
Clark Campbell mencegat lengan sang gadis cantik jelita. "Kumohon, Aira… Tidak bisakah kau memberiku sedikit kesempatan untuk menjelaskan?"
"Tidak ada lagi yang perlu dijelaskan, Tuan Campbell… Aku sudah mulai bisa menyesuaikan diri dengan kenyataan baru ini. Selama beberapa hari ini, aku sudah mulai bisa menerima kenyataan bahwasanya kita memang berasal dari dua dunia yang berbeda."
"Aku mohon panggil aku 'Clark'. Aku mohon jangan panggil aku 'Tuan Campbell', Aira… Aku mohon…" Mendadak saja Clark Campbell memeluk sang gadis cantik jelita dari belakang dengan tatapan sendu. Karena sang gadis cantik jelita tidak menolak pelukannya, dia merasa semakin berbunga-bunga dan mempererat pelukannya.
Semua rekan-rekan kerja Aira Antlia memperhatikan adegan itu dan mulai tersenyum heboh – termasuk sang kepala cabang sendiri. Ada pemandangan segar di bagian depan toko roti pagi itu. Ada satu drama televisi yang tidak boleh mereka lewatkan terjadi di bagian depan toko roti pagi itu.
"Kau mendekatiku memang karena kau ingin mengorek informasi mengenai Junny Belle kan, Tuan Campbell? Sekarang kukatakan dengan jelas kepadamu… Junny Belle mengandung anak kembar dari Max Julius Campbell dan kini kami juga kehilangan kontak dengannya. Dia sama sekali tidak bisa dihubungi dan tidak ada di mana pun di kota Sydney ini. Kau sudah puas kan? Sekarang lepaskan aku…"
Aira Antlia meminta lirih. Akan tetapi dia sama sekali tidak memberontak untuk membebaskan diri dari pelukan sang pangeran tampan. Dia terlihat seolah-olah ia menikmati berada dalam pelukan tersebut.
"Aku tidak menginginkan informasi mengenai Junny Belle, Aira… Urusan Junny Belle adalah urusan Max. Itu sama sekali tidak menjadi urusanku…"
"Lalu apa lagi yang kauinginkan sekarang? Bukankah tujuan awalmu dengan kedekatan kita adalah memperoleh informasi mengenai Junny Belle dariku? Aku sudah memberitahumu apa yang kuketahui. Apa lagi yang kauinginkan sekarang, Tuan Campbell? Aku rasa di sini sudah tidak ada lagi urusanmu. Sekarang kau sudah boleh pergi dari sini jika memang kau tidak ingin membeli roti."
"Aku masih memiliki urusan di toko roti ini, Aira… Urusanku adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan dirimu. Aku… Aku… Aku menginginkanmu, Aira…" kata Clark Campbell. Ia melepaskan pelukannya dan kini berpindah tempat berdiri di depan sang gadis cantik jelita – menatap gadis cantik jelita itu lekat-lekat.
Untuk beberapa detik lamanya, mulut Aira Antlia serasa terkunci. Ia tidak tahu apa yang mesti diperbuat dan diucapkannya.
"Aku ingin kau berada di sisiku… Aku ingin kau menjadi kekasihku… Aku mendekatimu bukan karena aku ingin mengorek informasi mengenai Junny Belle darimu, Sayang… Aku murni menyukaimu… Bahkan bisa dibilang mungkin sekarang aku sudah jatuh cinta padamu…"
Aira Antlia tetap membisu. Ia mulai ragu dan bertanya-tanya dalam batin. Apakah benar yang dikatakan Clark sekarang ini? Apakah dia murni menyukaiku? Bagaimana mungkin seorang lelaki dari golongan menengah ke atas seperti dia bisa menyukai seorang gadis kelas bawah sepertiku? Ini jelas tidak mungkin… Apakah dia benar-benar serius dengan apa yang diucapkannya barusan? Apakah dia tidak berbohong dan tidak hanya ingin mempermainkan perasaanku?
"Sudah deh, Aira… Terima saja… Sayang sekali kau menolak pria tampan seperti itu…" celetuk Daniela Helena Johnson yang mengejutkan Aira Antlia.
Aira Antlia seketika berpaling dan merasa terkesiap sejenak. Dia baru sadar ia dan Clark Campbell sudah menjadi bahan tontonan semua rekan kerjanya dan bahkan sang kepala cabang sendiri di seluruh toko roti tersebut.
"Sudah deh, Aira… Terima saja… Kami turut senang kok…" kata Tasma Jones menyeringai lebar.
"Terima… Terima… Terima…" Seluruh rekan kerja menyoraki Aira Antlia. Aira Antlia mulai merasa malu. Rona merah delima mulai menyelimuti kedua belahan pipinya.
"Maaf, Friends… Aku permisi sebentar…" Aira Antlia sontak menarik tangan Clark Campbell dan keduanya keluar dari toko roti sejenak. Terpaksa rekan-rekan kerja Aira Antlia kehilangan bahan tontonan mereka dan kembali ke pekerjaan masing-masing.
"Aduh… Kau benar-benar membuatku malu, Clark… Sehabis ini, mereka pasti akan memberondongku dengan berbagai macam pertanyaan… Aduh…" Aira Antlia menungkupkan wajahnya ke dalam telapak tangannya sendiri.
"Bilang saja aku adalah kekasihmu… Selesai masalah… Gampang…" kata Clark Campbell santai. Dia terlihat mengulum senyumannya.
"Enak saja kau bicara, Clark… Kita belum berpacaran…" sergah Aira Antlia.
"Tapi kita sudah berciuman… Kita bahkan sudah pernah melihat kepunyaan masing-masing. Apakah bagimu itu belum termasuk berpacaran? Apakah aku harus memilikimu terlebih dahulu baru bisa kauanggap kita berpacaran?" tanya Clark Campbell semakin mendekatkan dirinya ke sang gadis cantik jelita.
Aira Antlia memejamkan kedua matanya erat. Clark Campbell tersenyum gemas.
"Jangan memejamkan kedua matamu seperti itu, Aira Sayang… Kau benar-benar membuatku tidak tahan…"
"Clark… Ini di tempat umum…" tukas Aira Antlia sedikit berteriak.
"Kau sudah kembali memanggilku dengan 'Clark', Aira Sayang… Apakah itu bisa kuanggap kau sudah menerimaku kembali?" Tangan Clark Campbell terangkat dan membelai-belai rambut dan kedua belahan pipi sang gadis cantik jelita.
"Kita ini berasal dari dua dunia yang berbeda, Clark… Bagaimana mungkin aku yang dari kelas bawah ini bisa bersanding dengan dirimu yang berasal dari golongan atas?"
Clark Campbell mendengus ringan. "Aku sama sekali tidak pernah memedulikan hal itu. Aku mencintaimu dan kau juga mencintaiku. Itu saja sudah cukup menjadi dasar bagi kita untuk hidup berkeluarga. Persetan dengan yang lain-lain…"
"Clark… Aku… Aku…"
"Aku tahu kau juga memiliki perasaan yang sama terhadapku. Iya kan? Kumohon, Aira… Aku sudah tidak bisa tidur nyenyak selama beberapa malam terakhir ini. Aku terus memikirkanmu. Aku terus memikirkan bagaimana caranya supaya aku bisa meyakinkanmu bahwasanya kedekatan kita adalah murni karena aku memang sudah jatuh cinta padamu, bukan karena hal yang lain-lain…"