"Baiklah, Dokter Norin…" kata Aira Antlia. Hubungan komunikasi pun terputus.
Dokter Norin Apus Brown mulai merasa gelisah dan tidak tenang. Ke mana sebenarnya dirimu, Junny? Kau pergi ke mana? Kenapa tidak beritahu aku atau salah satu dari ketiga teman terdekatmu? Apakah kau pergi ke rumah kediaman Campbell dan mengakui pada Max Julius Campbell kedua bayi kembar yang kaukandung itu adalah anaknya?
Sontak keterkejutan langsung mengeriap di padang sanubari Dokter Norin Apus Brown.
Tidak… Tidak mungkin… Tidak mungkin… Dia pasti takut Max Julius Campbell takkan mengakui kedua bayi kembar itu. Dia pasti takut Qaydee Zax Thomas akan berusaha mencelakakan dan menyingkirkan kedua bayi kembar itu. Iya kan?
Dokter Norin Apus Brown mendengus kesal lagi.
Bukan hanya Qaydee Zax Thomas yang ingin menyingkirkan kedua bayi kembar itu… Aku juga ingin kedua bayi kembar itu mati. Mereka benar-benar sangat menyusahkan dan menghalangi kedekatanku dengan Junny Belle. Aku sudah memberinya obat yang melemahkan kandungan. Kalau dia rutin mengkonsumsi obat pelemah kandungan itu, seharusnya sekarang kedua bayi kembar itu tak bisa bertahan lagi. Kenapa kedua bayi kembar haram itu masih bertahan hingga sekarang ya?
Kedua anak kembar haram itu sama saja dengan ayah mereka – sama-sama kuat, sama-sama keras kepala dan sulit disingkirkan. Namun, itu tidak berarti aku akan berhenti sampai di sini. Tetap ada banyak jalan menuju Roma. Tetap akan bisa kutemukan cara lain untuk membunuh kedua bayi kembar itu.
Pandangan mata Dokter Norin Apus Brown tertuju pada akta kematian Gover Robin Polaris dan Talitha Thompson yang masih berada di atas meja kerjanya.
Bagaimana kalau Max Julius Campbell datang ke sini dan mengetahui Junny Belle sudah menghilang entah ke mana? Dia begitu berpengaruh dan berkuasa di Sydney sini. Dengan jentikan jari, dia sudah bisa mengetahui sebenarnya Junny Belle pergi ke mana. Aku tak mau dia duluan yang menemukan Junny Belle. Sebelum dia bergerak mencari Junny Belle, akan kuberikan kabar kepadanya bahwa Junny Belle sudah mati bersama-sama dengan adik lelakinya. Dengan demikian, dia akan berhenti mencari Junny Belle. Dengan demikian, dia tak bisa bertemu lagi dengan gadis yang dicintainya seumur hidupnya dan kedua bayi kembarnya itu.
Mendadak saja seringai jahat merekah dan mendekorasi wajah Dokter Norin Apus Brown yang super tampan.
***
Sydney, pertengahan Mei 2013
Sore hari Max Julius sudah diizinkan pulang dari rumah sakit. Dia tidak kenapa-kenapa. Tidak ada luka serius pada sekujur badannya meski seluruh mobilnya ringsek dan hancur total.
Hanya Pak Concordio yang datang ke rumah sakit menjemput anak angkatnya pulang ke rumah. Sebelum pulang ke rumah, mereka ke tempat barang rongsokan dulu melihat kondisi mobil Max Julius pasca kecelakaan. Tentu saja Pak Concordio kini terhenyak bukan main melihat kondisi mobil anak angkatnya yang mengalami kecelakaan malam sebelumnya.
"Untung saja kau tidak kenapa-kenapa, Max… Lihat mobilmu hancur total seperti itu…" Pak Concordio berkali-kali menelan ludah ke dalam tenggorokannya yang serasa tercekat.
Max Julius hanya tersenyum simpul ala kadarnya. Ia berjalan masuk ke dalam mobil ayahnya dengan santai.
"Sebenarnya apa yang terjadi, Max?" tanya sang ayah angkat ketika mobil sudah melaju meninggalkan tempat barang rongsokan tersebut.
"Aku kurang konsentrasi ketika mengemudi sehingga aku tidak begitu memperhatikan dari arah berlawanan ada truk yang datang, Dad."
"Apa sebenarnya yang tengah kaukerjakan di daerah pinggiran kota malam-malam begitu, Max?" tanya Pak Concordio masih dengan rasa cemas dan penasaran yang berbaur menjadi satu.
Max Julius menoleh ke ayah angkatnya, tersenyum simpul, dan kemudian kembali berpaling ke depan.
"Max, kau tahu kau selalu bisa bercerita padaku," kata Pak Concordio Campbell dengan sebersit senyuman menghibur.
"Iya, aku tahu, Dad… Thanks very much, Dad. Aku akan berusaha mencari jawabannya sendiri dulu. Meski aku tahu aku sudah kehilangan semua kesempatan yang ada, aku akan tetap berusaha mengumpulkan sisa-sisa kepingan jawaban yang kuinginkan."
"Okelah… Kapan pun kau merasa siap untuk bercerita, kau bisa datang ke Daddy dan bercerita."
Max Julius tersenyum simpul dan kemudian menganggukkan kepalanya.
"Ngomong-ngomong ada di mana Clark?" tanya Pak Concordio.
"Seharusnya ada di hotel. Kenapa kau mencarinya, Dad?" tanya Max Julius sedikit heran.
"Sebenarnya aku ingin bertanya pada Clark soal masalahmu, Max." Pak Concordio menghela napas panjang. "Kau tahu aku, ibumu, dan kedua adikmu begitu mengkhawatirkanmu, Max."
"Thanks, Dad… Sorry aku masih belum bisa memberitahu kalian apa sebenarnya yang terjadi. Aku berjanji ketika aku sudah menemukan jawaban yang kuinginkan itu, aku akan ceritakan segalanya kepada kalian."
Pak Concordio menganggukkan kepalanya.
"Aku seharian ini berusaha menelepon Clark, tetapi dia sama sekali tidak menjawab teleponnya. Lewat jam makan siang aku hubungi ke ponselnya lagi, ada pemberitahuan ponsel tersebut sudah tidak aktif. Aku jadi khawatir, Max… Jangan-jangan dia juga mengalami kejadian yang tidak mengenakkan…" kata Pak Concordio kembali memperlihatkan wajah cemas.
"Sesampainya di rumah nanti, coba aku menghubunginya, Dad…" kata Max Julius memberi usul.
Sisa perjalanan sampai ke rumah besar ditempuh dengan sedikit perbincangan kecil antara Max Julius dan ayah angkatnya mengenai perkembangan bisnis raksasa mereka yang tentu saja mengalami peningkatan pesat akhir-akhir ini.
***
Setelah jam makan malam, Max Julius memutuskan untuk kembali beristirahat di kamarnya. Terbayang-bayang lagi wajah Junny Belle di benaknya. Senyuman sang gadis cantik jelita takkan pernah pudar dalam benaknya. Segala kelembutan, segala sentuhannya, segala canda tawanya, segala ekspresi wajah dan suaranya takkan pernah hilang dari benak pikiran Max Julius Campbell.
Semakin memikirkan hal tersebut, terlihat tubuh Max Julius semakin meringkuk di atas tempat tidurnya. Air mata kembali menetes tak tertahankan. Sekarang dia mengerti kenapa Junny Belle rela mencarinya jauh-jauh sampai ke Sydney dan menyerahkan mahkotanya.
Max Julius kembali meneteskan air matanya. Rasa penyesalan dan rasa bersalah telah menyiksanya perlahan-lahan. Bukannya memperlakukan gadis cantik jelita itu dengan lemah lembut dan penuh cinta, ia malahan mengasarinya. Bahkan bisa dibilang ia telah memperkosa gadis cantik jelita yang sungguh lemah lembut tersebut dan merenggut kesuciannya secara brutal. Kembali terbayang oleh Max Julius raut wajah gadis cantik jelita itu yang terus menahan rasa sakit yang sungguh tidak terdeskripsikan pada saat mereka pertama kali berhubungan. Parahnya lagi, Max Julius melakukannya lagi dan lagi pada malam nahas itu. Bisa dimengerti kenapa pada keesokan paginya sang gadis cantik jelita bahkan tak sanggup berjalan hanya dari tempat tidur hotel ke kamar mandi hotel.